Mohon tunggu...
ᶜᵒᶜᵒмеo
ᶜᵒᶜᵒмеo Mohon Tunggu... Freelancer - Cogito ergo scribe

More Coffee More Beer

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Preview Jerman vs Argentina: Kala Jerman Berjuang 'Melawan' Teori

12 Juli 2014   07:11 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:35 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_315057" align="aligncenter" width="462" caption="Penyerang Jerman Thomas Mueller (kiri) Penyerang Sekaligus Kapten Argentina Lionel Messi (kanan)  -(AFPGetty Images)"][/caption]

Piala Dunia FIFA 2014 telah menuju pada pertandingan final yang akan mementaskan Jerman dan Argentina. Pertandingan akan dimainkan pada hari Minggu di Rio de Janeiro pukul 3:00 pm EST (Senin, 14/07/2014, 2:00 am WIB). Ini menjadi sekuel lanjutan bagi kedua negara tampil di final—untuk ketiga kalinya dalam sejarah, final Piala Dunia FIFA.

Die Mannschaft (julukan Jerman) melaju ke final untuk kedelapan kalinya (terakhir kali pada tahun 2002) setelah meluluhlantakkan tuan rumah Brazil dengan skor fantastis 7-1. Sementara La Albiceleste (julukan Argentina) mencapai final pertama mereka di Piala Dunia selama 24 tahun setelah mereka menghentikan perlawanan Belanda di semifinal dalam adu penalty setelah skor 0-0 berkesudahan selama 120 menit.

Layaknya sebuah takdir yang tidak bisa dihindari, perjumpaan antara Jerman dan Argentina kali ini akan menghidupkan kembali kenangan final piala dunia FIFA pada akhir 80-an dan tahun 1990 di mana Jerman (yang kala itu masih sebagai Jerman Barat) dan Argentina saling menghantam satu sama lain, dengan Argentina yang dipimpin Diego Maradona “Hands of God” dinobatkan sebagai juara setelah mengalahkan Jerman 3-2 pada tahun 1986 di Meksiko, sedangkan empat tahun kemudian di Roma, sebuah tendangan penalty oleh Andreas Brehme sudah cukup bagi Jerman untuk meraih trofi sekaligus membayar luka empat tahun sebelumnya.

[caption id="attachment_315058" align="alignnone" width="273" caption="Tim Argentina kala meraih gelar tahun 1986 - michael king (getty images) "]

1405097479908844443
1405097479908844443
[/caption]

Menilik sejarah, Jerman jelas sedikit diunggulkan walaupun rekor Head to Heads secara keseluruhan—sebagaimana yang dilansir oleh FIFA, masih dipegang Argentina dengan sembilan kemenangan berbanding enam kekalahan serta lima hasil imbang. Kedua tim sama-sama saling mencetak 28 gol. Namun secara kekinian dalam turnamen resmi, Jerman layaknya monster bagi Argentina. Sekali berjumpa dalam piala konfederasi FIFA tahun 2005 yang berkesudahan 2-2 dan dua kali pertemuan di piala dunia FIFA tahun 2006 dan 2010. Jerman mampu membungkam Argentina di tahun 2006 dengan adu penalti yang berkesudahan 4-2 setelah bermain 1-1 selama 120 menit, dan Berjaya dengan skor mutlak 4-0 di tahun 2010.

[caption id="attachment_315059" align="aligncenter" width="475" caption="Tim Jerman saat berjaya di Italia tahun 1990 - carlo fumagalli(AP)"]

1405097718396970421
1405097718396970421
[/caption]

Apakah sudah cukup layak mengunggulkan Jerman akan berjaya di akhir pertandingan? Bisa iya, bisa tidak. Akan tetapi, nampaknya Jerman masih harus 'melawan' dua dari tiga teori yang menjelaskan mengapa mereka selalu gagal menjadi kampiun piala dunia FIFA semenjak tahun 2002.

·Negara yang mengalahkan Brazil hanya menjadi Runner-up.

Teori ini berlaku semenjak piala dunia FIFA 2006—berhubung Brazil berjaya di tahun 2002. Korbannya adalah Perancis dan Belanda. Perancis yang menghentikan Brazil di perempat final melaju hingga final namun hanya mampu menjadi runner-up setelah harus mengakui Italia dalam salah satu final yang pernah dibumbui intrik kontroversial. Lanjut di tahun 2010, seolah menjadi déjà vu, Belanda yang kala itu berjaya atas Brazil juga dalam perempat final harus mengeluarkan air mata kala di final kalah satu gol atas Spanyol. Apakah di tahun 2014 ini kembali menjadi déjà vu untuk Jerman?

·Negara yang mengalahkan Jerman akan menjadi Juara.

Teori ini jelas dimulai dari tahun 2002 di mana dua gol Ronaldo memastikan Brazil meraih bintang kelima sepanjang sejarah piala dunia FIFA. Diulangi oleh Italia pada tahun 2006 setelah mengubur harapan Jerman untuk menjadi juara di tanah airnya sendiri dalam semifinal yang ketat dan diteruskan oleh Spanyol pada tahun 2010 kala sebuah sundulan Carles Puyol sudah cukup memberikan Spanyol sebuah tiket final. Jika Argentina mampu menjadi kampiun di tahun 2014 ini, itu sudah cukup untuk memberlakukan teori ini hingga 2018 nanti.

·Spanyol dan Italia sebagai jinx Jerman era baru.

Pada tahun 2000, ketika Jerman dipilih untuk menjadi tuan rumah pada piala dunia FIFA, tim nasional kala itu sedang berada dalam kemunduran—skuad utama mengalami penuaan. Setelah tim ini tersingkir di putaran pertama piala eropa tahun 2000, DFB (asosiasi sepakbola Jerman) memutuskan untuk membentuk ‘Tim 2006’—sebuah tim pengembangan untuk pemain muda, dengan harapan menghasilkan sebuah tim yang bias tampil di Piala Dunia 2006. Tidak hanya perombakan pemain, sistem permainan Jerman pun mulai dirombak total oleh pelatih kala itu, Jürgen Klinsmann. Formasi klasik 3-5-2 dengan sistem libero diganti dengan 4-2-3-1. Melangkah dengan percaya diri dalam piala dunia FIFA 2006 namun mereka harus tersungkur oleh Italia. Dua tahun kemudian di bawah kendali Joachim Löw, Jerman mencoba peruntungan lebih mengesankan di piala eropa dengan melaju hingga final. Sayangnya. lagi-lagi Jerman tak berkutik, kali ini di tangan Spanyol. Negara yang sama pula yang menghentikan laju Jerman di piala dunia FIFA tahun 2010. Dan kembali dua tahun kemudian di ajang piala eropa, Italia kembali menjadi jinx buat mereka. Namun kali ini di piala dunia FIFA tahun 2014, Jerman bagai mendapat durian runtuh. Ambruknya Spanyol serta Italia dalam fase grup jelas menghilangkan teori ini untuk sesaat karena bagaimanapun Jerman sudah pasti terhindar dari undian untuk bertemu Spanyol maupun Italia.

Pada akhirnya, semua prediksi jelas menempatkan Jerman sebagai unggulan untuk meraih bintang keempat mereka (yang pertama sebagai Jerman). Namun, selain menghadang Lionel Messi dan membongkar tembok pertahanan Argentina yang dikomandoi Javier Mascherano‘El Jefecito’ jelas mereka harus ‘melawan’ dua teori tersisa. Jika mereka mampu, maka Jerman juga akan menorehkan rekor sebagai tim dari benua Eropa yang pertama kali memenangkan Piala Dunia di benua Amerika.

Ataukah Argentina yang akan berpesta di kampung halaman rival abadinya sekaligus sebagai kado hari kemerdekaan 9 Juli kemarin? Stadion Maracanã, Rio de Janeiro lah yang akan menjawabnya.(and)

Hasil pertemuan terakhir:

15/08/12 FRI Jerman 1 - 3 Argentina

03/07/10 WC Argentina 0 - 4 Jerman

03/03/10 FRI Jerman 0 - 1 Argentina

30/06/06 WC Jerman(P) 1 - 1 Argentina

21/06/05 CC Argentina 2 - 2 Jerman

09/02/05 FRI Jerman 2 - 2 Argentina

Lima Final Piala Dunia FIFA Terakhir:

2010 Spanyol 1-0 Belanda (aet, 0-0 90 menit)

2006 Italia 1-1 Perancis (1-1, 90 menit, Italia menang adu penalti)

2002 Brazil 2-0 Jerman

1998 Perancis 3-0Brazil

1994 Brazil 0-0 Italia (aet, Brazil menang adu penalti)

[caption id="attachment_315061" align="aligncenter" width="300" caption="Rating Jerman dan Argentina - whoscored.com"]

14050984092000656711
14050984092000656711
[/caption]

Sejarah Jerman dan Argentina selama piala dunia FIFA

Jerman sudah tampil sebanyak 18 kali, memenangi piala dunia FIFA sebanyak tiga kali (1954, 1974, 1990), menjadi runner-up dalam empat kesempatan (1966, 1982, 1986, 2002), dan meraih juara ketiga sebanyak empat kali (1934, 1970, 2006, 2010)

Argentina sudah tampil sebanyak 16 kali, memenangi piala dunia FIFA sebanyak dua kali (1978, 1986), dan menjadi runner-up dalam dua kesempatan (1930, 1990)

Statistik Jerman dan Argentina pada piala dunia FIFA 2014

Jerman di penyisihan grup (mengalahkan Portugal 4-0, imbang dengan Ghana 2-2, mengalahkan Amerika Serikat 1-0); mengalahkan Aljazair 2-1, di babak 16 besar; mengalahkan Perancis 1-0, di perempat final; mengalahkan Brazil 7-1, di semifinal.

Jerman melakukan upaya 64 shoot on target, 17 gol (14 melalui open play, 3 lewat set piece), melakukan 71 pelanggaran, mendapat 4 kartu kuning dan belum menghasilkan kartu merah.

Argentina di penyisihan grup (mengalahkan Bosnia-Herzegovina 2-1, mengalahkan Iran 1-0; mengalahkan Nigeria 3-2); mengalahkan Swiss 1-0, di babak 16 besar; mengalahkan Belgia 1-0, di perempat final; mengalahkan Belanda, 0-0 (4-2 adu penalti), di semifinal.

Argentina melakukan upaya 61 shoot on target, 8 gol (7 melalui open play, 1 lewat set piece), melakukan 64 pelanggaran, mendapat 6 kartu kuning dan belum menghasilkan kartu merah.

*sejarah dan statistik disadur dari washingtonpost

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun