“Ngeri-ngeri Pak penyakitnya.”
Itulah sebagian dari jawaban mereka. Uniknya, rata-rata mengaku mendapatkan informasi tentang bahaya merokok tersebut dari gambar “mengerikan” di bungkus rokok. Lalu, apakah mereka takut atau khawatir atas kesehatan mereka sendiri setelah melihat gambar-gambar tersebut? Setengahnya mengaku takut atau jijik melihat gambar-gambar peringatan di bungkus rokok. Sementara sebagian yang lain menjawab tak begitu takut atau peduli dengan gambar-gambar tersebut. Beberapa di antaranya bahkan menyebutkan gambar-gambar itu bohong dan hanya untuk menakut-nakuti anak-anak saja.
Jawaban serupa juga dilontarkan anak-anak SMP yang sedang asyik nongkrong sambil merokok di sekitar stasiun Mandala Krida Kota Yogyakarta. Mereka mengaku tak takut dengan ancaman bahaya merokok di bungkus rokok. “Saya sehari merokok dua atau tiga batang, paling banyak. Jadi nggak mungkin kena kanker,” ujar Sofyan, pelajar kelas dua SMP. Ia yakin penyakit kanker hanya akan menyerang mereka yang merokok minimal sebungkus perhari, sambil menunjuk kawan di sebelahnya.
“Kalau lihat gambar-gambar itu, saya agak takut juga. Tapi, tiga bulan lagi saya mau berhenti total, karena saya mau jadi tentara,” pelajar yang ditunjuk rekannya itu pun mengelak. Pelajar kelas tiga SMP ini mengaku mulai merokok sejak kelas lima SD. Faktanya, berhenti merokok tak pernah menjadi mudah, setidaknya itu yang diakui oleh pelajar yang lain. “Susah berhenti, sudah kecanduan,” kata seorang pelajar yang mengaku sudah dari kelas empat SD merokok.
Saat gambar-gambar peringatan dipandang cukup “mengerikan” bagi sebagian anak, di waktu yang bersamaan iklan-iklan rokok yang berseliweran di layar kaca juga dilihat sebagai tontonan yang inspiratif dan menyenangkan. Sejumlah anak yang ditemui di Yogyakarta dapat mengingat dengan jelas iklan-iklan rokok yang mereka saksikan di televisi.
Sebagian besar menyebutkan bahwa iklan-iklan rokok tersebut menarik, keren, dan menyenangkan. Slamet (12 tahun) misalnya, ia mengaku senang menyaksikan iklan rokok yang memperlihatkan seseorang yang mahir bermain gitar. Dengan runut ia menceritakan alur cerita iklan rokok tersebut. “Main gitarnya lincah banget, terus gambarnya juga bagus. Saya pengen bisa main gitar seperti itu,” tutur Slamet.
Sejumlah anak yang lain, setali tiga uang dengan Slamet. Setiap anak bisa mengingat dengan mudah iklan-iklan rokok di TV yang menarik minat mereka.
“Ceritanya ada beberapa orang main di sungai, terus mereka bisa terbang-terbang dengan menggunakan alat di kakinya. Ke atas, lalu nyebur lagi. Asyik banget.”
“Saya suka yang naik kapal ke pulau terpencil, terus di pulau itu sudah ada beberapa temannya yang sudah sampai duluan. Lalu semuanya bersenang-senang di pulau itu. ”
“Yang paling bagus itu yang ada jin-nya. Jadi jin ini bisa kabulkan permintaan apa saja. Lucu banget ceritanya.”