Mohon tunggu...
Masrura RamIdjal
Masrura RamIdjal Mohon Tunggu... Lainnya - PhD Candidate dari Oxford Brookes University, pengusaha Biro Perjalanan Wisata

Success is no accident. It is hard work, perseverance, learning, studying, sacrifice and most of all, love of what you are doing or learning to do (Pele)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Desa Wisata dan pendekatan Ecotourism+Community based tourism

20 November 2018   18:57 Diperbarui: 22 November 2018   19:01 3514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari berbagai riset yang di lakukan, CBT adalah sebagai alat untuk mengurangi kemiskinan (APEC, 2014) dengan memberikan berbagai alternative sumber pendapatan bagi masyarakat. Tetapi mesti di pahami bahwa pendekatan konsep ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan konsistensi untuk mencapai tujuan yang maksimal serta meminimalkan ekses negative dari pariwisata itu sendiri terhadap masyarakat serta sumber daya alam dan lingkungannya.

CBT memperluas fungsi keterlibatan atau partisipasi komunitas masyarakat yang paling bawah dalam pembangunan khususnya di bidang pembangunan pariwisata. Mereka harus terlibat aktif dalam perencanaan, memutuskan, menjalankan program serta mengatur semua kegiatan pariwisata yang berada di sekitar mereka. 

Keterlibatan komunitas masyarakat ini dapat bermacam-macam tergantung kebutuhan fasilitas yang disediakan untuk wisatawan yang datang ke sana seperti; menyiapkan jasa akomodasi, transportasi, makanan, pemandu local, penari atau pemain music, pengrajin handicraft atau yang terkait lainnya.. CBT harus dijalankan, diusahakan, dimiliki dan di kelola oleh masyarakat itu sendiri.

Komunitas adalah entitas terkecil dari sebuah masyarakat yang terikat oleh kesamaan --kesamaan seperti minat,adat, budaya, agama, pekerjaan, dan lainnya yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan berinteraksi sosial satu sama lainnya. Komunitas ini terletak dalam satu lingkungan geography yang terbatas dan membatasi ruang lingkup mereka. 

Bisa jadi komunitas ini adalah bagian kecil dari sebuah kota atau pedesaan atau bahkan malah satu desa itu sendiri. Dalam kontek pengembangan pariwisata berbasis komunitas ini, merekalah yang menentukan batas-batas geography dan sosial itu sendiri untuk kemudian dapat mulai merencanakan dan membangun pariwisata di sekitar mereka. 

CBT membutuhkan pendekatan yang sistematik dan terus menerus,  mulai dari awal dengan mempelajari potensi dan kemampuan serta kemauan masyarakat di satu wilayah (bisa satu desa atau mungkin hanya bagian dari satu desa) untuk terlibat dalam kegiatan pengembangan pariwisata, serta memonitor perkembangannya dan mengevaluasi efek negatifnya (Kiss, 2004). 

Untuk inisiasi awal biasanya pengembangan pembangunan pariwisata berbasi komunitas ini sering kali di inisiasi oleh pemerintah setempat, NGO, industry tetapi banyak juga yang memang di inisiasi oleh komunitas tersebut senndiri yang memnag sudah menyadari potensi yang ada di sekitar mereka.

 Tentu perlakuan awal dari program ini akan berbeda -- beda dikarenakan jika program ini di inisiasi oleh mereka sendiri, mereka sudah mulai paham apa itu pariwisata, ekses positif dan negatifnya dan dimana mereka akan  berperan untuk meningkatkan kesejahteraann hidup mereka. Berbeda ketika program ini di inisiasi oleh pemerintah, NGO atau industri/swasta, dimana mereka yang melihat peluang dan potensi yang ada dan kemudian harus menjabarkan kepada komunitas  atau masyarakat tersebut serta mensosialisasikannya secara jelas akan ekses positif dan negative dari pengembangan pariwisata tersebut.

Ada beberapa factor sukses dalam membangun sebuah program CBT (Dodds et al, 2016) yaitu:

  • Keterlibatan komunitas dalam perencanaan dan peningkatan kapasitas mereka untuk memperkuat ketrampilan mereka dalam mengatur dan mengelola program pengembangan pariwisata di wilayah mereka
  • Bekerja sama dan berkolaborasi untuk memfasilitasi pengembangan program (terutama ditahap awal berkaitan dengan sumber keuangan)
  • Memberdayakan komunitas/masyarakat setempat dalam pengelolaan
  • Fokus pada tujuan untuk melestarikan nilai-nilai kearifan local dan lingkungan sekitarnya dan peningkatan kesejahteraan
  • Bekerja sama dengan pengambil kebijakan/pemerintah, institusi swasta yang dapat membiayai dan memfasilitasi sarana dan prasarana
  • Fokus untuk pengambangan dan pembangunan yang berkelanjutan di waktu yang lama.

Selain factor -- factor yang menentukan kesuksesan pembangunan CBT pada suatu tempat, terdapat juga factor-faktor yang menjadi penghalang kesuksesan dari pengembangan program CBT yaitu:

  • Kemampuan sumber pembiayaan
  • Kemampuan memasarkan destinasi atau mendatangkan wisatawan
  • Pengembangann produk wisata ( Produk yang belum siap dipasarkan)
  • Program Peningkatan kapasitas komunitas/pemberdayaan
  • Pengelolaan asset

Faktor-faktor tersebut harus disikapi sesuai dengan kondisi di lapangan dikarenakan karakteristik dan latar belakang lokasi yang berbeda-beda sehingga level penanggulangannya juga akan berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun