SALAH SATU GERBANG MASUK WADUK CIRATA, JIKA INGIN WISATA KULINER MURAH MERIAH. Objek Wisata Cirata BUANGAN.
Jalan menurun kami susuri setelah membayar tiket mobil Rp 5.000,-. Jalan  tidak rata alias tidak teraspal dengan baik. Tampaknya kalau hujan bisa licin dan becek. Beruntung, meski musim  tidak menentu, siang itu udara cerah. Berangkat dari Bandung tadi pukul 10 pagi, tiba di sini tepat waktunya shalat Lohor.
Mobil Ibu Etty yang kami tumpangi akhirnya berhenti di depan sebuah  kedai nasi liwet. Kedainya berupa bangunan semi permanen dari bahan kayu, bambu dan anyaman bilik bambu. Atapnya dari genteng tanah liat. Benar-benar suasana pedesaan ala Sunda tempo dulu .Setelah menunaikan shalat lohor di masjid , kami memilih makan siang di lantai atas  kedai nasi. Tujuannya supaya pemandangan bisa lepas bebas ke segala arah dari ketinggian. Aduh sejuknya berteduh di bawah atap genteng tanah liat ini, berlantaikan kayu yang dilapisi sejenis  lampit bambu. Tikar anyaman  model  jaman baheula ikut menghiasi.
Kami memesan nasi liwet dengan pelengkap ikan bakar dan lain-lain. Untuk satu porsi katanya Rp 70.000  cukup untuk 4 orang. Karena kami berenam, maka memesan 2 porsi saja. Seharga Rp 140.000,- . Menunya  nasi liwet, sambal , lalab segar langsung dipetik , ikan nila bakar (9 ekor) , sausnya sambal kecap dengan jahe.Kalau mau tambahan bawa dari rumah juga bisa, misalkan gorengan, atau lainnya.
Ibu pemilik warung tampak memetik pucuk-pucuk daun singkong yang rimbun membingkai tepian waduk. Tanaman singkong diselingi daun-daun kemangi, tanaman kacang tanah. Disela-selanya tumbuh  daun randamidang, lalaban harum dengan bunga berwarna merah muda. Bahasa Indonesianya daun kenikir. Asal jangan keliru, pilih yang bunganya merah muda, bukan yang kuning.
Beberapa  wanita penduduk setempat menjajakan tutut dan rambutan. Harganya sangat murah. Jadi sebelum makan siang alias nasi liwet dadakannya matang, menikmati tutut berbumbu gurih plus  rambutan manis ngelotok, enak juga. Rambutannya banyak sekali di tempat ini.
Semilir angin berembus mengayunkan bunga-bunga  kenikir kuning. Biru  danau yang tenang, sebuah pemandangan yang menyejukkan jiwa raga. Ternyata ada tukang ngamen  mendatangi kami, memainkan sebuah lagu dangdut.  Lumayan ,selingan hiburan.Pemandangan danau dari atas sini indah sekali. Penduduk setempat menyebut lokasi ini sebagai Cai-caian (bahasa Sunda = air-airan, alias laut-lautan, atau  mungkin danau tiruan).