Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Diary

Atap Julang Ngapak, Ada Cerita , Ada Kenangan

17 Maret 2022   13:48 Diperbarui: 20 April 2024   16:13 2579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atap Julang Ngapak Rumah pertama, tinggal kenangan (Foto Masrierie) 

Rumah subsidi  KPR BTN tahun 1990 an, setelah direnovasi , dari Rumah Subsidi sederhana,  type 36, menjadi lebih luas, dengan atap julang ngapak. Arsi
Rumah subsidi  KPR BTN tahun 1990 an, setelah direnovasi , dari Rumah Subsidi sederhana,  type 36, menjadi lebih luas, dengan atap julang ngapak. Arsi

KENANGAN RUMAH PERTAMA 

Memiliki rumah pertama , di kompleks perumahan nun jauh di pinggiran kota. Puluhan tahun silam. Bagi kami sesuatu banget. Dulu , beli rumah dengan KPR BTN memang luas kavlingnya rerata 100m2.  Bayangkan,  baru pertama punya rumah sendiri , bangga . Tak peduli itu rumah subsidi, kata orang terpencil  dikelilingi sawah. Justru di situlah pesonanya, kami suka dengan sawah, kolam-kolam  ikan, bebek-bebek yang suka berbaris di jalan. Kebun sayuran dan lahan-lahan kosong .

Tahun ini anak saya baru mendapat KPR untuk rumahnya, rerata hanya 60 m2 lahannya. Semakin lama semakin mungil saja ukuran rumah KPR BTN. Namun karena rumah komersil dan tidak bersubsidi, bentuknya lebih cantik dan siap huni.

Puluhan tahun silam, rumah subsidi  kami harus diperbaiki dulu sana sini. Lubang septiktank harus diperdalam dan dibeton oleh kami sendiri. Pompa tangan airnya tidak jalan. Tanpa pagar pembatas di halaman. Tetangga saya suka-suka sendiri membuat pagar pembatas  menggunakan bambu.

Pak suami membuat sorondoi  (atap terpal tambahan) sendiri di belakang rumah, membeli kerai bambu. Menyusun sisa tabung beton dari kantor untuk jadi dudukan kompor  di  teras belakang rumah. Maka setiap pagi kompor minyak tanah mejeng di atasnya. Malam hari masuk rumah kembali. Juga saat hujan deras, kompor diangkut masuk.

JOB ARSITEKTUR SAMPINGAN, PERENCANAAN, DAN ATAP JULANG NGAPAK

Di tahun ke 2 kepindahan kami, pak suami  (Arief Sabaruddin) mendapat job (di luar jam kantor). Yang pekerjaannya digarap  pada malam hari (menggambar desain arsitektur) , Sabtu Minggu  turun ke lapangan.

Mendapat job tersebut  dari temannya, untuk menggarap beberapa proyek perencanaan. Ada beberapa titik, ampiteater, cottage, hotel, villa dan  masjid. Tata letak dan site plan diatur dengan pertimbangan yang komprehensif, dari segala aspek. 

Desain amfiteater beratap julang ngapak, arsitek Arief Sabaruddin, 1994, dokpri masrierie kompasiana
Desain amfiteater beratap julang ngapak, arsitek Arief Sabaruddin, 1994, dokpri masrierie kompasiana

Nah , ketika menemani pak suami menggambar di larut malam, atap model begini muncul  kembali dalam karyanya. Kami juga menghubungi drafter di mana dulu saya pernah berkantor. Mereka mau menerima job untuk membuat gambar kerja. Tuntas sudah  dengan cepat.  Sambil pelaksanaan terus berjalan. 

Biasanya akhir pekan aku dan  anak yang masih batita ikut. Nah, sudah jadi bangunannya..... lagi-lagi model bangunan  dengan atap Julang Ngapak .

Mungkin kentalnya filosofi budaya arsitektur Sunda memiliki kesan mendalam bagi pak suami. Seingatku , di rumah mertua, ada maket  Gedung Kesenian dan Pusat Budaya Sunda, tugas akhir pak suami , Arief Sabaruddin, saat kuliah S1 di arsitektur Unpar. Tampak  dalam maket, ada kawasan  berkontur dengan bangunan-bangunan beratap Julang Ngapak. 

Kini atap julang ngapak ia terapkan juga dalam desainnya. mendesain, menciptakan karya,  selalu dengan hati. Selalu menerapkan nilai-nilai bijak, dan keindahan filosofi serta makna selalu berakar dari  nilai  suci budaya  bijak  , yang penuh  dengan kejujuran, pertimbangan etika, saling menjaga kebaikan , kebersamaan,  dan keseimbangan hubungan  antar manusia, dan alam.   

Atap julang ngapak , karya Arief Sabaruddin , digambar  dan dibangun  tahun 1994, cermin  adiluhung budaya arsitektur tradisional , sarat filosofi  bi
Atap julang ngapak , karya Arief Sabaruddin , digambar  dan dibangun  tahun 1994, cermin  adiluhung budaya arsitektur tradisional , sarat filosofi  bi

Setelah mendapat pembayaran termin jasa perencanaan, kami bisa melunasi KPR BTN kami, jadi tidak perlu lagi heboh dengan cicilan berat KPR BTN setiap bulan. 

Di tahun ke 4 itu, pak suami masih  giat menerima jasa-jasa dari luar kantor. Apakah itu  rumah tinggal, kantor , hotel, resto , klinik dokter, termasuk jasa proporsal.

Atap Julang Ngapak Rumah pertama, tinggal kenangan (Foto Masrierie) 
Atap Julang Ngapak Rumah pertama, tinggal kenangan (Foto Masrierie) 

Setelah cukup tabungan hasil dari menggarap  job-job arsitektur luar kantor, rumah pertama kami mulai dirombak. Setidaknya  ada dapur dan tambahan kamar. Dan atapnya,  dalam pikiran saya pasti ini model Rumah Gadang.  Karena ibuku  memang orang Minang. Tapi lagi-lagi  itu  atap Julang Ngapak.  Ada ornamen  dengan garis-garis listplang warna hijau. Ciri desain khas pak suami. 

Ada semangat lewat   simbol-simbol seperti  sayap yang siap  mengepak  menjulang ke angkasa raya. Mengarungi semesta raya dengan tekad suci. Ada doa , budi pekerti,  rasa cinta dalam pengabdian  bersama sayap yang mengepak. Saat terbang mengangkasa , terus menebar manfaat dan kebaikan . 

Di bawah atap julang ngapak, rumah tak hanya sekdar tempat berteduh, tapi titik tolak manusia untuk membangun pribadi-pribadi unggul. Unggul bukan hanya sekedar  tampaknya hebat di kulitnya saja , tapi unggul sampai ke dalam nuraninya. Nurani bersih bercahaya. Memiliki adab jernih  sejuk dalam melangkah,  niat suci dan cara-cara serta cara-cara baik. 

Sarat etika dan kasih sayang kepada sesama. Tak ada yang teraniaya kala ia mengepakkan sayapnya ke angkasa raya. sarat kasih sayang , penuh  empati  terhadap sesama, semua kalangan dan lapisan  manusia, fauna /margasatwa, alam flora dan lingkungan (bumi, hutan, sungai, laut, danau dan semesta raya).   

Di bawah atap julang ngapak ini. Siapapun yang nanti akan berteduh dan membangun  kehidupan ,  semangatnya adalah   niat sui memberi nilai baik dan manfaat seluas-luasnya bagi kehidupan. Karenanya  harus memulai dengan perjuangan,kerja keras, proses belajar yang tanpa  batas.  Semua nilai kebaikan , kejujuran. Bekerja  itu  dimulai dari hati , agar niatnya  suci dan benar, dilandasi kasih sayang. Lalu dikuatkan dengan  daya untuk belajar, dan tenagai dengan enerji daya juang. 

Dari sebuah rumah, titik awal kehidupan. Norma-norma akan  mengiringi  kemana sosok-sosok itu  mengepakkan sayapnya, dengan cara bagamana ia terbang menjulang angkasa. Lewat jalan seperti apa peradaban itu  nantinya terbentuk. 

Itu sekedar  perenungan saya  saat memaknai pesona Atap Julang Ngapak, tradisi luhur budaya tradisional. Yang lugu, tetap penuh kedewasaan dan  budi pekerti, jujur dan bijak.

Desain Villa 1994, arsitek Arief Sabaruddin ,  dibangun juga tahun 1994, foto dokrpi masrierie  (kompasiana). 
Desain Villa 1994, arsitek Arief Sabaruddin ,  dibangun juga tahun 1994, foto dokrpi masrierie  (kompasiana). 

Julang Ngapak dan Desain-desain Selanjutnya

Di tahun yang sama, pak suami juga mendesain renovasi hotel. Lumayan kerja suami bisa sampai pagi, karena tidak hanya perencanaan, tapi turun langsung ke  pengawasan  sambil pelaksanaan. Hal tersebut karena paginya pak suami bekerja kantoran di sebuah instansi, sorenya baru bisa turun ke proyek. Jadi sering lembur hingga larut malam.

Bangunannya sudah rampung, di satu titik tertentu ,  ada sentuhan atap Julang Ngapak juga. Semoga semangat mengepakkan sayap menuju kebaikan akan menjiwai bangunan hotel tersebut. Hanya doa seorang istri  yang ingin karya arsitektur suami tidak hanya sebatas bentuk. Tapi ada semangat dan  berjuta kebaikan menyertainya. 

Beberapa tahun silam, tahun 2017. kMendapat amanah, tugas dari atasan di  instansinya langsung.  Bukan job luar kantor. Dalam beberapa malam sepulang kantor, pak suami berkutat di depan laptop. Menggarap desain site plan, setelah beberapa kali  survey ke lapangan. Membuat video animasi desain 3 dimensi . Waktu videonya diputar, saya  perhatikan.

Dan, lagi-lagi, saya ketemu dengan atap Julang Ngapak. Ada bangunan-bangunan mungil, atapnya julang ngapak . Sementara  bangunan masjidnya, disebut atap Balai Nyuncung. Budaya arsitektur Sunda juga.  Desain tradisional daerah di Indonesia ,  ternyata  sangat kaya dan  indah. Kaya kerarifan lokal , sarat makna luhur  filosofi bijak. 


Selamat Tinggal Rumah Julang Ngapak, Rumah Pertama 

Di tahun ke 14 , dengan berat hati kami harus pindah rumah.  Rumah ke dua , tanpa atap Julang Ngapak.  Sedih meninggalkan rumah pertama. Meski rumah lama terlalu sempit untuk 2 anak yang beranjak  remaja. Tetap sedih meninggalkannya. 

Selain itu, sawah-sawahnya sudah berubah menjadi perumahan padat yang kurang beraturan, tidak tertata. Membutuhkan waktu lama untuk menuju jalan raya. Para tamu sering kesulitan berkunjung ke rumah  kami karena jalan hanya bisa dilewati satu mobil, jadi kalau ada mobil lain harus mundur dulu. Tamu yang mengendarai mobil tidak bisa pakir depan rumah.

Rumah pertama kami adalah rumah kesayangan, penuh kenangan, sarat sejarah dan perjuangan. Di bawah atap julang ngapak ini, kami mengukir nilai-nilai kehidupan norma-norma , tata krama di dalam jiwa kami. Pada jiwa dan hati anak-anak kami. Raihlah sesuatu itu dengan niat yang jernih suci. 

 Saat anak sudah bertumbuh remaja, kami harus pindah ke rumah yang baru. Kenangan  rumah beratap julang ngapak itu takkan pernah terlupakan. 

Di rumah tersebut karya-karya  pak suami dibuat. Mulai dari puluhan desain arsitektur , proporsal, buku, karya tulis, modul pengajaran, pemikiran-pemikiran......  yang semoga selalu mengairkan manfaat  sebesar-besarnya untuk lingkungan, untukk kehidupan, dan memperkaya peradaban. 

Di rumah tersebut  anak-anak tumbuh menyatu dengan alam, persawahan, lingkungan, keceriaan masa kecil mereka. 

Di rumah kesayangan ber atap Julang Ngapak itu , saya pernah  banyak menulis untuk media cetak. Dan memenangkan puluhan lomba, mulai dari lomba menulis, lomba resep masakan, lomba membuat craft , dan  banyak kenangan manis lainnya. 

CATATAN TENTANG ATAP JULANG NGAPAK

Julang ngapak, pada atap rumah adat masyarakat Sunda. Ternyata sarat dengan filosofi yang mendalam. Julang ngapak itu seperti burung yang tengah mengepakkan sayapnya. Bagi kami, rumah pertama kali, adalah  tempat dimana kami mulai mengepakkan sayap.

Atapnya  melebar di sisi, dan melancip ke atas. Pada bubungannya ada cagak seperti gunting. Istilah dalam bahasa Sundanya Capit Hurang. Antisipasi pencegahan  rembesan hujan dalam pertemuan atap. Rumah adat Julang Ngapak ini bisa ditemukan di Kampung Naga, yang penuh kearifan lokal.

Puskim kementerian PUPR
Puskim kementerian PUPR

ATAP JULANG NGAPAK DI KOTA BANDUNG

Di Kota Bandung, beberapa pendapat  menyebutkan bangunan ITB terinspirasi atap Julang Ngapak. Di Jalan Soekarno Hatta Kota Bandung , desain arsitektur  grand ballroom Hotel Lingga,  mengadopsi atap Julang Ngapak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun