Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Penting, Rumah Aman/Tahan Gempa, Karena Kawasan Rawan Bencana

21 Januari 2022   14:21 Diperbarui: 1 Maret 2022   17:38 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyerap tenaga kerja lokal, Aceh 2005,pembuatan panel Risha, rumah instan  modular . Dengan konsep Lego,

Alasan Penting Bangunan Aman /Tahan Gempa  

"Rawan Bencana  Gempa di Negeri Cincin Api"

Gempa bumi di Banten  dengan magnitudo 6,6 , Jumat 14 Januari 2022 mengingatkan kembali kita akan bahaya gempa. Dengan rusaknya 3.078 rumah (395 rusak berat, 692 rusak sedang, 1991 rusak ringan. Gedung sekolah yang rusak 51 unit, faskes 71 unit,kantor pemerintahan 8, 3 tempat usaha dan1tempat ibadah. Daya rusak yang menimbulkan kerugian tidak sedikit.

Masih belum hilang dari ingatan kita, gempa Lombok dan Palu yang disertai likuifaksi , cukum mencekam. Tahun 2018. Gempa Jogja 2006 dan Gempa Tsunami Aceh 2004. 

Seharusnya menyadarkan kita betapa pentingnya mengurangi dampak kerugian dan bahaya dengan bangunan yang memenuhi standar keamanan. Ada Kepmen 403/2002 , ada undang undang bangunan dan gedung  28/2002, dan berbagai kebijakan serta aturan agar semua bangunan dibuat sesuai kaidah  keamanan. Hanya saja , kerap aturan tersebut tidak dipatuhi, atau  awamnya  pembuat bangunan  tembok di pedesaan. Saat gempa Lombok terjadi, ternyata banyak rumah berdinding bata yang tidak menggunakan struktur kolom sesuai kaidah. 

Mitigasi Bencana, penting. Karena Indonesia  sebagai negeri kepulauan dalam barisan cincin api, gugusan  gunung berapi. Seperti juga yang diulas  oleh Ellyvon Pranita , dalam  Kompas.com  pada tanggal 5 Juni 2021.   Bahwa 90 persen dari semua gempa bumi , terjadi dalam wilayah Cincin Api.

Dapat disimak di Kompas.com

Indonesia  kaya lahan  subur , kaya sumber daya alam. Namun kita semua maklum , selain berkah tersebut , ada risiko rawan bencana. Seperti tertulis dalam  Kompas.com, 16 Oktober 2018. Sejarah kolonial mencatat gempa yang bertubi-tubi mengguncang Jawa dan Bali.

Tips Praktis Rumah Sederhana Tahan   Gempa

Sumber : blog Arief Sabaruddin

Ringkasan Syarat-syarat Bangunan Tahan Gempa:

1. Bangunan harus berada di atas tanah yang stabil

2. Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, atau seragam, pisahkan bagian yang tidak teratur

3. Pondasi harus terikat kuat dengan balok pondasi/sloof

4. Pada setiap luasan dinding 12 m2 harus dipasang kolom praktis, yang diikat kuat dengan sloof

5. Kolom diikat kuat dengan balok keliling/ring balok

6. Seluruh kerangka bangunan harus terikat secara utuh

7. Gunakan kayu kering sebagai kuda-kuda, pilih bahan atap yang seringan mungkin dan diikat kuat dengan konstruksi kuda-kuda

8. Bahan dinding pilih yang seringan mungkin, papan, papan berserat, papan lapis, bilik, ikat bahan dinding dengan kolom

9. Bila bahan dinding menggunkan pasangan bataco/bata, perhatikan mutu bataco/bataco, bahan tidak mudah patah dan berbunyi nyaring ketika diadukan. Pada setiap jarak vertikal 30 cm, pasangan diberi angker yang dijangkarkan ke kolom, panjang angker 50 cm diameter 6 mm

10. Perhatikan bahan spasi/adukan, setiap jenis tras, pasir, atau semen punya sifat khusus, sebaiknya perbandaingan campuran menggunakan standar yang ada

11. Pelaksanaan konstruksi sebaiknya dilakukan oleh yang memiliki keahlian.

Penting BangunanTahan Gempa, Simak Sejarah Kelam Bencana Gempa 

Saya tertarik  dengan tulisan Gloria Setyvani Putri di Kompas.Com(16/10/2018) tersebut , tentang sejarah kolonial yang mencatat gempa Jawa Bali yang sudah sejak dulu kala kerap terjadi. Menurut  tulisan tersebut, Arthur Wichman telah menyusun katalog gempa bumi di kepulauan Indonesia (1538-1877) .

Bahwa pernah terjadi gempa Bali (1815) , tanggal 22 November  sekira pukul 10  malam  , yang disertai dengan tsunami. Peristiwa tersebut juga diabadikan dalam Babad Buleleng dan Babad Ratu Panji Sakti.

Mengutip bagian tulisan tersebut , tentang bencana tahun 1815 tersebut, bahwa "Longsoran pegunungan lantas menimpa ibukota Buleleng, Singaraja. Desa-desa tersapu ke laut. Bencana ini menewaskan 10.53 orang. Banyak pejabat penting kerajaan turut menjadi korban, tetapiRaja Buleleng Angoerah Gde Karang selamat "(Harian Kompas 22/07/2017).

Masih berdasarkan ulasan menarik dari tulisan Gloria Setyvani Putri  tersebut di atas , ada catatan Visser SW (1922) merekam setidaknya 21  kali gempa kuat terjadi di Pulau Jawa (1699-1920). Beberapa di antaranya yang menjadi pusat gempa , Cirebon, Rembang, Banyumas,  Ambarawa, Yogyakarta ,Kuningan , Cianjur, Sukabumi, Majalengka, Madiun, Salatiga.

Bahkan dalam katalog Arthur Wichman, Jakarta pernah mengalami gemmpa kuat , 5 Januari 1699 (01.30) saat hujan lebat. Banyak bangunan roboh, dan menyebabkan longsor di Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak.  Lalu diikuti banjir bandang berisi lumpur dan kayu memenuhi Kali Ciliwung di batavia , dimana-mana terjadi kehancuran. 

Dan realita yang harus  kita hadapi ,  tidak hanya Jawa Bali, seluruh pelosok tanah air  rawan bencana gempa, kecuali Kalimantan. Menerapkan bangunan Tahan gempa , jadi salah satu solusi untu mereduksi risiko paska becana gempa.

Usai bencana  Aceh ,IOM membangun bangunan kantor, klinik, sekolah, dan rumah pengungsi . Dananya dari sumbangan antara lain Jepang, Kanada, USA  dan 
Usai bencana  Aceh ,IOM membangun bangunan kantor, klinik, sekolah, dan rumah pengungsi . Dananya dari sumbangan antara lain Jepang, Kanada, USA  dan 

Rumah Aman Tahan  Gempa, dan Rumah Aman Bencana

Bencana di Indonesia,  tidak hanya  gempa bumi yang  kadang diikuti tsunami mematikan. Bencana lain juga mengintai. Banjir , tanah longsor, letusan gunung berapi. Semua tercatat dalam sumber-sumber sejarah  Indonesia di masa silam.

Bahkan  belakangan ini , karena anomali cuaca,  angin puting beliung yang bahkan amat mengerikan terjadi di berbagai kawasan. Termasuk hujan es dalam butiran yang lumayan , sebesar  kerikil .

Kondisi inilah yang  mendorong  pemerintah  demi mengurangi korban bencana, membuat berbagai kebijakan. Agar  rumah-rumah dan kediaman  warga di kawasan rawan bencana, diupayakan sedapat mungkin aman bencana.

Rumah/bangunan yang aman dan tahan gempa bukan berarti tidak rusak sama sekali saat gempa bumi mengguncang dahsyat. Setidaknya saat gempa terjadi, tidak langsung ambruk , sehingga memungkinkan penghuninya sempat keluar dan menyelamatkan diri. Dan tidak tertimpa bangunan.

Karena bencana tidak hanya gempa,  angin puting beliung dan hujan angin, menambah kewaspadaan. Rumah yang aman ,  tak lagi  hanya aman gempa, namun kokoh saat berhadapan dengan angin puting beliung dan hujan angin. Bahkan juga jika banjir bandang menghantam.

Jadi tidak hanya rumah/bangunan  aman gempa, tapi rumah layaknya  juga kokoh saat badai datang. Bencana angin puting beliung  semakin sering terjadi  di peralihan musim. Di Aceh pernah rumah pengungsi dibangun dengan  struktur yang ringan dan ringkih agar tahan gempa, namun ternyata saat angin berhembus kencang , rumah tersebut rubuh. 

Sebagai contoh, hanya dalam rentang waktu singkat, awal Januari  2021 hingga 6 Maret 2021 , BNPB mencatat 171 angin puting beliung, dilansir dari Liputan 6.com, 7 Maret 2021. Setidaknya 209 rumah rusak berat,  513 rusak sedang , dan 2.195 rumah rusak ringan.

Menyerap tenaga kerja lokal, Aceh 2005,pembuatan panel Risha, rumah instan  modular . Dengan konsep Lego,
Menyerap tenaga kerja lokal, Aceh 2005,pembuatan panel Risha, rumah instan  modular . Dengan konsep Lego,

Kawasan Rawan Gempa , Peta Sumber dan Bahaya  Gempa ( PuSGeN) dan Peraturan Bangunan

Adalah peta sumber dan bahaya  gempa nasional , yang dirilis oleh PusGen (Pusat Studi Gempa Nasional), dapat disimak di Youtube sekilas tentang PuSGeN  

Berdasarkan data PusGen bahaya potensi gempa cukup rawan , ini semakin menegaskan , betapa pentingnya mitigasi bencana dengan menerapkan aturan  persyaratan bangunan.

Peta yang dirilis oleh PusGen menjelaskan titik-titik  rawan bencana gempa (dan tsunami), yang berguna untuk dasar pemerintah membuat kebijakan tentang aturan bangunan dan tata ruang. Berbagai sosialisasi gencar ditebarkan , untuk  mengurangi dampak bencana lewat tata cara membuat bangunan dan rumah tinggal. 

Menyimak dari  yang ditulis oleh Arief Sabaruddin ,     dalam blog nya 

Tulisan yang  ia unggah  tanggal 7 Oktober 2009. Arief Sabaruddin  (saat masih sebagai peneliti madya bidang perumahan dan permukiman)  mengungkapkan sebagai berikut:

 Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia setelah sandang dan pangan. Sebagaimana pangan yang memiliki kaidah-kaidah kelayakan pangan yang meliputi empat sehat lima sempurna, begitu juga dengan papan atau rumah memiliki kaidah-kaidah layak huni, agar bangunan memiliki kehandalan, bangunan tersebut harus memenuhi; keselamatan, kesehatan, kenyamanan, serta kemudahan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Bangunan Gedung N0. 28/2002...

... Teknologi konstruksi bangunan rumah tinggal menurut Kepmen Kimpraswil No. 403/2002 meliputi konstuksi pasangan dengan rangka beton bertulang, konstruksi tembok, dan kontsruksi kayu panggung maupun tidak panggung. Selain itu juga dikenal konstruksi rumah bambu dan konstruksi baja untuk rumah tinggal.

Bahwa sebagian besar perumahan di perkotaan maupun perdesaan saat ini telah bergeser pada bangunan tembok. Susenas 2000 menunjukkan sebanyak 86,03% perumahan perkotaan dan 71,28% perumahan perdesaan di Yogya menggunakan bangunan tembok. Tingginya animo masyarakat terhadap rumah tembok ini, maka diperlukan informasi khusus yang menyangkut kaidah-kaidah membangunan rumah tembok yang tahan gempa, mengingat hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki resiko gempa yang sangat tinggi.

Demikian cuplikan dari tulisan tersebut , bahwa pemerintah melalui berbagai kebijakan , berupaya  kuat dalam memitigasi bencana yang ditimbulkan oleh dampak rusak/ambruknya bangunan karena gempa.

Panel pracetak , untuk meminimalkan kesalahan struktur  . Mudah diangkut, dengan konsep Lego. Sumber: Video IOM
Panel pracetak , untuk meminimalkan kesalahan struktur  . Mudah diangkut, dengan konsep Lego. Sumber: Video IOM

Dibuat secara massal, mudah diangkut, menyerap tenaga kerja dan tahan gempa
Dibuat secara massal, mudah diangkut, menyerap tenaga kerja dan tahan gempa

Pembangunan  Risha oleh IOM , di Aceh 2005, usai tsunami dan gempa (sumber foto Video IOM, Youtube) 
Pembangunan  Risha oleh IOM , di Aceh 2005, usai tsunami dan gempa (sumber foto Video IOM, Youtube) 

iom-shelter1-jpg-61efc3f906310e455c69c7e2.jpg
iom-shelter1-jpg-61efc3f906310e455c69c7e2.jpg
Rumah Instan Risha (Kementerian PUPR) untuk Korban Bencana 

Tanggal 26 Desember tahun 2004 , ketika bencana gempa tsunami  meluluh lantakkan Aceh . Tepat seminggu sebelumnya (20 Desember 2004) di Puskim Balitbang Kementerian PU , baru saja diluncurkan Teknologi Risha (Rumah Instan Sederhana Sehat).Yang merupakan salah satu dari  banyak  teknologi yang  dihasilkan oleh para peneliti tentang bangunan di Puskim, Balitbang Kementerian PU, Cileunyi , Kabupaten Bandung.

Rumah instan Risha ini adalah bentuk kepedulian  ,peneliti dari Puskim , Balitbang , Kementerian PU untuk produksi rumah pabrikan ,modular, dan terkontrol dari segi  harga dan kualitas, dapat cepat bangun secara masal dan setelah diuji di lab struktur Puskim , Balitbang, Kementerian PU, ternyata  tahan gempa. 

sumber : Majalah IOM
sumber : Majalah IOM

Saat itulah Bill Hyde , IOM  yang membaca informasi tentang  teknologi Risha dari Harian Kompas, segera menghubungi Ibu Nana Terangna Ginting  (Kepala Puskim saat itu ) , mendapat dukungan  sangat dari Bapak Rustam Syarif (Kepala Balitbang Kementerian PU saat itu).. Maka IOM menggunakan teknologi ini untuk memproduksi secara massal panel RISHA yang menyerap tenaga kerja lokal dan  yang sudah terlatih dari Pulau Jawa. Sehingga sangat membantu pembangunan klinik, kantor, sekolah dan rumah bahkan barak ,paska gempa tsunami Aceh . Dalam jumlah besar dan cepat. 

Setelah membaca berita tentang Risha dari Harian Kompas, Bill Hyde datang langsung ke Puskim Bandung , untuk  menggunakan teknologi ini bagi pengungsi
Setelah membaca berita tentang Risha dari Harian Kompas, Bill Hyde datang langsung ke Puskim Bandung , untuk  menggunakan teknologi ini bagi pengungsi

Dapat disimak di YouTube


Kelak setelahnya  , teknologi ini akanmenginspirasi para peneliti lainnya. Dengan kreatifitas barunya.  Terlahir berbagai  teknologi rumah /bangua  lainnya dari Puskim, seperti RIKA misalnya, rumah instan kayu yang dibuat dari kayu LFL misalnya. Dan banyak lagi.

Selanjutnya bermunculan kreatifitas baru para  peneliti , enginer dan ahli bangunan se  tanah air. Memperkaya negeri  dengan hasil   penelitian dan temuan mereka. Sebut saja Ria, Risma , dan rumah instan lainnya. Harapannya, agar berbagai  upaya  mampu menekan dampak kerusakan dan bahaya  karena bencana . Tentu saja tidak hanya bencana gempa, tapi bencana-bencana lain .

Yang jelas kualitas bangunan, taat pada aturan dan penegakan aturan menjadi point penting .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun