Menggagas lembaga pendidikan yang bermutu layaknya menyiapkan sebidang sawah untuk para petani (baca:orangtua yang ingin mempercayakan pendidikan anaknya di sekolah). Lalu, pertanyaanya adalah lembaga pendidikan bermutu seperti apa yang dibutuhkan oleh para orang tua sekarang dan kedepan?
Karakteristik Sekolah Bermutu
Berkenaan dengan lembaga pendidikan (baca: sekolah) bermutu, ada beberapa model (karakteristik) sekolah bermutu yang dikemukakan oleh Jerome S. Arcaro (2007) diantaranya adalah pertama, Fokus pada customer. Dalam meningkatkan penyelenggaraan mutu pendidikan sekolah harus melayani kebutuhan customer baik internal maupun eksternal. Kalau dianalogikan dengan lahan pertanian di atas, maka harus disiapkan lahan dan pengolahannya sesuai dengan tanaman yang akan ditanam. Kedua, Keterlibatan total. Semua komponen yang berkepentingan (warga sekolah, warga masyarakat dan pemerintah) harus terlibat secara langsung dalam pengembangan mutu pendidikan. Ketiga, Pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan cara evaluasi, evaluasi ini dijadikan acuan dalam meningkatkan penyelenggaraan mutu pendidikan. Salah satu bagian yang sering dijadikan instrumen pengukuran adalah prestasi siswa. Keempat, Komitmen. Hal lain yang menyangkut pendidikan bermutu adalah adanya komitmen bersama terhadap budaya mutu utamanya komite sekolah dan pemerintah. Kelima, Memandang pendidikan sebagai sistem. Pandangan seperti ini akan mengeliminasi pemborosan dari pendidikan dan dapat memperbaiki mutu setiap proses pendidikan. Dan yang terakhir, Perbaikan berkelanjutan. Prinsip dasar mutu adalah perbaikan secara terus-menerus (berkelanjutan) langkah ini dilakukan secara konsisten menemukan cara menangani masalah dan membuat perbaikan yang diperlukan.
Keenam karakteristik sekolah bermutu di atas, masing-masing saling berkaitan dan saling mendukung menjadi sebuah prasyarat dalam membangun sekolah yang bermutu. Jika saat ini ada lembaga pendidikan dalam posisi ‘di atas’, dielu-elukan masyarakat karena prestasi-prestasi yang telah diraihnya. Sehingga membuat terlena dan lupa untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan inovasi-inovasi baru yang berkelanjutan. Maka, ‘Naudzubillah, lambat laun lembaga pendidikan tersebut akan ketinggalan zaman dan tentunya akan ditinggalkan oleh penggemarnya (baca: masyarakat).
Membumikan Visi dan Misi Sekolah
Keberadaan Visi dan Misi sekolah terkadang hanya menjadi pelengkap papan data di sekolah. Tidak tersentuh bahkan tidak terhayati di masing-masing komponen sekolah. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi keberlangsungan sebuah lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan akan berjalan terseok-seok, karena ada salah satu kaki yang diam karena tidak memahami arah dan jalan yang dituju. Visi dan Misi sekolah harus dipahami bersama oleh seluruh komponen sekolah. Sehingga seluruh komponen sekolah berjalan seirama sesuai tujuan yang ditentukan.
Visi merupakan arah dan gambaran masa depan yang ingin dicapai. Visi ini menjadi penting karena menjadi standar prestasi bagi sekolah. Arah dan tujuan sekolah semakin jelas. Sederhananya, jika sekolah memiliki visi mewujudkan generasi yang mandiri dan berwawasan lingkungan, maka segala upaya dalam bentuk program akan diarahkan menuju kearah pencapaian visi tersebut. Sehingga visi dapat menjadi cita-cita yang akan merangsang komponen sekolah untuk meraihnya dengan menyatukan energi dan sumber daya yang dimiliki.
Setiap sekolah memiliki program-program yang terlihat bagus dengan pelaksanaan yang ‘gebyar’, terlihat dari acara yang meriah dan banyak menyedot perhatian dan tenaga. Ini tentu akan sangat bagus jika memang program tersebut lahir dari sebuah visi sekolah, ada misi yang jelas mengarah kepada visi sekolah. Tetapi program itu akan menjadi sia-sia atau bahkan ‘buang-buang uang saja’, jika ternyata program itu sama sekali tidak mengarah kepada visi sekolah. Maka akan lebih baik jika setiap sekolah merumuskan kualitas yang mengacu kepada visi. Hal ini akan menjadi kontrol kualitas (quality qontrol) setiap sekolah dalam membuat program-program sekolah.
Intinya, jika program sekolah tersebut tidak dilaksanakan akan menjadi penentu ‘hidup dan matinya’ sekolah maka program tersebut harus mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Tetapi jika program sekolah tersebut tidak memberikan efect yang berarti dalam keberlangsungan hidup sekolah, maka program tersebut layak diamputasi. Sekolah harus mampu memilah dan memilih program yang prioritas dan bukan prioritas.
Memimpikan Konsep Sekolah Bermutu
Jika kita bertanya kepada masyarakat sekitar kita tentang ciri-ciri sekolah bermutu maka kita akan mendapatkan berbagai jawaban yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan sekolah bermutu adalah sekolah yang gedungnya bagus, fasilitasnya lengkap, kelas dan halamanya bersih. Ada yang mengatakan sekolah bermutu adalah sekolah yang memiliki guru-guru yang santun, ramah, pelayanan sekolah yang cepat dan memahami kebutuhan wali murid. Ada pula yang menjawab sekolah bermutu adalah sekolah yang meluluskan siswa-siswi yang berprestasi, memiliki akhlaq yang mulia, sholih, mandiri dan lain sebagainya tergantung pengetahuannya masing-masing.
Jawaban-jawaban di atas menurut saya semuanya adalah benar. Karena jawaban-jawaban tersebut jika dirunut, merupakan alasan-alasan yang menjadikan mereka ‘menyekolahkan’ anaknya di sekolah tersebut. Dan jawaban-jawaban tersebut menjadi bahan analisa bagi sekolah, apakah sekolah sudah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat atau belum. Hal ini akan menjadi bahan untuk menganalisis karakteristik kualitas.
Menurut Berry, Fitzsimmons, 1994, hal di atas merupakan bagian dari dimensi kualitas. Dimensi kualitas dalam bidang pendidikan tersebut adalah Tangibles, yaitu berupa bukti langsung yang dapat dilihat dan dirasakan oleh customer, misalnya fasilitas fisik, perlengkapan, performance guru dan karyawan, dan sarana komunikasi. Kedua, Reliability (keandalan) yaitu kemampuan sekolah dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan. Tidak membuat kecewa wali murid. Ketiga, Responsiveness (daya tanggap) yaitu adanya keinginan para guru dan karyawan untuk segera membantu dan tanggap dalam pelayanan. Keempat, Assurance (jaminan) adanya jaminan yang mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki guru dan karyawan dan bebas dari keragu-raguan. Kelima, Empaty, yaitu memberikan kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan wali murid.
Akhirnya, menggagas sebuah lembaga pendidikan yang bermutu bukan hanya mimpi. Harapan membangun bangsa yang berkualitas melalui lembaga pendidikan yang bermutu akan selalu ada dan terwujud jika kita memahami karakteristik sekolah yang bermutu. Sekolah yang memiliki Visi dan Misi yang jelas dan membumi di setiap komponen sekolah. Dan akan tetap diminati oleh masyarakat jika sekolah selalu memperhatikan dimensi kualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H