Orang pintar yang tiba-tiba datang ke rumahku atas suruhan ibu mertuaku itu semakin hari semakin bikin aku pusing.Â
Untuk menjalankan misinya ada-ada saja permintaannya. Tiap pagi minta dibelikan kembang tujuh rupa kemudian ditaburkan di depan pintu rumah, biar orang yang bermaksud jahat mengurungkan niatnya begitu menghirup wangi bunga, begitu katanya. Jadinya aku terpaksa tiap pagi pergi ke pasar membeli bunga tujuh rupa.
Malam hari dia melek tidak tidur sambil berkomat-kamit entah mengucapkan apa. Kadang dengan membakar kemenyan yang membuatku pusing dengan bau asapnya yang menyengat. Pagi hari kadang tetanggaku bilang kok semalam kayak ada bau-bau mistis yang membuatku jadi malu sama mereka.
Hari ini dia minta dicarikan kepala kambing jantan yang bulu-bulunya semua hitam. Katanya akan ditanam di pojokan halaman rumah kami.Â
"Baunya yang amis menyengat dapat mengusir setan", katanya.
Suamiku pun menyanggupinya. Untung ini hari lebaran haji jadi gampang untuk mendapatkan kepala kambing. Sesampai di rumah suamiku disuruh menggali lubang sementara dia membungkus kepala kambing itu dengan kain putih. Sambil komat-kamit membacakan mantra bungkusan kepala kambing itu dikuburkan dengan penuh khidmat.
Suamiku mengikuti semua permintaannya tanpa membantah sedikit pun.
                           **
Sebagai wanita yang dididik ilmu agama sejak kecil aku tidak percaya kepada hal-hal yang tidak masuk akal. Aku diajarkan untuk hanya percaya kepada Gusti Alloh. Semua yang dialami manusia sudah digarikan olehNya tak terkecuali perjalanan hidup manusia. Aku meyakini betul apa yang sedang menimpaku, berumah tangga-menjanda dan menikah lagi, adalah sesuai kehendakNya.
"Kenapa mas menuruti semua permintaannya?", tanyaku tentang kelakuan si kakek.