Kami sudah sepakat untuk tidak menunda pernikahan kami, lebih baik segera disahkan daripada mengundang fitnah. Hari pernikahan kami tetapkan pada tanggal 10102020.
"Apa nggak perlu dihitung neptonnya dulu?" tanya mamaku.
"Semua hari itu sama baiknyanya maa," jawabku.
Kami tidak mau ribet dengan perhitungan hari pernikahan kami yang harus menghitung hari lahirku kemudian dicocokkan dengan hari baik calon suamiku menurut primbon Jawa. Lagi pula tanggal pernikahan kami sudah bagus dan unik kan?
Orang tua kami pun akhirnya mengalah dan menyetujui hari pengikat cinta kami. Karena situasi pandemi covid-19 maka tidak perlu diadakan pesta pernikahan. Hanya ihab qobul saja.
Undangan untuk menyaksikan peristiwa bersejarah dalam hidup kami pun dibatasi sesuai dengan aturan dalam protokol kesehatan. Masing-masing pihak keluarga hanya boleh membawa 5 anggota keluarga.
Sedih tapi kami tidak ingin menjadikan acara pernikahan kami menjadi kluster baru penularan covid-19. Kalau hal itu sampai terjadi akan menjadi beban bathin kami selama menjalani bahtera rumah tangga nantinya.
Untungnya semua keluarga besar kami dan juga para kolega bisnis bisa memahami keputusan kami ini. Mereka sebenernya sangat ingin hadir turut bersuka cita dalam helatan pernikahan kami.
           **
Manusia hanya bisa merencanakan, tuhanlah yang Maha Menentukan. Semua yang sudah kami rencanakan secara teliti dan matang menjadi berantakan.
Seminggu sebelum hari H calon suamiku dinyatakan positif terpapar covid-19 berdasarkan hasil swab. Jadi calon suami harus menjalani isolasi mandiri selama 14 hari ke depan.