Pernah merasa sulit fokus setelah menonton deretan video pendek di TikTok? Atau mungkin Anda sering menggulir tanpa henti, berpindah dari satu video ke video lain tanpa sadar waktu berlalu begitu cepat? Selamat datang di fenomena "TikTok brain"! Istilah ini menggambarkan bagaimana kebiasaan mengonsumsi konten video pendek memengaruhi cara kerja otak kita.
Apa sebenarnya TikTok brain, dan mengapa banyak orang membicarakannya? Yuk, kita bahas lebih dalam!
Apa Itu TikTok Brain?
TikTok brain adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan pola pikir dan fungsi otak akibat paparan konten video pendek seperti yang ada di TikTok. Video berdurasi 15-60 detik ini dirancang untuk memikat perhatian dalam hitungan detik. Akibatnya, otak kita jadi terbiasa dengan pola hiburan instan, yang sering kali berdampak pada kemampuan fokus dan berpikir jangka panjang.
Menurut sebuah penelitian, rentang perhatian manusia kini lebih pendek dari ikan mas---hanya sekitar 8 detik! TikTok, dengan algoritmanya yang sangat personal, memperkuat kebiasaan ini dengan terus menyediakan konten yang sesuai minat Anda.
Mengapa TikTok Brain Bisa Terjadi?
Setiap kali kita menemukan video yang menarik, otak kita melepaskan dopamin---zat kimia yang memberikan rasa senang. Inilah yang membuat kita terus menggulir dan mencari video berikutnya. Tapi, ada efek sampingnya. Ketika otak terlalu sering mendapatkan dopamin, hal-hal lain yang lebih "lambat" atau membutuhkan usaha, seperti membaca buku atau belajar, terasa membosankan.
Psikolog menyebut ini sebagai "dopamin overload," dan itu adalah salah satu alasan mengapa kita sering merasa gelisah jika jauh dari ponsel atau media sosial.
TikTok: Teman atau Ancaman?
Tidak semua dampak TikTok brain itu buruk, kok. Di sisi positif, TikTok bisa meningkatkan kreativitas. Banyak orang belajar memasak, membuat kerajinan, atau bahkan memahami konsep ilmiah hanya dari video singkat. Namun, seperti pedang bermata dua, efek buruknya juga nyata:
-Fokus menurun: Sulit untuk menyelesaikan tugas yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
-Ketergantungan: Merasa gelisah tanpa ponsel.
-Pemrosesan dangkal: Sulit untuk memahami informasi yang membutuhkan analisis mendalam.