Pecahan gelas dan keramik  rupanya sekarang kurang diminati oleh pemulung.
Styrofoam, adalah barang yang tidak pernah disentuh oleh  pemulung. Berkut, kain bekas, baju bekas, lap bekas....  termasuk yang tidak dilirik.
Yang terjadi , saat para pemulung mengambil satu keresek sampah, mereka akan memilah mana yang mereka perlukan. Lalu melempar sisanya beserta kantong kereseknya ke pinggir jalan, ke selokan dan ke sungai.
Meski semua tahu sampah yang dilempar ke saluran air itu menyebabkan banjir, tetap saja mereka tak mau bersusah payah tidak membuang kotoran ke saluran air. Judulnya, karena cari cara mudah saja, tak peduli membahayakan  kawasan.Apalagi jika sampah itu berupa cairan kimia berbahaya
Yang saya sayangkan, ketika banyak warga yang sudah berkesadaran untuk memilah sampah beracun. Seperti minyak goreng bekas, oli bekas, tinta bekas,  ternyata tidak ada  sosialisasi  kemana benda beracun itu haru sdibuang? Setidaknya dari  tingkat rumah tangga.
Saya sering bingung kemana harusnya membuang minyak goreng bekas. Seharusnya ada lembaga resmi dari  pemerintah lokal yang menyiapkan  tempat penampungan limbah tersebut . Pasalnya jika dibiarkan masyarakat menampung  limbah minyak goreng misalnya, jika mereka berniat  buruk, minyak goreng bekas itu diberi zat kimia tertentu sehingga menjadi bening dan dijual kembali . Ini jelas membahayakan.
Opini saya, seharusnya lembaga penampungan limbah sebaiknya adalah  lembaga pemerintahan setempat. Masyarakat kita masih belum bisa dipercaya untuk hal-hal semacam ini. Masih belum sadar lingkungan secara global.
Untuk meminimalkan sampah sebelum membuangnya saya bagi dalam  5 kelompok.
Kelompok  ke 1 sampah membusuk alias organik, termasuk daun-daun dan potongan rumput (kecuali yang mengandung minyak)  saya masukkan ke dalam komposter. Kulit telur saya hancurkan untuk ditebarkan di tanah dan diaduk, dan konon bisa mengusir tikur.
Kelompok ke 2 adalah sampah  yang akan saya kelola jadi kerajinan tangan saya kumpulkan dengan rapi. Untuk siap diolah. Namun banyak sampah yang bisa diolah oleh pengrajin sampah lainnya yang kini lumayan bertebaran  di berbagai  pelosok, seperti bungkus kopi, bugkus deterjen, bugkus kemasan lainnya. Cara terbijak adalah saat membuka kemasan kita gunting dengan rapih, lalu kumpulkan di satu tempat. Dan jika sudah banyak kita bisa menyerahkan kepad apengrajin daur ulang. Kemasan tetra minuman  (susu uht , jus, teh kotak dan lain sebagainya) juga ada penampungnya. Jika dalam jumlah banyak kita bisa memberikan kepada mereka. Biasanya  alumunium di bagian dalamnya yang dijadikan bahan daur ulang.