Aku tak sanggup lagi menatap gunung, hutan dan lautan,
Mereka adalah sahabatku yang dulu ramah,
Namun, kini seolah mereka semua sudah berubah
Saling curiga, tak lagi memberikan kedamaian
Gunung yang menjulang, selalu mendekapku dari sengatan mentari pagi
Menahaku dari semilir angin lembah, antah berantah
Hutan yang menghijau, nan elok dipandang, memberiku kedamaian
Desiran ombak, gelombang laut, yang selalu menghiburku,
Kini semua itu hilang, tak lagi ada canda tawa dengan mereka, sahabat-sahabatku
Gemuruh, memuntahkan laharnya, gunung melampiaskan kemarahanya
Banjir dan longsor tak lagi tertahan oleh hutan yang tinggal separo, mengering
Gelombang laut mengamuk, menerjang pantai, luluh lantah
Aku terpekur, merenung, anganku melayang kembali ke masa silam
Mengingat ayaku, mencangkul, membajak dengan kerbau
Sahabatku Si Pelaut menangkap ikan dengan jaring dan perahu kayu reotnya
Nenek tua ditepi hutan memungut daun jati, jadi bungkus nasi
Semua berjalan sangat alami
Tidak ada rasa iri dan dengki kepada sesama
Saling melindungi, saling memberi
Keseimbangan alam terjaga, terasa damai
Atas nama modernisasi dan teknologi,
Semuanya berubah, ulah manusia semakin serakah
Deru mesin dan cairan kimia, meracuni alam sekitar kita
Memberangus, meluluhlantahkan, kehidupan mereka
Aku semakin rindu pada sahabat-sahabatku
Seolah aku ingin kembali kemasa lalu
Diakhir sisa umurku, dan demi anak cucuku
Aku ingin melihat sahabat alamku,kembali seperti masa lalu
Kalisari, 15 Juli 2022
Oleh : Ratman Aspari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H