Beruntung saja, Jaka Tingkir punya sekutu macam Ki Ageng Pemanahan beserta kawan dan pengikutnya. Dimana Aria Penangsang yang mudah panas hati terpancing untuk bertarung melawan pengikut Ki Ageng Pemanahan. Dalam sebuah pertarungan tidak seimbang, Aria Penangsang yang dikeroyok, berhasil dilukai oleh Sutawijaya—Penembahan Senapati yang kelak mendirikan dinasti penguasa Mataram Islam—dengan tombak keramat Ki Plered-nya.
Pelan-pelan Aria Penangsang pun meninggal. Jipang pun meredup dari Sejarah Jawa, meski berusaha menentang penguasa asing termasuk VOC atau Hindia Belanda. Hingga Jipang hanya menjadi nama desa. Ini adalah resiko dari tidak mau berkompromi dengan penguasa yang lebih kuat. Ini bukan kebodohan, melainkan keberanian yang layak diapresiasi. Aria Penangsang layak menjadi tokoh Cepu atau Blora, dalam sejarah tidak ada pahlawan atau pengkhianat—seperti politisasi yang dimau oleh penguasa—melainkan pengukir sejarah saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H