Mohon tunggu...
ᶜᵒᶜᵒмеo
ᶜᵒᶜᵒмеo Mohon Tunggu... Freelancer - Cogito ergo scribe

More Coffee More Beer

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kampanye, Minim Penyampaian Gagasan, Marak Hiburan

6 April 2014   01:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:01 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampanye pemilu legislatif 2014 telah usai pada hari Sabtu ini (5/4). Sebanyak 12 partai nasional (serta tiga partai lokal di Aceh) yang mengikuti pemilu legislatif 2014 bersiap menanti tanggal 9 April, hari di mana hajatan demokrasi bangsa Indonesia akan dilangsungkan. Selama tiga minggu telah dimanfaatkan oleh semua partai peserta pemilu legislatif 2014 untuk menarik perhatian masyarakat-dengan berbagai cara tentunya. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apakah semua kampanye mempunyai nilai kualitas yang memuaskan dengan menonjolkan nilai-nilai pendidikan politik di dalamnya?

Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan untuk Rakyat (JPPR) M Afifuddin pada diskusi Warna Warni Kampanye Pemilu, di gedung DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (4/4/2014) sebagaimana yang dilansir liputan 6.com menyatakan kampanye pemilu legislatif 2014 sangat minim gagasan. minimnya gagasan terjadi karena selama masa kampanye, partai politik lebih menonjolkan hiburan dan kemeriahan. Bukan penyampaian program para caleg. Sementara, pakar politik dan pemerintahan Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung, Asep Warlan, menilai kampanye pemilu legislatif 2014 tidak ada yang berkualitas karena tidak terkonsep dan memiliki gagasan jelas. (Okezone)

Saya sendiri lebih mencermati kampanye pemilu legislatif 2014 tidak lebih dari pesta hiburan rakyat yang diisi oleh hiburan-hiburan standar yang jauh dari esensi maupun substansi akan sebuah kampanye disamping tentunya juga harus disertai pemberian edukasi politik. Sebuah kampanye menurut Kotler dan Roberto dalam Cangara (2009) diartikan sebagai sebuah upaya yang dikelola oleh satu kelompok (agen perubahan) yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang ide, sikap dan perilaku tertentu. Upaya untuk memersuasi target sasaran tentu saja berbentuk program-program yang sudah terkemas dalam bentuk gagasan-gagasan. Dan sejauh mata memandang, tampaknya gagasan-gagasan dalam kampanye bukan menjadi “jualan” utama semua partai peserta pemilu legislatif 2014 saat berkampanye. Gagasan-gagasan utama itu sendiri tidak mendapat porsi lebih besar daripada unsur-unsur hiburan yang menjadi “senjata” utama memikat para simpatisan maupun kader.

Sejatinya "penjualan" konsep maupun gagasan yang diwujudkan pada sebuah program nantinya merupakan sebuah produk nyata untuk menilai sejauh mana keberhasilan maupun kegagalan parlemen kita di masa akan datang, disamping untuk meraba tentang visi maupun misi calon penghuni parlemen, Tanpa itu, sebagai konstituen maka tidak akan mempunyai tolok ukur untuk menilai itu semua. Kalau pun ada gagasan-gagasan yang “dijual” oleh partai-partai yang sedang berkampanye kualitasnya tidak lebih dari seorang anak sekolah dasar dalam menyampaikan gagasannya, tidak kreatif dan sangat monoton, hanya berkisar di antara tiga poin umum yakni, pemberantasan korupsi, kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi. Polanya sama hanya berbeda perspektif, padahal Indonesia merupakan negara dengan masyarakatnya yang heterogen, dengan begitu sudah seharusnya dibutuhkan keanekaragaman akan gagasan-gagasan dalam berkampanye.

Menakar dari itu semua, jelas tercitrakan bahwa seluruh kampanye yang telah berlangsung tidak berkualitas bahkan memang sudah sepantasnya kualitas para calon penghuni parlemen selanjutnya tidak ubahnya tanpa kreativitas dan juga akan dihiasi oleh hiburan-hiburan politik dari mereka saat berada di Senayan karena memang seperti itulah gambaran yang tersaji di awal saat berkampanye. Maka, sebagai konstituen sudah selayaknya kita harus mengkritisi substansi dari seluruh kampanye yang ada entah itu kampanye akbar maupun kampanye personal para calon legislatif. Ini adalah kampanye pemilu legislatif bukan panggung hiburan rakyat!

Pada akhirnya, kembali lagi kepada partai peserta yang terlibat dalam pemilu legislatif 2014, apakah mau menjadikan sebuah kampanye sebagai panggung hiburan saja atau menjadikan gagasan-gagasan kreatif sebagai daya jual dalam berkampanye di samping pemberian edukasi politik kepada masyarakat. (Sebagai catatan untuk menghadapi kampanye pemilihan presiden)

Salam damai Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun