Mohon tunggu...
Petrik Matanasi
Petrik Matanasi Mohon Tunggu... -

Peziarah & Pemerhati Sejarah Nusantara. Asal Balikpapan. Kuliah sejarah 7 tahun di UNY Jogja. Kini tinggal Palembang. Bukan penulis handal, hanya saja suka menulis hal-hal yang humanis. Apapun yang saya tulis atau ucap, sulit sekali bagi saya untuk tidak Historis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akhirnya KNIL Bubar Juga

28 Agustus 2010   18:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:38 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dan di Malang tidak banyak diketahui. Setidaknya saya belum menemukan buku yang menyebut kerusuhan KNIL di Malang. Dimana sekelompok serdadu KNIL, dari suku Ambon, membuat keributan di Alun-alun Malang. Mereka beselisih dengan orang-orang China. Semula terjadi cek-cok di Bioskop REX Malang. Yang kemudian berlanjut dengan baku tembak di dekat restoran China dekat Alun-alun. Begitu kata arsif yang saya temukan di arsip nasional Jakarta.

Rupanya, banyak juga anggota KNIL dan KL di bioskop. Namun mereka memilih tidak ikut dalam keributan. Karena mereka mengakui kekalahan meraka dalam revolusi Indonesia. Mereka merasa Indonesia adalah Negara merdeka. Sebagai militer mereka hanya mennggu nasib. Ke Belanda atau masuk TNI.

Diantara serdadu gelisah itu. Banyak juga yang memilih tidak bersikap temperamental. Gelisah adalah hal yang biasa dialami di masa perang. Mereka gelisah soal masa depan mereka pasca perang. Inilah yang dialami banyak serdadu KNIL. Hilangnya pekerjaan. Hilangnya kehidupan yang sebelumnya nyaman. Mungkin masih banyak ketakutan akan kehilangan lagi.

Serdadu bawahan KNIL yang hidupanya keras, apalagi pasca revolusi Indonesia yang membuat mereka harus kalah, membuat mereka menjadi orang yang nampak berbahaya bagi banyak orang Indonesia. Mereka kerap dijauhi. Seperti dialami Geritz Kakisima, seorang mantan KNIL dan NEFIS yang masuk TNI. Letnan itu sangat dijauhi meski keahlian militer yang diperlukan TNI.

Dimasa lalu, zaman revolusi, mereka dicap sebagai pengkhianat dan musuh. Tidak heran jika kemudian mereka membuat iri para bekas pejuang yang tidak bisa diterima dalam TNI.

Begitulah nasib KNIL yang harus tumbang oleh revolusi Indonesia. Dan serdadu-serdadunya yang gelisah pun ikut tertelan sejarah di kemudian hari. Mereka hanya bisa timbulkan keributan-keributan menjelang mereka dibubarkan.

120 tahun bukan waktu singkat bagi KNIL berkiprah di Indonesia. TNI pun masih baru separuh usia KNIL sekarang. Suka tidak suka KNIL juga punya kontribusi pada TNI meski sering dinafikan kaum nasionalis anti Belanda. Sementara itu, dari KNIL, petinggi TNI hanya bisa mengambil sisi buruk saja. Seperti hanya bersiap menindas bangsa sendiri daripada bertahan dari serangan luar. Sementara sisi professional KNIL tidak pernah bisa ditiru dengan baik kecuali jadi jargon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun