Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Saat Saya Menyuci Seratus Piring

3 Februari 2022   08:35 Diperbarui: 3 Februari 2022   09:10 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ambil makanan seperlunya  supaya tak mubazir terbuang. Foto : dokumentasi masrierie kompasiana

Saat  Saya Menyuci Seratus Piring ada Seonggok Sampah di Dalam Piring

Catatan Lebaran , tahun 2013.(Belum ada Pandemi)

Siang itu, lebaran yang ke 21 saya bertugas sebagai bidang konsumsi . Para tamu yang notabene kerabat semua, ada yang datang sejak pagi  , dan langsung ikut  sarapan . Ada pula yang datang siang dan baru usai makan siang.   Ada yang lesehan di teras depan, samping, ada yang mengobrol di ruang tengah, ada yang sedang bercanda di kamar.

Maaf , bidang konsumsi seperti saya tidak punya kesempatan untuk leyeh-leyeh. Sejak beberapa hari sebelum hari H sudah berjibaku di dapur. Jauh hari sebelumnya sudah berburu bahan mentah di pasar. Juga sejak sebelum subuh tadi menghangatkan makanan yang  kami masak seharian penuh kemarin.

Siang itu saya bergegas mengumpulkan  piring-piring kotor. Mulai darimana ya? Dari ruang tamu dulu, karena tadi sebagian keponakan makan di ruangan ini. 

Sekarang mereka berlarian di halaman. Tapi tak segampang itu untuk memberesinya. Saya tak bisa langsung menumpuk piring untuk kubawa ke tempat cuci piring.

Apa ini? Piring yang nyaris penuh, tapi sudah diaduk-aduk, ketupat, kuah opor, tumis cabai hijau, sambal goreng ati kentang. Duuuh, tega sekali, ini ada daging semur yang sudah digigit sedikit, dan ayam yang tinggal tulang. Piring lain , malah ada yang ayamnya hanya digigit sedikit, lalu disisakan utuh. Sayur buncisnya menggunung tidak disentuh, hanya diacak saja.

Piring lainnya, lumayan, tidak terlalu banyak sisa, hanya dua potongan ketupat dan kuah yang banjir. Ada lagi, piring berisi rujak serut dengan kerupuknya yang tinggal separuh, rujaknya juga tinggal separuh.

Piring kotornya ada yang tergeletak di meja tamu, di kolong kursi tamu, bahkan di atas kursi. Setahun sekali bertugas seperti ini tak masalah. Hanya hati berasa  miris ketika onggokan sampah sisa makanan begitu banyak di piring-piring tersebut.   

Di sini Sampah Makanan Teronggok, disana Sejumlah Orang Mengais Makanan dari Tempat Sampah

Teringat di belahan kota lainnya nun di sana, para pemulung  yang kurus dan lapar. Mengais-ngais sampah, mengumpulkan nasi basi. Lalu mengolahnya kembali. Perih rasanya. Mereka yang memutar otak demi hidup hemat, dan harus menahan diri untuk menyantap makanan yang tak tergapai oleh  kocek mereka.

Bahkan , bukan hanya manusia. Kucing-kucing jalanan juga yang rutin mengaduk aduk tempat sampah demi menyambung hidup. Belum lagi tuna wisma yang menahan lapar dan dingin , baru bisa terlelap menumpang tidur  di emperan toko menunggu larut malam.

Saya masih membereskan piring-piring  kotor ini. Tak mengapa,  bersibuk ria,  bukankah jadi pahala ya  ketika saya rela berjibaku di dapur , dan membenahi piring seusai jamuan makan,  saya membuat orang-orang bisa berleha-leha, leyeh-leyeh sambil melepas kangen? Mau makan tinggal ambil, piringnya ada yang kebagian cuci piring,

Di teras depan sana, terdengar senda gurau tawa , maklum, lebaran jadi reuni keluarga. Semua sudut rumah orang tua  saya jadi tempat kongkow, rasa kangen bercampur dengan kekepoan kabar cerita setelah setahun tak jumpa.

Sebentar sebentar , ini cerita ketemuan lebaran sebelum pandemi. Lebih dari 20 tahun selalu begini. Rumah bisa dipenuhi 100 orang, maklum, yang datang  adik-adik orang tua , bersama anak ,mantu dan cucu. Belum lagi kerabat yang lain. Dan saat-saat lebaran seperti ini, sudah lazim  tidak ada asisten rumah tangga. Jadi , saya  harus siap berjibaku di dapur.

Kenapa? Karena  saya perempuan , entah tradisi sejak kapan, kalau perempuan bertugas sebagai bidang  konsumsi. Yang lelaki bidang  transportasi dan bersih-bersih rumah.

Nah kembali tentang piring-piring kotor yang membuat saya trenyuh. Biasanya ini anak-anak kecil yang suka menyisakan makanan. Kalau sudah begini, selayaknya , orangtuanya mengambilkan makanan secukupnya saja buat sang anak. Saya pribadi, selalu mendidik anak untuk menghabiskan makanan di piring sampai bersih. Kalau bakalan tidak habis, ya ambil sedikit saja.

Tapi maaf, ternyata, sama seperti yang saya saksikan di jamuan resepsi pernikahan, ternyata banyak sosok  dewasa menyisakan makanan di piring. Saya terkaget-kaget menyaksikan sosok dewasa yang mengambil ketupat, lauk pauk  sangat banyak. Sampai piringnya super penuh. Dan hanya memakannya 5 suap saja,karena katanya kurangselera. Astaga, dimana juga kedewasaan jiwanya ya?

Bersih tidaknya piring seusai makan, menggambarkan pola berpikir  seseorang. Foto : masririe Kompasiana
Bersih tidaknya piring seusai makan, menggambarkan pola berpikir  seseorang. Foto : masririe Kompasiana

Onggokan sisa makanan dalam piring kotor , jelas menambah  beban kerja. Caranya, sambil bebenah piring, bawa  baskom kecil , untuk menampung semua onggokan sampah di piring-piring. Baru menumpuk piring-piringnya supaya mudah diangkut ke dapur.

Untungnya  di antara piring-piring tersebut,   ada yang licin tandas. Alhamdulillah, terimakasih ya. Yang piring makannya bersih begini tanpa sisa, mempercepat tugas saya. Mengurangi  tenaga yang keluar. Saya doakan semoga rejekinya makin  lancar dan semua pekerjaannya dimudahkan, karena sudah mempermudah orang lain.

Sampailah saya  di tempat cuci piring. Tidak ada keran, kami biasa mengangkut air pakai ember, dan tuangkan dalam baskom. Pakai celemek dulu.   Ternyata adalagi piring kotor berdatangan. Anak saya mengumpulkan dari teras samping rumah dan ruang makan, tapi sampahnya masih teronggok di piring. Saya minta tolong membersihkan dulu piringnya dari sampah sisa makanan. Masukkan di baskom plastik.

Mulai tugas saya menyuci piring. Lumayan , butuh waktu dan enerji khusus. Karena saya bukan type  yang suka berlama-lama di tempat cuci piring. Terbayang para penyuci piring di restoran dan jamuan resepsi pernikahan. Piring bekas saya makantak pernah ada sisa. Semoga saya mendapat ucapan doa dan terimakasih dari para petugas piring kotornya, mempermudah kerja mereka. Triknya, ambil hidangan secukupnya.

Hal yang sama saya terapkan juga saat makan di restoran atau  caf. Saya biasakan anak-anak memesan makanan dengan seksama. Tidak berlebihan. Kalau sudah pesan, ternyata porsinya terlalu besar, sebaiknya bawa thumbler dan tupperware tempat makanan. Makanan dan jus yang bersisa bisa di bawa pulang. Namun setelah pandemi , membeli makanan selalu dibungkus dan makan di rumah.

Nah, di resto dan caf pun ,  saat usai makan , anak saya sudah terbiasa menyantap hingga bersih, lalu membereskan piring piringnya dalam tumpukan rapih. Untuk meringankan petugas resto / caf. Sama seperti alat jamuan makan di resepsi pernikahan, selain piring mangkuknya selalu tanpa sisa makanan, kami selalu mencari petugas  pembawa ember piring  kotor dan menyimpannya di sana.

Kembali  tentang kesibukan cuci piring saya siang itu. Sambil menyuci piring perasaan campur aduk, hati saya berbunga, berterimakasih  kepada mereka yang menyantap hidangan hingga piring bersih. Saat badan terasa makin penat, terbayang tamu kerabat yang membantu meringankan tugas kami dengan menumpuk piring kotor di satu sudut ruangan. Apalagi yang membantu membawakannya ke dapur.

Masa-masa kumpul keluarga saat lebaran begini, yang kebagian  bidang konsumsi seperti saya,  bakalan bisa menghayati beratnya kerja asisten rumah tangga. menghayati juga beratnya  petugas resto dan caf  , juga petugas  piring kotor di catering resepsi nikahan.

 Dengan beramal tenaga, sebagai relawan  dalam  acara makan dan kumpul keluarga begini, hikmahnya, empati saya semakin terasah. Semoga  membuat saya lebih bijak dan dewasa, juga mampu menggiring anak-anak saya untuk lebih bijak.

Keponakan saya yang satu datang membantu. Sebelum membuang sampah makanan , memilah sampah sisa ayam, tulang ayam dan daging yang tersisa. Untuk kucing liar yang sering  mengais tempat sampah. Yang lainnya masuk dalam pot komposter.

Betul, komposter  tidak hanya  terisi kulit kentang, dan sisa potongan sayur. Kalau sudah kepepet, teraksa kami tambahkan sisa makanan matang.

dokpri
dokpri

Air Minum Kemasan,  Polusi  dan Pemborosan.

Tentang air minum kemasan gelas plastik , saya mengumpulkan yang bersisa dan yang hanya sedikit diminum berserakan di antero rumah, dari teras depan , sampai ke kamar tidur.

Jujur, saya pikir, apa susahnya sih menghabiskan air minum kemasan.Bukankah minum itu menyehatkan, lagi pula kalau hanya segelas , bukan satu botol. Nah kalau makanan dan minuman kemasan bersisa begini , siapa juga sih yang mau menyantap sisanya.

Saya harus siap , menghabiskan enerji lebih, meski menyita waktu, saya mengumpulkan gelas plastik berisi sisa air dan sedotannya. Lalu airnya saya siramkan ke tanaman dalam pot-pot bunga. Gelas plastiknya khusus saya pilah agar pemulung mudah untuk mengambilnya.

Dalam hati, saya berterimakasih sekali kepada mereka yang menghabiskan isi air minum kemasan.

Seorang kerabat berkomentar , seharusnya  tidak usah menyiapkan air kemasan. Cukup air galon, dan siapkan gelas-gelas  saja. Itu dia, beberapa tahun sebelumnya  kami memang masak air keran PDAM. Kami siapkan panci-panci besar, jumbo dan teko.

Alhasil saya maraton masak air minum, mengisi penyimpanan air mentah, mengisi jumbo, botol-botol dan teko-teko yang selalu habis . Sampai belasan kali saya masak.

Kembali lagi ,   maraton membereskan gelas- gelas kotor .Seperti biasa, berserakan di meja, di lantai, di teras rumah, di kolong kursi, di kamar, di ruang tamu, di meja makan. Itu sebabnyakami memutuskan menyajikan air minum kemasan plastik saja.

Sayangnya waktu itu belum ada tradisi bawa tumbler sendiri . Kalau para tamu diminta bawa tumbler kan  kami tinggal menyiapkan air minum galon misalnya.

Itu baru tentang kerepotan membenahi air minum kemasan. Sebetulnya bisa saja saya langsung mengantongi semua gelas plastik air kemasan , buang begitu saja ke tempat sampah. Tapi saya merasa bertanggung jawab pada Sang Maha Pencipta. Saat di belahan lain dunia , sejumlah orang kehausan, kesulitan air bersih, kok kita menyia-nyiakannya.

Jadilah saya memanfaatkan sisa air minum kemasan untuk menyirami tanaman saja, daripada terbuang.

Tapi itu sebelum pandemi covid ya, kalau sesudah pandemi, sangat beresiko jika kita menyentuh sedotan bekas di air minum kemasan.

Maka setelah pandemi ini, saya sangat menghargi seorang dokter muda yang mampir ke rumah. Di meja saya sudah ada air minum kemasan, dokter mudah itu meminumnya sampai habis, lalu membawanya pulang. Ini baru pribadi yang bijak , yang dewasa, penuh empati dan bertanggung jawab.

Gelas plastik bekas air minum kemasan ini bisa dibagikan kepada pemulung.

Atau saya suka gunakan juga untuk memperbanyak bunga krokot favorit saya.

Tentang air minum kemasan, kalau bukan karena tenaga saya yang terbatas di masa menerima tamu lebaran yang banyak,  jelas saya inginnya memasak saja air PDAM. Atau menyiapkan saja air minum galon. Dan gelas-gelas untuk tamu. Kalau kerabat sendiri, bisa saja minta mereka bawa thumbler.

Air minum kemasan dalam proses produksinya jelas memiliki mata rantai yang kurang ramah lingkungan. Seperti proses pembuatan plastik gelas, dan sampah yang dihasilkannya. Juga proses pendistribusiannya yang menggunakan transportasi ber BBM. Belum lagi sampah gelas plastik  jika tidak dikelola akan jadi masalah lingkungan  dan persampahan.

Ambil makanan seperlunya  supaya tak mubazir terbuang. Foto : dokumentasi masrierie kompasiana
Ambil makanan seperlunya  supaya tak mubazir terbuang. Foto : dokumentasi masrierie kompasiana

Dari acara kebersamaan   keluarga besar, ada pelajaran kecil yang bermanfaat besar jika kita menyikapi dengan bijak dan dewasa, serta penuh empati.

  • Ringankan tugas penyuci piring, dengan menyantap habis makanan yang sudah ada di piring. Saat piring bersih dari sisa makanan, petugas cuci piring akan lebihringan tugasnya dan cepat selesai.
  • Ambil secukupnya makanan, jika kurang nanti tinggal tambah. Sayangi makanan, kalau sudah bekas kita, ujung-ujungnya di tempat sampah /komposter. Ingat, banyak orang tidak mampu membeli mmakanan yang cukup. Daripada makanan terbuang, lebih baik dibagikan.
  • Air minum dalam kemasan, prosesnya menyita waktu, tenaga, dan sumber daya alam, bahkan mungkin enghasilkan polusi dalam pendistribusiannya. Hargai semua itu dengan menghabiskan air minum dari  setiap gelas kemasan.
  • Habiskan air minum kemasan, agar proses pemilahan sampah gelas plastik lebih mudah.
  • Saat ke restoran dan caf, pesan dengan seksama hidangannya. Jika kelebihan bisa dibawa pulang dengan kita membawa  thumbler dan lunch box /tempat bekal dari rumah.
  • Tidak ada salahnya kita benahi meja usai makan di resto dengan cara, menumpuk piring kotornya. Contohnya tradisi di banyak  tempat makan Singapura,  setelah  makan kita benahi mejanya .Saya dan keluarga membiasakan seperti itu setiap usai makan di resto atau caf di kota kediaman kami, meski kadang ada pengunjung lain yang terheran-heran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun