" meglio se fai una foto con una persona, eh?"
Lagi-lagi aku terkejut. Aku tidak mengira dia akan berbicara kepadaku yang sudah tidak memiliki perlu. Dengan suara beratnya itu dia bilang. "Sebuah foto tidak bagus bila tidak ada orangnya, kan?" Lalu, di saat yang bersamaan pun dia langsung berpose dengan senyumannya yang sangat mempesona.
"Si si!" Begitu lantang jawabku sambil menjaga sedikit wibawa. Aku semangat sekali dan langsung mengambil gambar dirinya yang berdiri tepat di depan kuda itu. Meskipun, aku tahu bahwa dia hanya sedang bercanda, namun aku menyadari bahwa itu adalah kesempatanku satu-satunya untuk bisa mengabadikan senyum manis di wajahnya.
Cekrek. Suara jepretan kamera yang menciptakan cerita ini berbunyi satu kali. Pada akhirnya, Santa Maria del Fiore hanyalah sebuah bangunan tua yang menjadi saksi bisu bahwa senyumannya pernah hadir di dalam hidupku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H