Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Berburu Gerhana di Halmahera Utara

21 April 2016   07:06 Diperbarui: 21 April 2016   07:58 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Benteng Tolukko di Ternate lokasi ideal untuk pengamatan GMT"]

[/caption]Benteng-benteng yang dibangun di sepanjang pantai bisa menjadi tempat menawan untuk mengamati  GMT mengingat lokasinya yang strategis menjorok di tepi laut. Dibangun oleh Portugis dan Belanda, benteng-benteng ini awalnya dirancang sebagai tempat pengamatan militer ke laut lepas. Dengan desain arsitektural menyerupai kastil-kastil di Eropa serta lokasinya yang strategis, tak pelak benteng-benteng militer ini menjadi lokasi ideal untuk merekam gerhana matahari total.

Survey lokasi pengamatan GMT di Ternate, sekaligus menjadi pengalaman wisata yang menakjubkan bagi Gernot dan Pascal. Di salah satu sudut desa, mereka menemukan cengkeh dijemur di pinggir jalan hingga berkilo-kilo meter. Aroma cengkeh yang khas membuat keduanya berhenti untuk melihat dari dekat. “Ratusan tahun lalu, Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris datang ke Ternate hanya demi cengkeh ini,” tutur seorang petani cengkeh.

[caption caption="Kota Ternate di pinggir Laut Maluku"]

[/caption]Tiga hari sebelum gerhana matahari total, para pemburu gerhana dari dalam dan luar negeri semakin banyak memadati Pulau Ternate. Seluruh penginapan di Ternate penuh terisi. Pemerintah kota Ternate mencatat, lebih dari dua ribu turis asing memadati Ternate. Mereka datang dari Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Perancis, Jepang, dan sejumlah negara Eropa serta Asia. Situasi ini membuat Gernot dan Pascal harus memikirkan lokasi lain sebagai alternatif. “Kami ingin berinteraksi dengan masyarakat setempat, anak-anak sekolah, dan tidak terlalu banyak turis asing,” tutur Gernot.

Esok hari, Gernot dan Pascal sudah berada di atas feri pelabuhan Ternate, bersiap menyeberang menuju pelabuhan Sofifi di pulau Halmahera. Pagi itu, langit biru cerah, sejumlah ikan warna-warni berseliweran di bawah dermaga menjadikan pelabuhan penyeberangan Ternate layaknya sebuah aquarium raksasa. Setengah perjalanan, Pascal sibuk memotret puluhan ikan lumba-lumba yang berenang dan melompat riang di sisi kiri feri. “Its amazing!” ujar Pascal takjub. Laut sekitar Ternate memang menjadi salah satu lokasi penyelaman ideal. Keindahan bawah lautnya menyajikan keragaman biota laut dimana di sejumlah lokasi keindahannya bisa dinikmati dengan mata telanjang.

Dari Sofifi, perjalanan dilanjutkan dengan menempuh jalur darat menuju Kota Maba di pesisir Timur Halmahera Utara. Maba dipilih posisinya yang menghadap langsung ke Samudera Pasifik sehingga menjadi lokasi ideal untuk pengamatan GMT. Selain itu, kota Maba juga tercata sebagai lokasi dengan durasi GMT terlama. Hampir empat menit daerah ini akan mengalami gelap total seperti malam saat GMT melintas.

[caption caption="Gernot mempersiapkan kamera untuk merekam GMT"]

[/caption]Sebagian perjalanan darat ditempuh dengan menyusuri pantai-pantai pasir putih yang memesona di sisi kiri dan lebatnya hutan tropis di sisi kanan. Jalan utama yang melintasi provinsi Halmahera Utara ini memiliki kontur naik turun dan berliku-liku mengikuti alur perbukitan. Pemandangan terindah bisa dinikmati saat berada di puncak-puncak bukit, dimana horison langit di kejauhan bersinggungan dengan warna laut yang biru hijau menyajikan panorama alam memukau dan tak mudah dilupakan. “Its perfect! Sangat sempurna untuk mengamati GMT,” kata Gernot dan Pascal sepakat.

Namun, ada satu yang kurang dan itu sangat penting buat mereka, tak ada desa atau perkampungan di sekitar lokasi tersebut. Gernot dan Pascal membawa lebih dari 300 kacamata gerhana yang rencananya akan dibagikan untuk anak-anak SD dan penduduk setempat.

Hampir sepuluh jam berkendara, Gernot dan Pascal akhirnya tiba di kota Maba. Meski lumayan jauh dari ibukota provinsi, namun di kota kecil ini terdapat hotel yang cukup besar. Fasilitas perbankan, jaringan internet, swalayan modern, hingga kafe yang dilengkapi wifi ada di kota Maba. Sebuah bandara perintis yang melayani penerbangan dengan rute lokal juga beroperasi di sini. Kota ini ternyata merupakan kota transit bagi sejumlah pekerja tambang nikel yang terdapat di sekitar Maba.

Esok harinya, Gernot dan Pascal kembali berburu lokasi pengamatan GMT. Setelah seharian menjelajahi Maba, akhirnya mereka menemukan sebuah tanjung yang sangat indah, Tanjung Geropong di desa Mabapura. Selain dekat dengan perkampungan penduduk, tak jauh dari situ, juga terdapat sekolah dasar.

Pagi hari, Gernot dan Pascal berkunjung ke sekolah dan membagi-bagikan kacamata gerhana ke anak-anak SD tersebut. Gernot juga mengajak mereka untuk melihat matahari melalui teropongnya.

[caption caption="Anak-anak SD di Mabapura antusias meneropong matahari"]

[/caption]Ratusan anak-anak SD itu langsung berebut ingin mencoba teropong Gernot. “Mereka anak-anak berani, dan sangat antusias,” komentar Pascal melihat tingkah anak-anak SD tersebut. Saat berpamitan, Gernot dan Pascal tak lupa mengajak mereka untuk bergabung di tanjung Geropong dan menyaksikan GMT bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun