Mohon tunggu...
Masnunatul Masyiroh
Masnunatul Masyiroh Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

PIAUD '17 UIN Maulana Malik Ibrahim. Email: masyirohmasnunatul@gmail.com / twitter: @MasnunatulM

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Buruk Mengkritik Anak dengan Kasar

18 November 2019   19:31 Diperbarui: 18 November 2019   20:12 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kritikan memang datang dari mana saja, kapan saja, dan untuk siapa saja. Termasuk juga sang buah hati. Padahal niat hati tak ingin mengkritik, terlebih hanya ingin mengobrol tentang perilaku anak saja. Tapi terkadang orang tua malah tersulut emosi dan keluarlah kritikan pedas yang cenderung terdengar kasar terhadap anak.

Tentu, perilaku seperti ini harus dihindari oleh orang tua, karena akan membuat mental anak menjadi terganggu dan bisa mengganggu perkembangan pola pikir anak di masa yang akan datang. Jadi, kita harus benar-benar tahu bagaimana menyampaikan kritikan yang positif dan membangun pribadi si kecil. 

Berikut ini adalah beberapa dampak buruk yang diakibatkan karena mengkritik anak dengan cara yang kurang tepat atau kasar:

1. Anak akan memiliki perasaan tidak dicintai

Jangankan anak-anak, orang dewasa pun akan merasa enggan, tersinggung bahkan marah, jika ada seseorang yang mengkritiknya secara terlalu berlebihan. Nah, bayangkan jika hal tersebut dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Sang anak pun akan memiliki rasa tidak dicintai oleh kedua orang tuanya. Pasalnya tudingan yang pedas justru akan membentuk pandangan si kecil tentang orang tuanya yang membenci apapun tentangnya.

Alih-alih anak akan berubah menjadi tertekan dan cenderung menjadi anak yang tertutup. Tentu tak ada orang tua yang menginginkan seorang anaknya menjadi anak yang tertutup bukan? Jadi sebaliknya pilih kata yang tepat untuk menyampaikan kritikan.

2. Anak menjadi pribadi yang kurang percaya diri

kalimat yang bernada merendahkan dari orang tua akan tersimpan baik dalam otak dan alam bawah sadar anak. Hal itu akan berdampak kurang baik untuk masa depannya, karena akan membuat sang buah hati tidak berani untuk menghadapi tantangan karena dia merasa selalu selalu salah, dia berbeda dan tidak sempurna. Pikiran tersebutlah yang membuat sikap percaya diri anak menjadi sirna.

3. Kritik yang pedas akan membuat anak berperilaku negatif

Setiap anak terlahir dengan fitrahnya masing-masing. Tugas orang tua adalah menuntun dan mengawal langkahnya agar tetap sesuai dengan fitrahnya. Jangan sampai orang tua mencontohkan perilaku kurang baik di hadapan anak. Memberikan kritik yang cenderung kasar akan membentuk anak berkarakter negatif, tentu hal ini akan mencidrai fitrahnya.

Selalu ingat, bahwasanya masa  anak-anak adalah berada pada masa emas. Dimana watak dan karakternya saat dewasa akan tercetak sejak ia masih anak-anak. Tentu orang tua mengharapkan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Maka, berhati-hatilah mengkritik anak, jangan sampai menghakiminya dengan kritikan yang kasar.

4. Anak menjadi tidak dapat membedakan mana perhatian dan mana kritikan

Dampak buruk lainnya jika sering mengkritik anak adalah anak akan menjadi tidak bisa membedakan mana perhatian dan mana yang kritikan oleh orang tuanya.

Karena seringnya mendapatkan perkataan yang kurang baik  dan kritikan yang cenderung kasar perihal apa yang anak perbuat, tentu akan membuat anak tidak peka dalam menilai ekspresi wajah orang tuanya.

Si anak akan mengabaikan setiap ekspresi yang diberikan orang tuanya, meskipun sang ibu dan ayah sudah memberikan pujian kepadanya sesekali, tetapi dia tetap menganggap itu sebagai kritikan. Perhatian yang diberikan menjadi biasa saja di mata anak. Orang tua mana yang mau diabaikan oleh anaknya ketika memberikan pujian?

Semoga kita semua mendapatkan keselamatan lisan sehingga seminimal mungkin tidak menyakiti hati orang lain terutama kepada sang buah hati.

Semoga bermanfaat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun