Pernah juga ibu membuat empek-empek gegodo (adonan terigu di goreng, mirip bakwan tanpa sayuran), pakai saus cuko dan potongan ketimun, ternyata tetangga yang kami kirimi kudapan itu sangat menyukainya. Tahun 1960an makanan khas Palembang barang langka di kota Bandung.Tradisi saling mengirimi tetangga sedikit masakan kita sangat marak.
Menjelang lebaran setiap rumah menebar wangi kue, bentuk kuenya seragam. Nyaris jenisnya kue semprit. Ibu membuat tapai ketan sendiri, empek-empek dan ketupat.
Hanya saja kalau kue kering ibu tak pernah membuatnya. Maklum, meski sudah punya anak, ibu masih menyelesaikan kuliah apotekernya di ITB. Untuk isi toples-toples kue, biasanya ibu membeli kue kancing kiloan dan biskuit mari kiloan yang diobral karena sudah pada pecah.
Kue kering nenek dari pihak ibu (tinggal di Cisatu Ciumbuleuit atas / utara) biasanya menggunakan resep kue cookies ala Belanda. Buku resep kue nenek ditulis pakai tangannya sendiri, di buku tulis ala 1960an. Menulisnya pakai pena dengan tinta isi ulang merk Parker. Jujur, kue-kue nenek memang spesial. Ananas cookies, selai nanas buatan sendiri.
Nah, ada satu fase yang agak menyeramkan. Jika lebaran datang, sejak malam takbiran suara petasan maraton hingga siang hari. Begitu kami keluar rumah, jalan kampung penuh serpihan kertas putih, sisa petasan. Kesalnya anak-anak menyalakan petasan di pelataran yang kami lewati.
Subuh setelah azan, ibu menyiapkan ketupat dan makanan untuk dikirim kepada para tetangga. Kuah santan ketupat ala ibu memang ‘vegetarian’, tanpa daging. Isinya tahu, tempe dan kacang panjang. Mungkin arena ayah tak menyukai daging. Kerupuknya kemplang ala Palembang buatan ibu sendiri. Kalaupun ada daging, hanyarendang kiriman nenek..
Usai ayah ibu shalat IED dan makan ketupat, kami akan naik oplet ke rumah nenek kakek pihak ibu di Cisatu Ciumbuleuit 181 (setelah dijual berubah menjadi Rumah Kost The Maple Place). Nenek berkebaya, cantik sekali. Harum bunga sedap malam menyegarkan ruang tamu. Karangan bunga anyelir merah muda dan daun asparagus terpajang di meja sudut jati.
Meja makan penuh dengan lauk pauk dan ketupat. Rendang ayam, rendang sapi, rendang kentang, aromanya mengundang selera. Pada masa itu, daging ayam termasuk makanan mahal dan mewah. Kalau membeli ayam selalu dalam kondisi hidup, potong sendiri, dibersihkan sendiri bulu dan isi perutnya setelah disiram air mendidh
Di permukaan meja lainnya tersusun toples aneka kue kering, dan kue basah .Kue cake bolu koja hijau wangi pandan, kue 8 jam yang legit dan aneka cake semua buatan nenek. Beberapa toples berisi manisan salak juga tersaji.