Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Turun Lagi

6 September 2020   07:22 Diperbarui: 6 September 2020   07:12 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau saja bukan ibu yang menyuruhnya aku tidak akan melakukannya tetapi karena beliau memintanya maka aku menjalankannya. Padahal menurutku masih sangat baik.

Tadi pagi ibu datang ke rumahku setelah menginap di rumah adik perempuanku beberapa hari. Seperti biasa ibu langsung bebenah rumah, katanya rumahku berantakan karena tidak ada yang mengurusnya. Memang aku tidak menggunakan asisten rumah tangga, semuanya aku yang mengerjakannya. Prinsipku yang bisa aku kerjakan ya aku pegang kenapa harus minta tolong orang lain.

"Carilah tukang taman biar tampak asri", kata ibuku.

Aku pun mencari perusahaan yang bisa merawat taman di halaman rumah melalui media online. Lebih praktis lagi pula terjamin, pikirku. Entah kenapa aku tertarik pada sebuah perusahaan yang biasa memberikan jasa membuat dan merawat pertamanan. Namanya Rembulan Permai sebuah perusahaan yang memberikan layanan desain eksterior.

Hatiku langsung saja tertarik dengan nama perusahaan yang menurutku bagus banget. Aku memang suka sekali melihat bulan apalagi pada waktu tengah malam, sinar lembutnya menyejukkan hati. Aku kadang sengaja bangun malam untuk melihat bulan apalagi pada saat bulan purnama. indah sekali cahayanya. Tidak aneh kalo pas bulan purnama banyak ikan yang naik ke permukaan laut.

Setelah tanya-tanya banyak hal disepakati nanti siang perusahaan akan mengirimkan orang yang akan mengecek kondisi di lapangan. Menurut si penerima telepon yang akan datang owner perusahaan langsung, seorang wanita.

**

Bersama ibu kami mengobrol di teras sambil menunggu kedatangan seorang wanita yang katanya akan melihat kondisi taman halaman rumah kami. Sebetulnya taman kami hanya beberapa meter persegi saja, hanya ada dua pohon agak besar yaitu pohon kamboja dan palem anggur. Selebihnya rumput dan diselingi beberapa tanaman bunga.

Seperti yang kami sepakati yang kami tunggu datang tepat waktu, orangnya disiplin betul bathinku. Ibu yang membukakan pintu gerbang. Ketika pintu gerbang terbuka masuklah seorang wanita umur 30an yang begitu elegan. Wangi parfumnya semerbak merasuki pikiranku. Sepertinya aku sudah familiar dengan aroma parfumnya.

Betapa terkejutnya aku setelah aku menatap wajahnya. Aku jadi gugup ketika mempersilahkannya duduk. Pikiranku sibuk menebak-nebak siapakah gerangan wanita yang ada di depan kami. Orangnya supel dan menarik, tentu saja wajahnya cantik. Baru saja ketemu dia sudah asyik ngobrol dengan ibu. 

Tatapan mata dan senyum manisnya membuat gelisah hatiku. Sambil berbincang-bincang dengan ibu sesekali matanya melirik ke arahku dengan senyum yang manis di sudut bibirnya. Aku merasa tidak asing dengannya, seperti sudah sering bertemu saja. Aku berusaha keras mengingat-ingat siapakah wanita ini ? Di manakah kami pernah bertemu ?

Aku ingat sekarang, wanita itu adalah yang ada dalam lamunanku ketika meneduh dari hujan dan pada saat aku minum teh nasgithel di balkon. Akankah pagi ini hujan akan turun lagi ?

Deja vu !

#trilogihujan

Jkt, 060920

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun