Menuju Hulu Cai dalam Hujan
Desember 2021. Kaki Gunung Pangrango, musim penghujan. Pandemi baru saja melandai, semoga derai butiran air dari langit  akan menyapunya, habis, terhapus jutaan doa. Menumpangi sebuah mobil dari Jakarta di senjakala, menembus kepungan hujan yang tengah membasahi jalan Tol Jagorawi. Pepohonan di kiri kanan jalan  mengayun heboh tergulung angin kencang.
Sampai di pertigaan Gadog pilih arah ke Tapos , berbelok kiri menanjak. Melewati pasar Ciawi kala kegelapan mulai menyelimuti .Gemerlap lampu dari pedagang sayuran dan kehidupan niaga di kiri kanan jalan .
Menikung ke jalan Veteran Raya , tidak terlalu lebar, ramai merayap. Belok kiri ke jalanVeteran III. Masih melewati hangatnya kehidupan niaga di kiri kanan jalan. Sampai menemukan petunjuk jalan "Camp Hulu Cai" ,jalan menanjak sangat. Menuju Gerbang Depan Camp Hulu Cai. Ini Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
Setelah gerbang tampak  kiri kanan beberapa cottage, tempat parkir ,kolam renang, lalu melewati jembatan di atas sungai kecil. Kiri kanan rimbun pepohonan tropis khas kaki gunung Pangrango.
Hujan masih deras mengguyur, saat tiba di Cottage Palem. Jelang santap malam, rehat sejenak. Malam sejuk, mimpi indah , pada sebuah ruang penuh makna. Interior  nuansa natural dan Jawa Barat
Pada Sebuah Pagi
Rumput hijau dan pohon palem serta pohon Ketapang Kencana membingkai di sisinya. Tampak di sebuah sudut  sebuah ruang pertemuan dan Musholla.
Iseng menyusuri rumput g basah oleh sisa hujan  di belakang Cottage Palem. Sebuah kolam dengan ikan-ikan jinak menghampiri , namun siapapun dilarang memberi ikan makanan dari sisa . Dipersilahkan membeli makanan khusus ikan. Tampaknya seperti ikan Nila, lincah  berenang-renang. Lucu menggemaskan.
Matahari hangat berangsur meninggi,  menyemangati semesta dan seisinya, hawa sejuk menebar damai tenteram. Enggan rasanya  beranjak dari sensasi  menakjubkan ini. Sebuah  pohon yang ramai oleh suara dengungan lebah yang menghinggapi mahkota bunga berwarna kuning cerah. Di tepian kolam menggerombol bunga kumis kucing, dan di berbagai spot, tampak barisan bunga yang masih kuncup ,Bunga Jam Delapan Pagi (Turnera Subulata/Holly Rose) tanaman obat yang rajin bersemi sepanjang musim.
Sedikit naik ke umpakan tanah lebih tinggi. Sebuah kolam lebih luas , teratai berdaun lebar  menghiasi permukaannya. Tampak kuntum bunga teratai  mulai menyembul. Putih, seperti beningnya suka yang teduh, jujur , suci dan berkilau. Diatas pantulan bayang langit dari tenangnya air.
Saatnya kembali  melewati tanjakan jelita  beraspal di Camp seluas lebih kurang 15 hektar ini. Dengan gapura lengkung yang berbaris berhias lampu-lampu mungil yang terlilit artisik.
Di sebelah kiri kecantikan Taman Layla , di sebelah kanan , bentangan rumput segar, kolam ikan, perdu miama dan aneka warna bebungaan zinia, celoxia, miama dan lainnya.
Terus berjalan ke arah depan / atas. Menuju tempat sarapan pagi di serambi depan Convention Hall , yang berseberangan degan Resto Bambu. Yang atap bangunannya menyerupai  kubah perahu menelungkup. Bambu-bambu menjadi unsur kuat artisik ala Sunda.
Duh, semesta ini  menaburkan butiran rasa sejuk, meluruh penat nestapa, menumbuhkan tunas-tunas inspirasi harapan .  Kala hati dan jiwa kian takjub memuji keagungan Sang Maha Pencipta .
Tak terlihat sisa  kabut usai semalaman hujan.Â
Meja sajian utama sarapan dengan kepulan hangat telah lengkap. Kopi, Teh, Creamer, dan Jus tersaji di meja pendamping. Menyeruput teh panas , nasi goreng, dan berbagai kelezatan kuliner ala Sunda melengkapi pagi.  Usai sarapan waktunya menyapa senyuman ribuan bunga dan flora, di Camp yang memiliki spot-spot foto terlengkap. Kawasan yang berdiri sejak 2004 ini memiliki hutan bambu, situ kecil ,mata air  , sungai mungil ,kebun sayur/buah dan sawah. Juga kuda-kuda gagah yang bisa disewa tunggang Rp 50.000 .
Berlanjut,  melangkahkan kaki menuju  kawasan spot ribuan warna bunga. Tepat di sebelah sebuah Resto, bingkai  semburat warna bunga-bunga zinia. Merah cabai , oranye, putih, kuning, pink. Membentuk lengkungan manis , barisan dedaunan indah  myana dalam warna-warni yang cerah.
Sensasi  pesona barisan Bunga warna putih, rimbun ..... Turnera Subulata (Bunga Jam 8 pagi) , atau Holly Rose ,bunga Lidah Kucing.  Betul-betul meluruhkan semua ganjalan dan rasa galau . Seraya menghirup hawa bersih  pegunungan .
Tampak ibu-ibu warga  setempat melontar senyum ramah dari Taman Layla. Mereka petugas yang tengah membersihkan rumput dan tanaman liar yang  menyembul di sela-sela bebungaan. Musim hujan ikut menyuburkan tanaman liar.
Suasana makin ceria dengan tawa canda , semua wajah di sini cerah  bahagia. Alam Priangan  diramu dengan sentuhan seni dan kelola kawasan yang bijak, kearifan lokal, mampu menghidupkan suasana hati, mood positif.
Bukan Wisata Biasa-biasaÂ
Memasuki kawasan wisata ini ,bagi mereka yang tidak menginap,  hanya perlu membayar tiket Rp 25K, per orang. Dengan berbagai fasilitas yang bisa dinikmati,seperti berenang, playground , dan lain sebagainya  (ada yang berbayar ada yang tidak).
Yup, di waktu sempit ini , akhirnya saya menumpang mobil odong-odong wara wiri. Mobil pickup dimodifikasi , dengan atap dan deretan kursi penumpang menghadap ke depan. Tanpa dinding, jadi siapapun bebas melepas pandang ke segala arah saat diajak mengitari Camp. Degan tiket hanya Rp 20K per orang.
Jadilah tatap mata dan jiwa saya menerawang ke  semua penjuru mata angin. Lepas bebas menatap langit, batas bumi dan cakrawala. Melahap keindahan  karya Sang Maha Pencipta  di tempat  yang menyehatkkan paru-paru, jiwa dan raga ini. Menghayati denyut  detak nafas alam, gemericik air  dari mata airnya, ayunan  ilalang seiring alunan  angin  gunung. Mobil wara wiri , atau saya lebih suka menyebutnya odong-odong ini masih berkeliling mengitari  semua  sudut Camp Hulu Cai. Â
Ternyata ...... lengkap dan luas Camp Hulu Cai ini. Ada sungai , ada  situ mini,  dengan perahu-perahu untuk Mini Rafting, tempat panjat tebing , flying fox , dan fasilitas untuk hobi yang memicu adrenalin, dan lain sebagainya. Kami melewati  rimbunnya hutan bambu, sebagai  upaya pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.  Di kawasan wisata ini  ada 2 Amphi Theatre , ada 10 lapangan untuk  fasilitas kegiatan outdoor, aneka  cottage (ada 39), kabin , dua villa lux (Zaitun dan Bougenville). Terdapat pulapetak sawah ,  kandang kuda , kebun sayur dan buah.
Camping Ground, Kolam Renang, Villa dan Nursery
Tampak Camping Ground yang full booking. Tenda-tenda  mengitari lapangan luas.Tenda  yang bisa disewa dengan harga cukup murah, per malam/hari untuk  4 orang (3 kasur dan 4 bantal selimut)  hanya 350K . Yang untuk 2 orang 250K. Ada sarapan nasi kotak gratisnya. Dekat camping ground ada fasilitas kamar mandi /toilet, hall  terbuka  namun dengan atap dan meja kursi, jika tidak hujan ada api unggun di tengah lapang.
Kolam renang ada di beberapa titik. Didekat gerbang belakang ada 2, di dekat gerbang depan ada 1, di Villa Zaitun juga ada. Khusus Villa Zaitun  harga sewanya bisa 9 atau 10 juta per malam, bisa menampung 20 orang, lengkap seperti sebuah rumah , beberapa kamar, dengan kolam renang dan karaoke.
Saya minta diturunkan saja di depan Villa Zaitun. Di sampingnya ada sebuah outlet penjual tanaman hias. Semua tanaman di sini  bagus. Mamang penunggunya sedang sibuk mengurus taman, saya ditemani seorang ibu yang tadi melontar senyum dari Taman Layla.
Saya membeli Bunga Kenop (Bunga Kancing) ungu muda , Myana merah belang, dan Verbena biru. Terimakasih ya , sudah ramah dan sabar menemani saya mengitari semua sudut Nursery ini. Tapi hanya belanja 3 pot kecil, pasalnya  saya tidak bisa bawa yang berat. Mau jalan kaki kembali ke kamar di cottage.
Jalan kakinya lewat Taman Layla. Taman instagramable , bikin hati ingin lama berdiam di sini. Bunga Jam Delapan Pagi,  Marigold, Celosia, Kenop, Myana, Lavender, Echinacea, Amarylis, ......... tertata artisik. Lama berputar putar, melewati jala-jalan pedestrian  paving blok, gapura-gapura ramatan  bunga airmata pengantin dan stepanot. Di tengah taman ada bangunan mungil artistik, bagian dalamnya galeri.
Derai Hujan  Siang Hari, Malam Sejuk Tanpa Hujan
Masih hujan deras. Santap siang , ada yang menggunakan mobil dan kendaraan wara wiri milik Hulu Cai menuju tempat makan. Dalam derai hujan, semesta  tampak kian indah dramatik. Makan siang impian, menu favorit  tumis daun pepaya, tempe tahu bacem, semangkuk soto Lamongan, karena saya sedang mengurangi daging-dagingan, jadi daging , ayam atau ikan tidak dulu. Soto Lamongannya kuah dan sounnya saja...... Hangat gurih untuk  diseruput ,  saat dingin angin gunung menerbangkan butiran air.
Kondisi cuaca membuat saya menghindari kegiatan out door. Malam harinya di convention Hall saya hadir di sebuah acara, Â Motivator Tubagus Wahyudi, kocak, namun mencerahkan.
EO yang memandu berbagai acara  di sini boleh dehdiacungii jempol. Mulai dari fun game di lapangan, sampai acara indoor, semua berjalan baik,  fun,  tertib dan rapih. MC nya juga cantik dan profesional.
Ada hidangan  rebus-rebusan ala Sunda , kudapan  pelengkap bandrek, seperti kacang dn ketela rebus dan lainnya. Selain santap malam prasmanan yang maknyus ala Hulu Cai , ada juga kambing guling. Malam hari, semesta, cakrawala dan langit  terbentang luas.
Esoknya  pagi hari usai sarapan, saya bergegas untuk kembali ke Jakarta. Kuatir berpapasan dengan para wisatawan yang akan datang ke Camp Hulu Cai. Dan ribuan wisatawan hari ini akan masuk, sudah ramai berdatangan. Puluhan mobil pribadi, dan bus-bus besar. Riuh canda tawa anak-anak menjadikan suasana hangat.
Saya beranjak menuju kendaraan,  meninggalkan ribuan kenangan, senyum ribuan bunga yang tidak pernah usai, tentang rasa tenteram di antara pepohonan dan hamparan rumput, serta semesta keindahan  . Mungkin karena saya penyuka bunga, jadi  dalam hati selalu ingin kembali ke Camp Hulu Cai. Karena ribuan bunga ,Flora  ....semesta  di sini ,di Hulu Cai, adalah  ciptaanNya. Warna warni yang tulus mencerahkan dunia, bahasa alam selalu jujur , dan meneduhkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H