Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Nostalgia Ramadan Tempo Dulu, Masa Kecil di Gandok Ciumbuleuit Kota Bandung

2 April 2023   09:00 Diperbarui: 3 April 2023   00:04 3308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gandok Ciumbuleuit Bandung, 1960an, latar belakangnya oplet dan k awasan yang sudah menjadi Galeri Ciumbuleuit (koleksi pribadi)

Pernah juga ibu membuat empek-empek gegodo (adonan terigu di goreng, mirip bakwan tanpa sayuran), pakai saus cuko dan potongan ketimun, ternyata tetangga yang kami kirimi kudapan itu sangat menyukainya. Tahun 1960an makanan khas Palembang barang langka di kota Bandung.Tradisi saling mengirimi tetangga sedikit masakan kita sangat marak.

Berpose bareng tetanggaa depan rumah tetangga di sebuah perkampungan di Gandok tahun 1960an (koleksi pribadi ).
Berpose bareng tetanggaa depan rumah tetangga di sebuah perkampungan di Gandok tahun 1960an (koleksi pribadi ).

Menjelang lebaran setiap rumah menebar wangi kue, bentuk kuenya seragam. Nyaris jenisnya kue semprit. Ibu membuat tapai ketan sendiri, empek-empek dan ketupat.

Hanya saja kalau kue kering ibu tak pernah membuatnya. Maklum, meski sudah punya anak, ibu masih menyelesaikan kuliah apotekernya di ITB. Untuk isi toples-toples kue, biasanya ibu membeli kue kancing kiloan dan biskuit mari kiloan yang diobral karena sudah pada pecah.

Kue kering nenek dari pihak ibu (tinggal di Cisatu Ciumbuleuit atas / utara) biasanya menggunakan resep kue cookies ala Belanda. Buku resep kue nenek ditulis pakai tangannya sendiri, di buku tulis ala 1960an. Menulisnya pakai pena dengan tinta isi ulang merk Parker. Jujur, kue-kue nenek memang spesial. Ananas cookies, selai nanas buatan sendiri.

Nah, ada satu fase yang agak menyeramkan. Jika lebaran datang, sejak malam takbiran suara petasan maraton hingga siang hari. Begitu kami keluar rumah, jalan kampung penuh serpihan kertas putih, sisa petasan. Kesalnya anak-anak menyalakan petasan di pelataran yang kami lewati.

Subuh setelah azan, ibu menyiapkan ketupat dan makanan untuk dikirim kepada para tetangga. Kuah santan ketupat ala ibu memang ‘vegetarian’, tanpa daging. Isinya tahu, tempe dan kacang panjang. Mungkin arena ayah tak menyukai daging. Kerupuknya kemplang ala Palembang buatan ibu sendiri. Kalaupun ada daging, hanyarendang kiriman nenek..

Usai ayah ibu shalat IED dan makan ketupat, kami akan naik oplet ke rumah nenek kakek pihak ibu di Cisatu Ciumbuleuit 181 (setelah dijual berubah menjadi Rumah Kost The Maple Place). Nenek berkebaya, cantik sekali. Harum bunga sedap malam menyegarkan ruang tamu. Karangan bunga anyelir merah muda dan daun asparagus terpajang di meja sudut jati.

Rumah nenek Cisatu Ciumbuleuit Bandung 1960 an (koleksi pribadi ) .
Rumah nenek Cisatu Ciumbuleuit Bandung 1960 an (koleksi pribadi ) .

Meja makan penuh dengan lauk pauk dan ketupat. Rendang ayam, rendang sapi, rendang kentang, aromanya mengundang selera. Pada masa itu, daging ayam termasuk makanan mahal dan mewah. Kalau membeli ayam selalu dalam kondisi hidup, potong sendiri, dibersihkan sendiri bulu dan isi perutnya setelah disiram air mendidh

Di permukaan meja lainnya tersusun toples aneka kue kering, dan kue basah .Kue cake bolu koja hijau wangi pandan, kue 8 jam yang legit dan aneka cake semua buatan nenek. Beberapa toples berisi manisan salak juga tersaji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun