Tarigan Tambak berasal dari Purba Tambak, leluhur marga ini merupakan penguasa Kerajaan Silou dan Dolog Silou, di Simalungun marga ini terbagi menjadi Tambak Bawang, Tambak Tualang, dan Tambak Lombang. Selain itu, pada masa lalu leluhur Purba Tambak dan Tarigan Tambak juga pernah menjadi raja di Tambak Binongon, dari sinilah lahir kelompok Purba Sidasuha yang mendirikan Pertuanan Suha Bolag dan Kerajaan Panei, Akibat terjadinya perselisihan, keturunan Purba Sidasuha terpecah lagi menjadi Purba Sidadolog dan Purba Sidagambir. Di daerah Tingkos sekarang masih terdapat peninggalan leluhur Purba Tambak dan Tarigan Tambak berupa kolam bernama Tambak Lau Burawan yang dimiliki secara bersama-sama dengan Tarigan Purba Cikala, selain itu di Tambak Bawang juga ditemukan peninggalan yang sama yaitu Tambak Sumbul dan Pancur beru Tarigan. Untuk makam raja-raja Silou bisa disaksikan di Silou Buntu Kecamatan Raya Simalungun yang berada di atas bukit yang ditandai sebuah monumen batu setinggi setengah meter yang menggambarkan seorang kesatria menunggang kuda sebagai pintu masuk menuju makam. Sedang makam raja-raja Dolog Silou berada.di Barubei dan Pamatang Dolog Silou yang ditaruh dalam peti kayu, pemakaman ini sudah dibangun dengan baik semasa hidup Raja Dolog Silou terakhir Tuan Bandar Alam Purba Tambak yang dinamakan Balei Hubur. Pada zaman dahulu, Raja Silou memiliki beberapa orang putera, salah seorang di antaranya membentuk perkampungan di Tambak Bawang yang pada masa itu penuh dengan rawa-rawa. Di tempat ini, ia membuat sebuah kolam dan menamakannya Tambak Bawang artinya kolam terbuat dari rawa-rawa. Sejak itu marganya lebih dikenal dengan sebutan Purba Tambak Bawang, ia menikah dengan puteri Karo dari Sukanalu dan memperoleh lima orang anak. Putera sulungnya bergelar Ompung Nengel yang memiliki gangguan pendengaran, putera kedua adalah seorang yang sakti, sepeninggalnya sosoknya dikeramatkan (sinumbah). Adik mereka yaitu Nai Horsik, Si Boru Hasaktian (pemilik pemandian keramat yang ada di Tambak Bawang), dan putera bungsu pergi ke Sukanalu ke kampung pamannya marga Sitepu, keturunannyalah Tarigan Tambak yang ada di Sukanalu dan Kebayaken. Ompung Nengel merupakan leluhur Tarigan Tambak yang ada di Tambak Bawang dan Bawang, sepeninggal ayahnya ia meneruskan jabatan sebagai kepala kampung (pangulu) Tambak Bawang. Sedang adiknya Nai Horsik pergi ke timur dan sampai di Silou Buntu, ia menikah dengan puteri Raja Nagur dari klan Damanik dan melahirkan putera bernama Jigou.Â
Gambar 3: Hasil sketsa monumen batu setinggi setengah meter yang menggambarkan seorang kesatria menunggang kuda yang dilukis oleh G.L. Tichelman tahun 1921 (kiri) dan bentuk aslinya berhasil ditemukan oleh tim Komunitas Jejak Simalungun (kanan) pada 15 November 2014. Monumen ini menjadi pintu masuk menuju tempat penyimpanan tulang belulang leluhur raja-raja Silou. Asisten Residen Simalungun dan Karo J. Tideman juga pernah mengunjungi dan melakukan penelitian terhadap situs ini
Dalam naskah kuno (chronicle) Partingkian Bandar Hanopan peninggalan Kerajaan Dolog Silou yang disimpan oleh Tuan Bandar Hanopan dan sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Belanda oleh Taal Ambtenaar (pegawai bahasa Belanda) Dr. Petrus Voorhoeve dan pertama kali disebutkan dalam literatur oleh G.L Tichelman (Deli Courant 1936/07/03). Kronik tersebut mengisahkan bahwa Tuan Sindar Lela bertemu dengan Puteri Hijau di aliran Sungai Petani dekat pohon tualang di sekitar Deli Tua. Sindar Lela memiliki keahlian berburu dan juga pemancing yang handal sehingga ia digelari dengan Pangultopultop, hal inilah yang menginspirasi lahirnya simbol Purba Tambak yaitu ultop (sumpit) dan bubu (alat penangkap ikan); keturunanya disebut Purba Tambak Tualang. Pertemuan Puteri Hijau dengan Sindar Lela terjadi pada waktu Aceh menyerang Haru. Keduanya menjalin hubungan saudara, Sindar Lela kemudian membawa Puteri Hijau ke Sinembah untuk mencari perlindungan, namun Datuk Sinembah keberatan. Dari sini, mereka pergi ke Haru. Sultan Haru rela membantu asalkan Puteri Hijau bersedia menjadi permaisurinya. Mendengar Puteri Hijau berada di Haru, Sultan Aceh mengirim armada untuk menyerang Haru sekaligus membawa Puteri Hijau kembali ke Aceh. Setelah berhasil menghancurkan Haru, Puteri Hijau diboyong ke Aceh, sultan lalu membujuknya agar rela menjadi isterinya, keinginan ini diterima oleh Puteri Hijau namun dengan syarat Sultan Aceh segera memberikan legitimasi kepada saudaranya Sindar Lela menjadi raja di Kerajaan Silou.Â
Gambar 4: Raja Dolog Silou, Tuan Tanjarmahei Purba Tambak tahun 1920 yang merupakan raja dari golongan Tarigan Tambak, Tarigan Tua, Tarigan Gerneng, dan Tarigan SilangitÂ
Setelah ditabalkan menjadi raja, Sindar Lela kembali ke Simalungun dan mendirikan kampung Silou Bolag. Ia menikah dengan puteri Raja Nagur bernama Ruttingan Omas dan melahirkan dua orang putera, yang sulung bernama Tuan Tariti dan yang bungsu bernama Tuan Timbangan Raja. Anak yang sulung menggantikan ayahnya sebagai raja di Silou Bolag, sementara yang bungsu pindah ke Silou Dunia dan menjadi Raja Goraha Silou. Sindar Lela juga mengambil puteri Raja Pohan dari Banua yang disebut Puang Toba. Putera bungsunya, Tuan Timbangan Raja menikah dengan Bunga Ncolei puteri Penghulu Pintu Banua dari Barus Jahe dan melahirkan dua orang putera dan seorang puteri. Salah seorang puteranya kemudian mendirikan kerajaan dekat jurang di tanah Raja Marubun di tepi Bah Karei berbatas dengan Rih Sigom dan Sibaganding dekat Bangun Purba, keturunannya kemudian bergelar Purba Tambak Lombang. Tuan Timbangan Raja juga menikah dengan puteri Raja Nagur dari Parti Malayu klan Damanik dan hanya melahirkan seorang putera. Pada masa terjadinya konflik antara Silou dengan Aceh karena perebutan Gajah Putih, Silou mengalami kekalahan. Sebagai tebusan, pasukan Aceh memboyong Raja Marubun, permaisuri Tuan Silou Dunia, dan sepasang anaknya. Sedang dua puteranya yang lain berhasil menyelamatkan diri, keduanya bergelar Raja Goraha Silou dan Raja Anggianggi. Setelah berada di Aceh, putera Tuan Silou Dunia mampu merebut hati Sultan Aceh sehingga dijadikan menantu lalu didudukkan sebagai penguasa di Tarumun, Aceh Singkil.Â
Gambar 5: Situs Gajah Putih peninggalan Raja Silou,
patung ini dibuat di Bongguran (Nagori sekarang) dan dicat putih sehingga disebut “Gajah Putih".
Raja Dolog Silou terakhir Tuan Bandar Alam Purba Tambak dalam bukunya "Sejarah Keturunan Silou" menyebutkan bahwa Tuan Rajomin Purba Tambak bergelar Nai Horsik putera Tuan Bedar Maralam juga menikah dengan puteri Sibayak Barus Jahe. Di mana acara pernikahan mereka diadakan di kampung Barubei, pada waktu itu hadir Pangulu Tanjung Muda, Tambak Bawang, Purba Tua, Partibi Raja, Huta Saing, dan Purba Sinombah. Selain dengan puteri Sibayak Barus Jahe, Tuan Rajomin juga mengambil puteri Raja Pohan dari Banua Toba, saudara perempuan dari Raminta sebagai isteri. Namun belakangan, pihak Barus juga turut menikahi puteri Purba Tambak. Dua orang puteri Tuan Lurni bernama Panak Boru Tobin dan seorang lagi disebut Bou dijadikan isteri oleh Milasi Barus, Penghulu Tanjung Muda. Dari Panak Boru Tobin lahir tiga orang anak laki-laki bernama Sakka Barus, Tombaga Barus, Kudakaro Barus, dan seorang perempuan bernama Tapiorei beru Barus yang kemudian kawin dengan Tuan Duria Purba Silangit, Penghulu Gunung Mariah dan melahirkan seorang putera bernama Tuan Samperaja Purba Silangit. Saudarinya yang lain adalah Tuan Dormagaja, memiliki enam orang anak, pertama bernama Tapiara kawin dengan Laut Sipayung, anak mereka bernama Garain, kedua Tamin kawin dengan Tombaga Barus, anak mereka bernama Martika Barus. Ketiga Hamura kawin dengan Andim Sipayung, anak mereka bernama Morgailam Sipayung, Keempat Loin kawin dengan Jimat Sipayung, anak mereka bernama Kawan Sipayung. Kelima Rabini kawin dengan Ramauli Barus dan keenam bernama Arbun kawin dengan Taris Barus. Selanjutnya puteri Tuan Dorahim bernama Panak Boru Bungalou kawin dengan Sakka Barus, diperoleh anak laki-laki bernama Jotar Barus, dan tiga anak perempuan bernama Dingin, Renep, dan Langges. Tuan Tanjarmahei memiliki tiga puluh orang anak dari dua orang isteri, pertama boru Saragih Simarmata dari Purba Saribu dan kedua bernama Bungalain boru Saragih Garingging puteri Raja Raya. Salah seorang puteranya bernama Tuan Huala memiliki lima orang isteri, dari isteri keempat bernama Ragi boru Saragih melahirkan tiga orang puteri bernama Rainggan kawin dengan Tandang Sipayung, Tarmulia kawin dengan Bolong Barus, dan Parpulungan kawin dengan Banci Sinulingga. Sedang dari isteri kelima bernama Ikim boru Saragih lahir seorang puteri bernama Ramaidah yang kawin dengan Tolap Barus. Puteri Tuan Tanjarmahei bernama Panak  Boru Linggainim kawin dengan Bintala Barus dan memperoleh 3 orang anak laki-laki bernama Rajanimbang kawin dengan Tiomina boru Tarigan Tua, Nokoh kawin dengan Tamin boru Purba, dan Ingatbona kawin dengan Maria boru Bangun. Dari hasil pernikahan Rajanimbang dengan Tiomina boru Tarigan Tua lahir Dr. Ir. Takal Barus. (Purba Tambak, 1967: 23-30)