Mohon tunggu...
Masrura RamIdjal
Masrura RamIdjal Mohon Tunggu... Lainnya - PhD Candidate dari Oxford Brookes University, pengusaha Biro Perjalanan Wisata

Success is no accident. It is hard work, perseverance, learning, studying, sacrifice and most of all, love of what you are doing or learning to do (Pele)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Tourist Behaviour" Saat Berkunjung ke Indonesia, Sudahkah Kita Mempelajarinya?

17 Maret 2018   21:13 Diperbarui: 18 Maret 2018   13:46 2901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kompas.com/Raditya Helabumi

Selain Puncak mereka juga menyebut Bandung, Bogor dan Jakarta yang mereka kerap kunjungi. Ada satu dua orang yang menyebut Sukabumi dan Bali. Menarik untuk di simak kenapa mereka tidak memilih Bali? Ternyata mereka tidak suka dengan suasana Bali yang terlalu terbuka dengan banyak turis asing yang berlalu lalang dengan pakaian terbuka, mereka menganggap ini tidak baik buat mereka dan anak-anak mereka. Jadi yang memilih datang ke Bali adalah turis Saudi yang melakukan perjalanan dengan sesama teman-teman bukan dengan keluarganya. Lombok juga di sebut oleh satu orang dari 25 responden tadi.

Ternyata dari 25 responden itu mereka semuanya pernah datang minimal sekali ke Indonesia bahkan ada yang datang berkali-kali, malah ada yang setahun datang 2 kali ke Indonesia (Puncak) dan menarik lagi bahwa mereka memang tidak mau berhubungan dengan operator tur dan berjalan dengan rombongan besar seperti turis Eropa karena mereka ingin privasi buat keluarganya saja. 

Betul… kebiasaan mereka itu untuk booking last minute bahkan mereka memesan vila atau hotel di Puncak, Bandung atau Bali ketika mereka sudah sampai di Jakarta bukan jauh hari atau sejak mereka masih di negara mereka. Mereka memesan lewat fasilitas online booking, atau via teman yang membantu memesankan dengan pemilik Vila di Puncak dan membayarnya tunai.

Turis Saudi sangat benci polisi, suap, hadiah dan juga orang-orang Indonesia yang suka berpura-pura baik dengan mereka dan kemudian memanfaatkan mereka. Dan ini sering terjadi, oleh karenanya mereka memilih untuk berjalan dengan seseorang yang bisa berbahasa arab. Hampir 85% mengatakan mereka memilih menyewa mobil dengan supir yang bisa berbahasa Arab untuk memudahkan komunikasi mereka selama di sana.

Menarik sekali untuk betul-betul memahami kebiasaan mereka tersebut sehingga kita bisa menyiapkan apa yang mereka inginkan dan membuat mereka lebih lama dan betah berada di obyek wisata tersebut. Lama tinggal turis-turis Saudi itu rata-rata sekitar 10 hari di Puncak, 3 hari di Bandung dan 2 hari di Jakarta. Jika mereka pergi ke Bali, mereka rata-rata menghabiskan 3-5 hari disana. Waktu yang cukup lama untuk menjaring mereka dan menghabiskan waktu-waktu mereka mengunjungi objek-objek wisata yang menarik yang berada di sekitar wilayah yang mereka datangi serta mengeluarkan uang mereka untuk dihabiskan di destinasi tersebut.

Ada beberapa pertanyaan survei dan jawabannya yang juga menarik untuk kita bahas lagi tetapi saya akan membahasnya di kesempatan yang berbeda. Intinya penting sekali bagi kita untuk mengadakan survei kepada market-market yang kita tuju untuk mengerti bagaimana cara kita menjaring mereka dan berapa banyak peluru yang akan kita habiskan. Jadi tidak perlu menyiapkan bazooka jika hanya untuk membunuh sekumpulan semut semut kecil. 

Survei ini dilakukan oleh teman saya di komunitas teman-temannya di wilayah Jazan, salah satu provinsi terkecil di Saudi Arabia yang berpenduduk sekitar 1,3 Juta orang. Sementara Saudi Arabia sendiri berpenduduk 32 juta jiwa dan jika ditambah negara–negara timur tengah lainnya merupakan pasar yang cukup besar bagi market pariwisata Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun