Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dari Ibu, Kami Memahami Arti Tegar , Berjuang , Menaklukkan Nestapa

22 Desember 2024   14:05 Diperbarui: 22 Desember 2024   14:05 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu, ayah, adik adik dan orang tua ibu, di rumah kediaman  orang tua ibu (kakek), jalan Sukabumi, kawasan Menteng , Jakarta Pusat. Tahun 1962. 

Seorang ibu adalah sosok yang paling berduka, ketika musibah menimpa anaknya. Bahkan  bisa berkali kali lipat merasa nyeri dan  marah, ketika anaknya teraniaya.

Masih  terbayang dalam ingatanku, setiap  mengunjunginya, berulang kali ia bertanya,, bagaimana  bisa menantunya itu wafat dalam keadaan tidak pernah sakit berat, apalagi dirawat di rumah sakit. Bagaimana bisa tidak ketahuan punya penyakit jantung. Entahlah, selama ini pemeriksaan kesehatan  tidak ada yang serius. Semua di luar dugaan.

Ibu hanya 5 hari  dirawat di ICU rumah sakit. Karena pembengkakan jantung.  Selama dirawat, ia selalu menanyakan  ayah , dan menanyakan ibunya.

"Ibu cepat sembuh ya, kita kumpul kumpul lagi .... Seperti waktu syukuran 90 tahun ibu.... Bikin halal bihalal lagi ya bu..., ibu mau kan? Ada Tante Ida, Tante Upik, Tante Lili, Tante Ita..... semua pada hadir.... ," kami menyemangati. Ibu mengangguk,  ia selalu bahagia jika sudah berkumpul  keluarga.

 Dalam dua hari ibu bisa pulang  ke rumah. Rumah adik bungsuku. Kamar yang sengaja kami renovasi untuk ibu, dan baru saja selesai ketika ibu masuk IGD. Karena rumah ibu sudah kami anggap tak layak huni. Dan sebelumnya ibu sangat sulit untuk diminta pindah dari rumah masa kecil kami itu. Setiap diajak kemanapun, ibu selalu minta pulang.

Kami berharap, ibu mau pindah ke rumah adik bungsuku yang tidak begitu jauh dari rumah masa kecil kami.

Namun  baru 2 hari di rumah , ibu  harus kami larikan lagi ke rumah sakit karena sesak nafas. Sampai akhirnya ia meninggalkan kami untuk selamanya.

Selamat jalan ibu sayang. Semoga  Allah memberikan tempat terbaik , syurga untuk ibu. Mengampuni semua  salah dan khilaf, menerima semua amal kebaikan ibu.... Jasa ibu bagi kami tak terbatas..... Semangat , doa dan ibadah, dan nilai-nilai moral kebaikan,  ketekenunan , ketegaran ibu, akan selalu jadi panutan hidup kami.

Doa kami akan terus menggema untukmu , ibu dan ayah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun