Senjakala, di Timur Bandung
Angin sayup redup dalam  bahasa mu
Burung-burung yang bertutur tentang waktu
Ketika sayapmu mengepak cakrawala yang kau tuliskan dalam benakmu
Maka matahari yang mungkin saja menua, tetap menebar rasa hangat di sawah-sawah yang mengering
Kalian tetap berceloteh di atas ayunan rumpun bambu yang terisak pedih
Aku tak pernah bosan menghitung tarian sayapmu menukik langit yang biru
Atau lenggang bahagiamu menerpa padi hijau yang setia bermain dengan wajah zamanÂ
Menunggu, hitungan masa  ,meski petani tak pernah lagi menyemaikannya
Ketika suaramu menggema sampai jauh ke masa depan