Tahun 1972, kemarau sangat panjang. Air PDAM  sering tidak mengalir. Bahkan keringnya bendungan membuat pasokan listrikpun darurat. Maka terjadilah giliran pemadaman listrik . Setiap area  hanya kebagian listrik menyala 2 hari sekali.  Rasa insecure, sedih. Pasalnya waktu itu aku belum lama kembali ke Bandung dari Malaysia, tapi ayah masih terus bertugas sampai 1974. Jelas  jika malam gelap, pakai lampu cempor , suka kangen ayah. Semua orang dewasa di rumah perempuan.
Waktu itu lahan kosong di jalan Progo 17 , sedang dibangun sebuah rumah, rumah dinas untuk Pak OO, atau pak Syahran basah dari Fakultas Hukum. Ada sumber air menggunakan pompa tangan. Kami sering menunpang mandi pagi dan sore di sana, kamar mandinya terbuka, hanya  ditutup seng .Â
Saking keringnya  udara, kerap terjadi kebakaran. Di balik tembok belakang rumah kami, ada rumah-rumah gubuk dari karton kardus, didirikan di atas brankang atau selokan. Para tuna wisma tingal di sini. Kadang kami memberi mereka makanan lewat tangga yang kami sandarkan di tembok. Malam itu, saat ayah masih di Malaysia, ibu tidak di rumah , tiba-tiba gubuk karton tuna wisma terbakar. Apinya membubung tinggi.Â
Para kuli bangunan di  Progo 17 bergerak cepat memompa air sumur , untuk memadamkan api. Aku  kebingungan lari sana sini , sambil menangis, sampai bertabrakan dengan  anak tetangga sebelah saking bingungnya . Sampai-sampai 2 gigi susu depanku lepas. Sempat ompong agak lama, baru tumbuh gigi baru. Malam itu ibu sedang tidak di rumah , hanya ada asisten rumah tangga. Kami takut apinya membakar rumah juga.Â
Alhamdulillah, akhirnya kemarau panjang berakhir dengan hadirnya derai  hujang menyejukkan. Bertahun-tahun aku jadi trauma kalau melihat orang membakar sampah sampai apinya membesar.Â
Sepatu Roda , Skate Board, Slalom Test dan Budaya Pop Remaja 70 dan 80 anÂ
Pada tahun 1970-an, anak-anak kecil ramai bermain sepeda mini. Menjelang tahun 1980an, musim sepeda mini berganti menjadi musim Skate Board dan sepatu roda. Muncul grup-grup perkumpulan sepatu roda dan skate board. Jalan Cilaki di bagian timur gedung sate yang antara lain menjadi lokasi berlatih.
Pada tahun 1980an Gedung sate sempat menjadi ajang peragaan slalom test. Dan sekarang sejak pertengahan dasawarsa 1980an berangsur-angsur menjadi arena olahraga, bazaar, perdagangan kaki lima, caf mobil, dan senam pagi masal setiap hari minggu. Puncaknya , semenjak Krisis Moneter 1997-1998 , menjadi  area Pasar Kaget  atau Pasar Minggu  rutin.
Tahun 2000 suasananya sudah berubah total menjadi pasar dadakan . Kawula muda yang ngeceng dan mejeng tampak sangat menikmati suasana keramaian seminggu sekali tersebut, kendati udara segar berubah menjadu kepengapan yang kurang menyehatkan, apalagi banyak asap roda dua dan empat ikut meramaikan suasana setiap Minggu pagi itu.
Pada perkembangannya, semenjak tahun 1980an lokasi jalan Progo ( di belakang jalan Cimandiri, belakang Taman Gedung Sate selatan) berangsur-angsur mulai ramai menjadi arena bisnis. Sekarang tahun 2000, bekas rumah mantan Ibu RT, Ibu Darsono, sudah puluhan tahun lalu dibeli oleh sebuah sekolah swasta sehingga menjadi sekolah. Winahyo Wisma, bangunan tua ala Belanda itu sekarang sudah menjelma menjadi penginapan atau hotel.