Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngebut Lari-larian Mengejar Gaji Biar Cukup

13 Oktober 2020   11:15 Diperbarui: 13 Oktober 2020   11:39 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara gaji dibayar per jam jadi ingat awal-awal mengajar tahun 90an.

Pagi-pagi buta sudah harus berangkat kerja dengan naik angkutan umum. Takut terlambat sampai sekolah. Kalo ada jam pertama belum sempat mengeringkan keringat di baju sudah harus mengajar di kelas.

Pulang sore hari. Menjelang maghrib baru sampai rumah. Malamnya harus koreksi pekerjaan siswa dan menyiapkan tugas untuk esok harinya lagi. Begitu rutinitas seorang guru.

Ngomongin gaji dibayar per jam sebetulnya sedih. Tapi begitulah perjalanan hidup yang harus dilalui. Ibarat pepatah bersakit-sakit dahulu senang kemudian.

Sistem penggajian di sekolah swasta pada umumnya dihitung per jam mengajar. Kalau dalam seminggu mengajar 30 jam (dulu masuk sekolah sampai hari Sabtu) bukan berarti 30 x 4 x nominal. Tapi 30 x nominal per jam.

Maka tidak aneh kalau guru sampai harus mengajar di beberapa sekolah untuk memenuhi anggaran belanja dapur. Bahkan kadang ada yang malam harinya harus memberi les privat untuk menutup defisit belanja.

Saya sempat mengalami harus mengajar di 3 sekolah sekaligus. Kalo sudah begini kita harus pandai-pandai mengatur jadwal mengajar. Harus tahu persis jarak dan waktu tempuh ke sekolah berikutnya.

Biasanya jam 1 dan 2 mengajar di sekoah yang paling dekat dengan rumah. Pas jam istirahat si sekolah pertama langsung lari mengejar jadwal mengajar di sekolah kedua. Sekolah terakhir sengaja minta jadwal mengajar setelah makan siang.

Begitu terus setiap hari. Bukan seminggu atau sebulan dua bulan tetapi puluhan tahun. Biasanya semakin berpengalaman akan semakin berkurang sekolah tempat mengajarnya. Bisa saja akhirnya bertahan hanya di satu sekolah yang dirasa mampu memberikan gaji yang cukup.

Begitulah. Kata kuncinya jalani prosesnya dengan kesabaran super besar. Nikmati apapun yang dianugerahkanNya.

Kalo sekarang kondisinya lebih baik, ya bersyukur saja.

#refleksidiri

Jkt, 121020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun