Mohon tunggu...
Andi Nur Baumassepe
Andi Nur Baumassepe Mohon Tunggu... Dosen - Adalah seorang dosen, konsultas bisnis Manajemen dan Peneliti

berkecimpung dalam dunia konsultan bisnis dan manajemen, serta pengajar di Universitas Hasanuddin. Membantu korporasidan startup series A dalam scale up bisnis, pengembangan bisnis model dan matching investor skema Private equity. Membantu pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dalam pengembangan ekosistem kewirausahaan dan dunia Industri. Silahkan kontak baumassepe@fe.unhas.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Money

Sedia Payung Sebelum Hujan, Menyikapi Situasi Ekonomi yang Melambat

10 Juli 2015   08:58 Diperbarui: 10 Juli 2015   09:06 2325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sedia payung sebelum hujan

Sebagai pengambil kebijakan perusahaan ataukah sebagai pemilik bisnis tentu kita tidak ingin faktor-faktor eksternal tadi dan adanya potensi krisis ekonomi masih kita raba-raba kedatangannya akan mengamcam bisnis kita. Lebih baik kita segera bersiap-siap dan melakukan antisipasi sebaik mungkin. Sedia payung sebelum hujan begitu kata pepatah.

Ada banyak pelajaran dari kegagalan menjalankan strategi bisnis perusahaan ketika terjadi krisis ekonomi pertengahan ditahun 1990-an. Hanya perusahaan yang betul-betul belajar dan mampu beradaptasi lah yang masih tetap eksis. Banyak perusahan raksasa yang kala itu hidup dibawah “ketiak “ rezim orde baru dengan gelimang proteksi  akhirnya menjadi “korban” seiring tumbangnya kekuasaan Soeharto dan krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1998.  Akhirnya hanya perusahaan yang yang adaptif terhadap perubahan ekonomi, pasar, dinamika kompetisi dan teknologi yang dapat eksisis sampai sekarang.

Apa yang harus kita persiapkan? Bagaimana perusahaan kita menghadapi semua ini? Ada tiga fungsi manajemen yang perlu mendapat penekanan bagi pelaku usaha dalam kondisi saat ini. Hal itu adalah manajemen keuangan, pemasaran dan operasional.

Melihat kondisi ekonomi yang masih menunggu dan cenderung melambat, perhatian terhadap pengelolaan keuangan dan portofolionya perlu serius diperhatikan. Menjaga likuiditas perusahaan serta menjaga profitabilistas adalah tujuan utama manajemen keuangan perusahaan yang harus dicapai secara positif.  Likuditas yang baik menjamin masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Aspek profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Ketidak mampuan menjaga likuiditas dan profitabilitas usaha dalam jangka panjang akan memberi kinerja yang buruk bagi perusahaan. Beberapa waktu lalu gencar diberitakan banyak perusahaan skala menengah atas dikota Makassar teancam pailit, dan di gugat oleh Bank karena ketidak mampuan pembayaran terhadap utang-utang usahanya. Hal ini salah satu contoh ketidak mampuan pengusaha kita dalam mengelola manajemen keuangan perusahaannya.

Pelaku usaha perlu berhati-hati dalam pengambilan keputusan investasi  dan tidak melakukan investasi dalam bentuk diversifikasi usaha yang sifatnya masih coba-coba dan kurang ditinjau dengan feasibility study yang akurat. Perusahaan tidak perlu tergiur dengan fasilitas kredit yang terus menerus ditawarkan oleh bank. Tidak ada salahnya mencari alternative pendanaan selain bank, seperti penerbitan obligasi atau dengan IPO (Initial public offering) di pasar modal. Pelaku usaha perlu  melakukan take over kredit usaha untuk mencapai biaya bunga usaha yang lebih rendah dan fasilitas kredit yang lebih fleksibel.

Dalam kontek manajemen pemasaran, harga produksi naik namun harga harus tetap kompetitif menjadi pemikiran utama bagi pelaku usaha saat ini.  Modifikasi produk tampa menghilangkan atribut produk yang telah kita miliki seperti modifikasi kemasan yang rendah biaya produksinya dapat menjadi solusi. Strategi diferensiasi dengan membuat produk kita unik di mata konsumen, dan memiliki perbedaan dengan pesaing harus tetap kita lakukan dengan tetap berfokus produksi biaya murah. Lini produk kita  yang selama ini begitu banyak, harusnya dievaluasi kembali untuk menghadirkan varian produk yang betul-betul memberi keuntungan.

 Strategi produk yang kita terapkan haruslah mendukung kebijakan efisensi operasional perusahaan. Naiknya biaya-biaya dari faktor produksi lainnya seperti biaya tenaga kerja dengan naiknya UMR (Upah Minimum Regional) harga BBM dan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berasal dari kebijakan pemerintah mau tidak mau kita hadapi sebagai kenaikan biaya produksi yang akan mengancam pasar potensial kita bila harga produk/jasa kita naik.

Dalam bidang manajemen operasional isu utama adalah naiknya biaya produksi akan menaikkan pula anggaran produksi perusahaan. Pengusaha hendaknya mencari cara agar efisiensi perusahaan tetap terjaga. Faktor tenaga kerja merupakan salah satu biaya terbesar, perlu dipertimbangkan kembali untuk merekrut karyawan baru, atau dianggap perlu melakukan lay-off  karyawaan untuk mencapai efisiensi jangka panjang. Intinya tidak perlu ragu melakukan efisiensi perusahaan baik berbentuk penghematan biaya tenaga kerja,  anggaran pemasaran, biaya overhead, dan biaya-biaya lainnya yang dianggap bisa ditiadakan untuk penghematan perusahaan.

Kebijakan perusahaan agar selalu efisien dengan memangkas biaya-biaya operasional, melakukan diferensiasi produk,  memperhatikan kembali sikap konsumen terhadap produk/jasa yang  ditawarkan karena perubahaan daya beli, serta menjaga kesehatan keuangan perusahaan merupakan faktor penting dalam menghadapi kelesuan ekonomi saat ini.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun