Â
masak ayam dan ketupat bareng, untuk lebaran
Jago Masak karena Tinggal di AsramaKonon ketika lebaran mereka kerap terpaksa diam di asrama. Karena ongkos mudik sangat mahal dan lamadi perjalanan. Bahu membahu mereka memasak opor ayam. Dan ketupat. Itu sebab mantan penghuni asrama sangat terampil kalau urusan domestik. Karena terbiasa bebenah rumah dan memasak. Katanya ada gilirannya.
masak ketupat dan opor ayam bareng, untuk lebaran, tahun 1956
Tapi jangan bandingkan situasi tersebut dengan  mudahnya  kita membeli ayam potong seperti sekarang. Zaman baheula tidak ada ternak ayam broiler besar-besaran seperti sekarang. Adanya juga  kampung hidup yang bisa dibeli di pasar. Lalu konsumen harus siap menyembelih sendiri di rumah. Mengguyurnya dengan air mendidih, mencaburi bulu ayam dan memebrsihkannya sendiri. Lalu siap dimasak.
sarapan saat lebaran tahun 1956, asrama mahasiswa Sumsel JBS . Di Bandung
Harga ayam sangatlah tinggi. Santapan orang-orang kaya saja. Kalau kalangan sederhana cukup makan ayam beberapa bulan sekali, atau malah setahun sekali. Karena dianggap pemborosan.
Jangankan ayam, telurnya saja tergolong makanan mahal dan mewah. Karenanya masa-masa tersebut kebanyakan orang memiliki ternak dan kandang ayam  di belakang rumahnya.
Anak-anak asrama Sumsel  merasa sangat spesial bisa memasak ketupat dan opor. Mengobati rindu kampung halaman. Mereka shalat Ied di Lapangan Haur Pancuh Bandung (sekarang taman yang di  jalan Bagurangin depan kantor Telkom Japati).
Penghuni asrama tahun 1956, tidak mudik, shalat IED dilapangan Hocky Bandung
Penghuni asrama , tahun 1957
Makan roti , biskuit marie dan minum Limun F&N (sejenis Fanta) jadi penganan ‘berkelas’  kala itu. Bandingkan dengan anak-anak sekarang, yang sudah tahu penganan masa kini  dengan variasi dan kreatifitas ala dunia kuliner modern.
Yang jelas bisa menikmati  cemilan jagung bakar, jagung rebus, ubi goreng, singkong rebus, getuk dan jajanan pasar saja , mereka  sudah bersyukur dan ‘bahagia’.
Asrama Mahasiswa Sumsel , Bandung , Jalan Purnawarman.... tahun 2008
Dari waktu ke waktu, asrama  yang berubah namanya menjadi Asrama Mahasiswa Sumatera Selatan ini, telah memberikan jasa tak ternilai. Perantauan muda asal Sumsel banyak yang  tinggal di sini sampai kuliahnya selesai. Ada yang kembali ke kampung halaman, ada yang akhirnya  mukim di Pulau Jawa, bahkan di Bandung.
Â
Lihat Humaniora Selengkapnya