Mohon tunggu...
Masrura RamIdjal
Masrura RamIdjal Mohon Tunggu... Lainnya - PhD Candidate dari Oxford Brookes University, pengusaha Biro Perjalanan Wisata

Success is no accident. It is hard work, perseverance, learning, studying, sacrifice and most of all, love of what you are doing or learning to do (Pele)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Membangun Desa Wisata dengan Memaksimalkan Partisipasi Masyarakat

19 November 2018   04:48 Diperbarui: 20 November 2018   10:35 2486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya apa sih definisi dari pariwisata pedesaan (Rural tourism) tersebut? Saya mengutip definisi Bramwell & Lane (1994) yang mengatakan bahwa pariwisata pedesaan ini termasuk semua aktivitas dan ketertarikan pada alam, perkebunan, peternakan, petualangan,, olahraga, kesehatan, pendidikan, seni dan budaya yang berada di daerah pedesaan yang merupakan kegiatan multi aspek yang tidak hanya mengandalkan pertanian saja

. Kemudian Pedford (1996) menambahkan konsep ini dengan memasukan nilai-nilai sejarah, kebiasaan, tata cara hidup, cerita rakyat setempat, tradisi setempat, serta nilai-nilai keyakinan dari masyarakat setempat juga ke dalam konsep pariwisata pedesaan. Jika kita kaitkan dengan Desa Wisata (Tourism Village), saya rasa istilah ini tidak akan berbeda jauh.

 Saya mengutip definisi dari Profesor Damanik, seorang ahli pariwisata dari UGM yang mengatakan "Desa wisata adalah desa secara sengaja dibangun -- atau secara alami memiliki kemapuan  untuk menarik kunjungan wisatawan karena ketersediaan potensi atraksi alam dan budayanya" (Damanik, 2018,p.3)  yang kemudian oleh perencana pembangunan pariwisata di Indonesia di terjemahkan "Desa wisata merupakan bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tradisi setempat" (Republik Indonesia, 2009).

Saat ini banyak negara sudah menerapkan pariwisata pedesaan yang secara ekonomi meningkatkan pendapatan masyarakat di pedesaan dan mengurangi kemiskinan masyarakat desa. Pemerintah melibatkan masyarakat sebagai stakeholders utama dalam pengembangan pariwisata pedesaan yang kemudian tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut tetapi juga meningkatkan industry kerajinan setempat, menumbuh kembangkan kebudayaannya, kuliner tradisional, pengobatan tradisional dan juga melestarikan bangunan tradisional setempat. Jika lokasi desa itu merupakan daerah konservasi alam, ini juga merupakan salah satu factor untuk melestarikannya.

Sebuah wilayah pedesaan harus memiliki minimal lima element dasar yang ada agar dapat di bangun dan dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata. Kelima element itu adalah: adanya atraksi/obyek wisata baik yang alami atau buatan, ketersedian sarana dan prasarana untuk menjangkau destinasi tersebut, adanya faasilitas untuk pengunjung yang datang (penginapan, tempat makan, dan yang menjual kebutuhan pengunjung), keramahtahan penduduk serta ketersediaan informasi dan promosi.  

Dari hasil penelitian terdapat juga beberapa hal yang menjadi factor penghambat pengembangan desa wisata seperti; terbatasnya saranan dan prasarana yang tersedia, rendahnya kualitas produk wisata yang tersedia, kurangnya pengetahuan terhadap pariwisata, pelayanan ke wisatawan, promosi yang terbatas, kekurangan pembiayaan, support pemerintah local serta sulitnya mengerahkan partisipasi maksimal dari masyarakat setempat.

Ada beberapa faktor yang menentukan suksesnya pembangunan desa wisata yang di sarankan oleh Wilson et al, (2001)  dari hasil penelitiannya yaitu :

  • Adanya Paket wisata yang lengkap
  • Wisatawa yang datang ke suatu destinasi wisata tidak hanya datang untuk melihat sebuah obyek tetapi juga ingin menjelajahi wilayah sekitarnya. Mereka hendaknya difasilitasi paket perjalanan yang lengkap dna hal ini juga menjadikan lama tinggal mereka bertambah yang berarti pengeluaran mereka akan menjadi lebih besar. Paket wisata yang berkualitas tinggi yang melibatkan berbagai aktivitas yang "tidak biasa" atau berbeda menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung (misalnya: memancing, berkebun, bertani, menyadap nira, rafting dll). Hal ini juga harus dilengkapi dengan sarana akomodasi dan restaurant yang menunjang serta tempat yang menjual kebutuhan wisatawan lainnya yang berada disekitar wilayah tersebut
  • Kepemimpinan yang baik
  • Kemampuan kepemimpinan atau leadership yang baik dari seorang pemimpinn masyrakat adalah sebuah factor yang penting menetukan kesuksesan dari pengembangan pariwisata pedesaan. Pemimpin ini tidak saja bisa membawa dan mengarahkan partisipasi masyarakatnya tetapi juga membina hubungan yang baik dengan berbagai stakeholder yang berada di destinasi ini.
  • Dukungan dan partisipasi dari pemerintah setempat.
  • Pemerintah setempat adalah salah satu kunci penentu suksesnya dari pengembangan pariwisata pedesaan ini. Fungsi pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang mendukungnya, mempromosikannya, mendanainya, menyiapkan infrastructure pendukung ke lokasi destinasi dan mengembangkan kapasitas masyarakatnya.
  • Tersedia dana yang cukup untuk mensupport pengembangan dan mempromosikan destinasi desa wisata
  • Perencanaan yang strategis
  • Perencanaan strategis adalah hal yang vital bagi kelanjutan dari destinasi wisata. Dengan perencanaan yang efektif dan efisien termasuk mempertimbangkan penggunaan dana yang terintegrasi dengan pembangunan lainnya di desa. Disinilah pentingnya seorang pemimpin yang akan menyatukan semua stakeholder untuk bersama-sama berpartisipasi. Partisipasi dari masyarakat adalah jantung dari pengembangan desa wisata ini.
  • Koordinasi dan kerjasama antara pengusaha setempat dan pemimpin masyrakat
  • Kerjasama dengan pihak swasta tidak dapat dihindari untuk meningkatkan dan memajukan desa wisata terutama untuk mempromosikan serta mendatangkan pengunjung ke destinasi wisata.
  • Koordinasi dan kerjasama antara para pengusaha pariwisata
  • Pariwisata menciptakan berbagai peluang usaha dan penting bagi semua pengusaha ini untuk selalu berkoordinasi dan bekerja sama agar tidak terkadi konflik dilapangan, misalnya keseragaman harga dan fasilitas yang ditawarkan.
  • Informasi dan bantuan teknis untuk promosi
  • Masyarakata di pedesaan biasanya akan kekurangan sdm yang mengerti bagaimana menyiapkan brosur yang bagus dan mempromosikannya secara professional dengan hasil sesuai yang diharapkan. Mereka juga tidak akan mampu untuk membayar jasa agensi professional untuk melakukannya.
  • Tersedianya fasilitas Tourist informasi
  • TIC atau tourist Information centre sebagai gerbang informasi bagi pengunjung harus tersedia untuk memfasilitasi semua informasi bagi pengunjung
  • Keterlibatan atau partisipasi masyarakat secara luas.
  • Partisipasi masyarakat adalah kunci keseuksesan dari pengembangan pariwisata di pedesaan. Keterlibatan masyarakat harus dari awal di inisiasi pengembangan destinasi ini. Tanpa dukungan dan peran serta masyarakat secara luas, keberlangsungan destinasi tidak akan bertahan lama. Diperlukan strategi khusus dalam rangka meningkatkan partisipasi masyrakat terutama peran yang berbeda yang dijalankan. Misalnya, anak-anak muda, kaum perempuan dan orang-orang tua. Masyarakat juga perlu di siapkan; diberikan pengertian mendalam tentang pariwisata, implikasi positif dan negatifnya terutama bagaimana menghadapi perubahan yang terjadi dengan datangnya orang-orang asing ke tempat tinggal mereka yang mungkin akan menimbulkan ekses tertentu bagi mereka.

Dari sini jelas bahwa membangun desa wisata itu yang utamanya adalah melibatkan masyarakatnya. Desa wisata tidak akan mungkin bisa berjalan dengan baik jika tidak ada kontribusi aktif dari masyarakat setempat.

Bicara partisipasi masyarakat bicara juga tentang kekuasaan dan proses demokrasi yang masih dipahami secara berbeda di setiap tempat. Bentuk-bentuk partisipasi ini juga mempunyai level yang berbeda-beda di masyarakat seperti; partisipasi spontan, pasif, terpaksa, dipaksa, dimanipulasi dan lain sebagainya. Arnstein (1969), menyimpulkan bahwa partisipati masyarakat ini dengan tingkat dari distribusi kekuasaan yang dibagi olehnya menjadi delapan level dari yang terendah yaitu: manipulasi, terapi, informasi, konsultasi, pengambilan hati, partnership, delegasi kekuasaan  dan kontrol oleh masyarakat. Manipulasi dan terapi adalah penggambaran non-participation, dan informasi, konsultasi serta pengambilan hati di kategorikan sebagai partisipasi secara simbolik, yang terakhir, partnership, delegasi kekuasaan dan control oleh masyarakat sebagai penggambaran kekuasaan masyarakat.

Di bidang pariwisata partisipasi masyarakat di golongkan menjadi tiga oleh Tosun (1999a) yaitu;

  • Partisipasi yang di paksa
  • Top-down, passive; tidak langsung, formal, partisipasi dalam implementasi, belum tentu berbagi manfaat, simbolik, manipulative. Masyarakat hanya menjalankan saja tetapi sama sekali tidak terlibat didalam prosesnya. Dalam kasus ini juga pihak berwenang tidak emmberikan kesempatan dan mengedukasi masyarakat untuk menentukan nasib mmereka di masa yang akan datang.
  • Partisipasi yang di bujuk
  • Top-down, passive, formal, tidak langsung, dibujuk, manipulasi, partisipasi palsu, pilihan proposal dan umpan balik. Dalam tahap ini, masyarakat punya suara dalam keterlibatannya tetapi tidak punya kekuasaan bahwa ide/suara mereka di dengar oleh pihak berwennag dalam proses pembangunan. Tipe ini yang sering terjadi di negara berkembang dimana masyarakat hanya mendukung saja keputusan yang sudah ada, bukan memutuskannya.
  • Partisipasi spontan
  • Bottom -- up, aktif, partisiasp langsung, pembuat keputusan, partisipasi otentik dan perencanaan mandiri.  Partisipasi ini di anggap ideal yang memberikan tanggung jawab dan wewenang sepenuhnya kepada masyarakat.

Tosun menyarankan sistem desentralisasi yaitu pendelegasian kekuasaan dan tanggung jawab dari pemerintah pusat  kepada pemerintah di bawahnya akan memperkuat partisipasi masyarakat dan memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada warga negara. Di Indonesia, kita melihat bahwa pemerintah Indonesia sudah memberikan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat di tingkat yang paling bawah yaitu di desa untuk berpartisipasi secara aktif membangun daerahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun