**
Saat ini aku merasakan kecemasan membayangkan masa depan anakku si bungsu. Umurku sudah mendekati masa pensiun sementara si bungsu masih sekolah SD. Kelahiran anak-anakku memang terpaut jauh satu dengan yang lainnya, rata-rata selisih 5 tahunan. Sebetulnya ini semua kami sengaja untuk memberikan kasih sayang yang cukup sebelum beralih memberikan kasih sayang ke adiknya, begitu pikir kami.
Menurut perhitunganku begitu aku memasuki pensiun anakku si bungsu baru membutuhkan banyak biaya untuk masuk ke perguruan tinggi. Sementara tahu sendiri berapa gaji pensiunan sedangkan biaya kuliah pastilah sangat mahal nantinya. Harapanku begitu si mbak selesai kuliah bisa mendapatkan pekerjaan sehingga nantiya bisa bantu-bantu biaya kuliah adiknya.
Sebenernya aku tidak ingin menggantungkan bantuan si mbak dalam membiayai kuliah si bungsu. Bukankah sudah menjadi kewajiban orang tua untuk membesarkan dan membekali diri kepada anak-anaknya?
"Nanti kalo sudah kerja saya yang nanggung biaya kuliah adik", kata si mbak seakan tahu apa yang aku cemaskan.
Aku terharu mendengarnya. Kuraih tangannya dan kupeluk anak sulungku.
Kecemasanku telah terjawab!
Jkt, 200820
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H