Protokol kesehatan tiga yang utama sesuai dengan kriteria badan kesehatan dunia WHO adalah pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan.
Pada awal-awal persebaran covid-19 kampanye pemakaian masker, terutama pada saat aktivitas di luar rumah, gencar dilakukan. Â Tetapi ada salah kaprah dalam pemakaian masker. Â Berkali-kali juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penganan Covid-19 mengingatkan bahwasanya yang perlu memakai masker adalah hanya orang yang sakit. Â Belakangan anjuran ini berubah , siapapun yang beraktivitas di luar rumah harus memakai masker.Â
Dampaknya persediaan masker menjadi langka dan seperti hukum ekonomi, Â semakin banyak yang mencari maka harganya akan melambung tinggi. Bahkan polisi dibuat sibuk melakukan swepping ke tempat-tempat yang dicurigai sebagai penimbunan masker. Â Akibatnya beberapa pedagang masker nakal harus berurusan dengan aparat keamanan.
Memang pada awalnya orang masih enggan, atau mungkin meremehkan covid-19, untuk memakai masker pada saat beraktivitas. Berbagai alasan dilontarkan, bikin engap, ribet atau ganggu gerakan. Â
Pada saat penerapan PSBB kembali satpol PP dan polisi dibuat sibuk untuk menertibkan masyarakat yang belum patuh menggunakan masker. Aparat pemerintah dan badan-badan kemanusiaan serta relawan begitu antusias bagi-bagi masker. Pelan-pelan kesadaran masyarakat tentang betapa pentingnya memakai masker untuk melindungi diri dari penularan covid-19 mulai tumbuh.
Perlu diingat terdapat tiga jenis masker sesuai fungsiinya. Pertama masker kain, berfungsi untuk mencegah penularan covid-19 melalui percikan ludah dari orang yang terinfeksi virus corona.Â
Kedua, masker bedah yang biasa digunakan oleh para tenaga medis. Â Masker jenis ini dapat melindungi tenaga media selama bersentuhan langsung dengan pasien covid-19.Â
Ketiga, masker N95 yang paling efektif melindungi diri dari penyebaran virus corona dan partikel-partikel kecil lainnya yang berbahaya. Â Masyarakat umum disarankan cukup memakai masker jenis yang pertama.
Nah pas diterapkannya PSBB Transisi muncul fenomena pemakaian masker yang menurut saya penuh gaya. Pada awalnya masker warna hijau muda seperti foto di atas sangat familier. Di samping murah juga cukup efektif menangkal dromplets. Model masker yang kemudian ngetrend adalah masker scuba, gara-gara artis-artis Korea banyak yang memakai masker model ini.
Kreativitas orang Indonesia memang jempolan. Banyak pemilik konveksi bahkan desainer yang mendesain masker sedemikian menariknya. Ada yang membuat masker dengan memanfaatkan limbah batik. Â Ada pengusaha jilbab yang memadukan dengan masker sekaligus. Ada desainer top yang merancang masker dengan sentuhan seni yang indah (tentu harganya mahal karena limited edition).
Orang-orang dan lembaga-lembaga bahkan partai politik memesan masker desain khusus. Â Masker untuk tentara dan polisi disablon sesuai dengan kesatuannya. Demikian pula dengan perusahaan-perusahaan memasang logo perusahaan di masker yang dikenakan oleh para karyawannya. Partai politik pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk eksistensi sang politisi dan partainya.Â
Di stasiun-stasiun, baik MRT maupun KRL, karyawati-karyawati kantoran memakai masker yang begitu modis. Di samping masker yang berwarna-warni juga beragam modelnya. Tentu tak ketinggalan senantiasa menebar aroma wangi. Â Kalo masker para pengendara motor yang selama ini kita lihat biasanya model lidah melet, tengkorak atau bibir tersenyum lebar. Â
Sore tadi saya lihat  berita di televisi seorang pejabat memakai masker yang ada kumisnya. Kereeeen !!
Bagaimana dengan masker anda?!
Jkt, 090620
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H