"Menuruti permintaan orang tua itu ibadah", katanya.
"Lagi pula menikah tidak dengan restu orang tua itu tidak akan membawa kebahagiaan", imbuhnya.
Aku hanya bisa menangis tersedu di pundaknya.
                          **
Terbayang dia memelukku lembut sekali malam sebelum aku menikah. Aku merelakan mbak Dita menikah dengan laki-laki lain bukan berarti aku tidak mencintai mbak lagi. Aku akan tetap mencintai mbak Dita sampai akhir hayatku. Biarlah aku menyimpan rasa cinta ini di relung hatiku yang paling dalam. Aku akan membawanya dalam setiap langkah hidupku sampai liang lahat. Karena aku mencintai mbak Dita maka aku tidak akan menghalangi jalan mbak untuk meraih kebahagiaan. Aku akan bahagia kalau melihat mbak Dita bahagia, begitu kata-kata kedewasaannya terlontar tenang yang semakin membuat hatiku teriris-iris.
Cinta yang sesungguhnya adalah memberikan pengorbanan.
Aku masih berdiri terpaku di bibir ranjang memandangi laki-laki asing yang kini menjadi suami keduaku. Malam ini adalah malam pertama keduaku. Kupandangi wajahnya. Betapa kagetnya aku ketika wajah suamiku berubah menjadi muka barong raksasa !
"Tidaaaaaaaaak !".
Jkt, 220720
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H