Bicara flokfore atau dongeng khususnya tentang Indramayu, aku sendiri bersama teman-teman yang lain sudah melakukan riset kecil-kecilan sejak 2011. Hasilnya, berupa toponimi desa—asal-usul desa—di Indramayu dengan Mas Erwin Wiguna. Selain toponimi desa, aku juga mengarsipkan beberapa cerita dongeng fiksi sejarah.
Flokfore fiksi sejarah ini berisi cerita-cerita masyur yang ada di Indramayu. Kebenarannya hanya 50%. Misalnya, Kisah Saedi Saeni dari Kali Sewo, Ki Mardiyah dari Asem Rungkad Krangkeng, Kreteg Abang dari Jatibarang, Patih Jongkara Kerajaan Pulomas, Nyimas Ratu Junti dan Ki Dampuawang, Sanerih Penari Ronggeng, dan masih banyak lainnya.
Mengapa ini perlu diangkat? Aku kira persoalannya begini, bagi masyarakat Indramayu hanya soal Wiralodra History melulu yang diangkat. Akibatnya, bicara Indramayu jadi tak menarik lagi, lantaran kita hanya membicarakan soal wiralodra sentris. Indramayu sebenarnya, kaya juga dengan cerita-cerita dongeng yang tak kalah menarik.
Kita perlu angkat juga soal history of Lelea, of Junti, of Sliyeg, of Kandanghaur, of Losarang, dan lainnya? Cerita-cerita itulah yang menjadi butiran pelengkap history of Indramayu secara utuh. Itu saja, sekian pemaparan dariku.
Tembung pamungkas, kembang jae laos lempuyang kembange kuning. Sekien kula permios, yen kurang ngundanga maning. Hhheeee. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
Meneer Panqi
Penulis, pemerhati budaya dan konsultan media kreatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H