Kumpul Keluarga  Ramadan dan Lebaran,  tanpa Sajian Makan dan Rumah yang Bersih?
Sedang membayangkan, seandainya.... Suasana  mudik di satu rumah, sebut saja rumah orang tua. Orang tua sudah pensiun, sehari-hari sederhana dan pas-pasan, tapi ingin dikelilingi anak cucu.
Akhir Ramadan dan Lebaran. Datanglah rombongan-rombongan anak cucu mantu, yang beberapa rombongan tidak bisa membantu dalam hal materi. Hanya hadir membawa cinta dan rindu, mungkin juga dengan perut lapar. Berangkat mudik juga karena bantuan transportasi donatur dari orang tua dan saudara.
Ketika datangpun, tidak giat berinisiatif untuk membantu tuan rumah yang notabene orang tua sendiri.
Ada rombongan sekeluarga (suami istri dan anak), datang dengan perut lapar tanpa membawakan apapun. Tidak juga giat membantu  tugas domestik di dapur. Tidak pula membantu pekerjaan domestik  menyiapkan makanan dan melayani seisi rumah dan tamu, tidak menyuci piring, mangkuk sendok panci kuali dan lainnya.Â
Mungkin baru belakangan hanya membantu ala kadarnya berbelanja daging di pasar dan memotong-motongnya. Itupun sambil diucapkan , diceritakan berulang-ulang. Mungkin juga membantu menyetir, mengantar ibu dan ayah untuk membeli sesuatui, itupun sambil terus menerus mengomel.Â
Banyaknya orang menginap di satu rumah, Â dapat membuat kotor , sering berantakan. Harusnya bertambah tugas lagi, beberes, menyapu dan mengepel lantai.
Tapi karena semua rombongan saling tunjuk, kamu sajalah yang mengerjakannya, akhirnya nenek kakek tuan rumahlah yang melakukan semua tugas domestik. Karena sudah sepuh, ya hasilnya, hidangan yang kurang, rumah yang kotor berantakan. Tidak manusiawi menjadikan orang tua kita yang sudah sepuh seperti layaknya asisten rumah tangga.
 Mungkin kita belum bisa memahami seperti apa lemahnya tubuh mereka yang telah menua, karena kita belum mengalami menjadi tua. Terkadang penyesalan datang kemudian. Terkadang kita juga terlambat menyadari , pensiunan yang sudah renta itu berat.Â