Oleh: Masrul Purba Dasuha, S.Pd
Pendahuluan
Bicara mengenai Bahasa Simalungun, maka terlebih dahulu kita mengulas bagaimana sejarah masuknya nenek moyang penutur bahasa Austronesia ribuan tahuan lalu ke nusantara khususnya ke Sumatera Utara. Bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa yang terbilang sudah cukup tua dan sangat luas penyebarannya di dunia, kemunculannya diperkirakan sekitar 6.000-10.000 tahun lalu. Kebanyakan bahasa-bahasa Austronesia tidak mempunyai sejarah panjang dalam bentuk tertulis, sehingga upaya untuk merekonstruksi bentuk-bentuk yang lebih awal, yaitu sampai pada Proto-Austronesia sangat sulit. Prasasti tertua dalam bahasa Cham, yaitu Prasasti Dong Yen Chau yang diperkirakan dibuat pada abad ke-4 Masehi, sekaligus merupakan bukti tertulis tertua pula bagi rumpun bahasa Austronesia. Robert Blust, seorang pakar ilmu linguistik telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya kosakata proto Bahasa Austronesia yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam. Seorang pakar linguistik lainnya bernama Spir juga telah menyusun kronologi penyebaran Bahasa Austronesia dari tahun ke tahun. Ada beragam pendapat mengenai tanah air Bangsa Austronesia ini, para cendekiawan mencoba menyelidiki dari dua sisi yaitu melalui bukti arkeologi dan ilmu genetika. Secara penelaahan genetika memberikan hasil yang bertentangan, sejumlah peneliti menemukan bukti bahwa tanah air Bangsa Austronesia Purba berada di benua Asia (Melton dkk, 1998). Sedangkan para peneliti lainnya merujuk pada kajian linguistik menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan, dengan alasan di Taiwan ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia. Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika ia menulis:
“... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di antara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya.  Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan".
Setidaknya sejak Spir (1968), para ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa jumlah dari cabang-cabang di antara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan di antara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia. Sedangkan hasil penggalian arkeologi menunjukkkan bahwa bangsa Austronesia sudah bermukim di Taiwan sekitar 8.000 tahun yang lalu. Dari pulau ini mereka bermigrasi ke Filipina, Indonesia kemudian Madagaskar dan ke seluruh Samudera Pasifik. Para ahli sejarah menyarankan migrasi ini bermula sekitar 6.000 tahun yang lalu. Hasil penelitian mutakhir para ahli semakin memantapkan dugaan adanya dua arus migrasi besar ke nusantara yang menjadi cikal bakal leluhur langsung bangsa Indonesia. Pertama, bangsa Austroasia yang tiba pada 4.300-4.100 tahun lalu dan kedua, bangsa Austronesia yang datang pada kisaran 4.000 tahun lalu. Arkeolog prasejarah dari Pusat Arkeologi Nasional, Harry Truman Simanjuntak, mengatakan, Austroasia dan Austronesia awalnya berasal dari satu rumpun bahasa yang sama, yaitu bahasa Austrik. Bahasa ini berasal dari Yunan, Tiongkok selatan. Bahasa Austrik akhirnya terpecah menjadi dua, yaitu Austroasia digunakan di sekitar Asia  Tenggara Daratan dan Austronesia yang digunakan di wilayah kepulauan mulai dari Taiwan, Filipina, Samudera Pasifik, Madagaskar hingga Pulau Paskah.
Gambar 2-4: Rute penyebaran bangsa dan bahasa Austronesia beserta tahunnya.
Dari hasil pengkajian bahasa yang dilakukan oleh penulis, dalam bahasa Simalungun sendiri ditemukan terdapat dua golongan bahasa baik Austroasia maupun Austronesia.  Adapun leluhur langsung yang menurunkan bangsa dan bahasa Simalungun yang datang dari Taiwan, penulis menduga yaitu dari suku Amis dan Atayal yang bermigrasi ke Sumatera Utara sekitar 4.000 tahun lalu. Mereka masuk melalui pantai timur Sumatera, awalnya mereka menetap di pesisir mendesak bangsa Austroasia yang lebih dulu datang pada 300-100 tahun sebelumnya, sebelum kehadiran Bangsa Austronesia, suku Simalungun pada awalnya menuturkan Bahasa Austroasia. Namun penulis belum mampu menyebutkan secara spesifik suku apakah dari golongan Bangsa Austroasia yang datang ke Simalungun, selain datang dari Taiwan, ada juga penutur Bahasa Austroasia yang datang langsung dari daratan asia yaitu dari Thailand, Vietnam, dan Myanmar, hal ini  diketahui dari adanya kemiripan kosa kata antara rumpun bahasa Mon-Khmer seperti bahasa Mon, Khmer, Thai, Palaung, Shan, dan Khasi dengan bahasa Simalungun, keempat bahasa ini dituturkan di negara Myanmar, Kamboja, Vietnam, Laos, Thailand, Malaysia, India, dan Cina. Dari sejumlah daerah inilah para penutur Bahasa Austroasia berlayar ke nusantara khususnya Sumatera Utara. Namun pasca masuknya Bangsa Austronesia dari Taiwan perlahan kedudukan Bahasa Austroasia tergantikan akibat dominasi dari Bahasa Austronesia.
Bahasa Simalungun