Mohon tunggu...
PUDJO SUPRAPTO
PUDJO SUPRAPTO Mohon Tunggu... -

Businness owner, Writer, Blogger, and Banker

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

I k h l a s

3 Februari 2010   11:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abu Utsman al-Maghriby mengatakan, "Keikhlasan adalah keadaan dimana nafsu tidak memperoleh kesenangan. Ini adalah ikhlas orang awam. Mengenai ikhlas manusia pilihan (khawash), keikhlasan datang kepada mereka bukan dengan perbuatan mereka sendiri. Amal kebaikan lahir dari mereka, tetapi mereka menyadari perbuatan baiknya bukan dari diri sendiri, tidak pula, peduli terhadap amalnya. Itulah keikhlasan kaum pilihan."

Abu Bakr ad-Daqqaq menegaskan, "Cacat keikhlasan dari masing-masing orang yang ikhlas adalah karena penglihatannya akan keikhlasannya itu, jika Allah swt. menghendaki untuk memurnikan keikhlasannya, dia akan mengugurkan keikhlasannya dengan cara tidak memandang keikhlasannya sendiri dan jadilah ia sebagai orang yang diikhlaskan Allah swt. (mukhlash), bukannya berikhlas (mukhlish)."

Sahl berkata, "Hanya orang yang ikhlas (mukhlish) sajalah yang mengetahui riya' (pamer apalagi tentang kebaikan)."

Abu Sa'id al-Kharraz menegaskan, "Riya' kaum 'arifin lebih baik daripada ikhlas para murid."

Dzun Nuun berkata, "Keikhlasan adalah apa yang dilindungi dari kerusakan musuh."

Abu Utsman mengatakan, "Keikhlasan adalah melupakan pandangan makhluk melalui perhatian yang terus-menerus kepada Sang Khalik."

Hudzaifah al-Mar'asyi berkomentar, "Keikhlasan berarti bahwa perbuatan-perbuatan si hamba adalah sama, baik lahir maupun batinnya (antara hati dan mulut tidak berbeda, kalau berbeda namanya munafik)."

Dikatakan, "Keikhlasan adalah sesuatu yang dengannya Allah swt. berkehendak dan dimaksudkan tulus dalam ucapan serta tindakan."

Dikatakan pula, "Keikhlasan berarti mengikat diri sendiri pada kesadaran akan perbuatan baik (jadi tidak perlu penilaian)"

As-Sary mengatakan, " Orang yang menghiasi dirinya di hadapan manusia dengan sesuatu yang bukan miliknya, berarti tercampak dari penghargaan Allah swt."

Al-Fudhail berkata, "Menghentikan amal-amal baik karena manusia adalah riya', dan melaksanakannya karena manusia adalah musyrik. Ikhlas berarti Allah menyembuhkanmu dari dua penyakit ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun