Tujuh belasan tahun ini hilang nuansa sakralnya gegara corona.
Tahun-tahun sebelumnya warga kampung kami menyambut dengan antusias setiap menjelang peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Gapura di pintu masuk kampung dipersolek dengan begitu indahnya secara bergotong royong. Bendera merah putih kecil-kecil berkibar-kibar sepanjang gang utama masuk kampung.Â
Seminggu sebelum tanggal 17 Agustus setiap sore anak-anak mengikuti lomba-lomba yang diadakan oleh anak-anak Karang Taruna dengan penuh keceriaan. Orang-orang tua yang menyaksikannya pun begitu antusias penuh kegembiraan. Semua warga kampung begitu gembira menyambut ulang tahun kemerdekaan Indonesia.
Malam menjelang upacara tujuh belasan kami seluruh warga kampung sejak sore tumplek blek di gang-gang di depan rumah secara bergerombol mengadakan kendurian, syukuran dengan makan-makan. Menunya apa saja yang penting meriah, yang paling sering ya bakar ikan. Makannya tidak seberapa tapi serunya pas ngipasin bara api yang bikin seru.
Setelah matang dan siap menjelang tengah malam kami menikmati menu yang rasanya tidak karu-karuan. Ada ikan yang gosong, ada yang setengah matang bahkan ada yang tidak berasa sekali bumbunya. Lupakan tentag rasa yang ada adalah rasa gembira menyambut peringatan 17 Agustus.
Esoknya pas tanggal 17 dari pagi semua warga sudah berkumpul di tanah kosong di pinggiran kampung. Acaranya lomba yang diikuti oleh bapak-bapak atau ibu-ibu seluruh warga kampung. Seru-seruan saja, ada lomba tarik tambang dan main bola pake daster untuk bapak-bapak atau lomba menangkap belut dan joged balon bagi ibu-ibu.
Sore harinya adalah yang paling seru dan paling ditunggu-tunggu, lomba panjat pinang. Beberapa regu pemanjat pinang akan memperebutkan beberapa hadiah yang sengaja dikaitkan di ujung pohon pinang. Kelucuan tingkah polah anak-aak yang berusaha memanjat pohon pinang yang sengaja dibuat licin dengan oli bekas atau minyak goreng sungguh suatu momen yang dapat melepaskan segala kesumpekan hidup warga sehari-hari.
Malam harinya kembali warga berkumpul di depan panggung peringatan 17an. Biasa diawali dengan pidato singkat ketua panitia, pembagian hadiah dan ditutup dengan pidato ketua RT yang berapi-api meneriakkan yel-yel kemerdekaan. Puncaknya penampilan kesenian dari anak-anak sampai remaja dan tentu saja joged dangdut sekenanya.
Sayang sekali suasana yang begitu patriotik dan menggembirakan itu kali ini hilang karena pandemi covid-19. Ada yang berseloroh ikan bakarnya digondol corona ke atas pohon pinang jadi gak bisa makan bareng-bareng.Â
Jkt, 160820
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H