Saya pernah mengikuti pertemuan yang membahas perencanaan komunikasi atau strategi komunikasi sebuah project. Project ini nampakya penting karena menyangkut alasan mengapa organisasi itu ada.
Setelah prosesi perkenalan para peserta rapat yang cukup melelahkan, rapat kemudian memaparkan strategi komunikasi yang telah disusun. Ternyata penyusunan strategi tersebut digawangi oleh sebuah perusahaan konsultan. Saya lupa nama konsultannya, tapi masih sedikit ingat strategi komunikasi apa yang mereka tawarkan untuk project tersebut.
Kesan yang saya dapatkan setelah melihat strategi itu adalah lucu dan aneh. Lucu karena rapat yang diselengarakan justru bukan secara serius membahas strategi, tapi ajang buat cari tumpangan publikasi. Aneh, karena projectnya berdampak lokal tapi salah satu program/kegiatan komunikasinya adalah pameran internasional. Selepas rapat, sy langsung berikan masukan (protes) ke pimpinan rapat.Â
Sederhana, Tapi..
Komunikasi bisa dibilang hal yang umum. Semua orang bisa. Mulai dari lahir sampai dengan nafas terakhir, semua melakukan komunikasi. Ilmu komunikasi bukan hal yang ekslusif, beda dengan ilmu lain yang hanya bisa dilakoni oleh orang yang sudah memiliki sertifikat atau pengakuan dari organisasi yang menaunginya.
Jadi semua orang bisa dibilang ahli dalam berkomunikasi. Tapi tidak semua efektif dalam berkomunikasi. Kita pun sering gagal. Pertikaian antara suami istri misalnya, itu adalah contoh dari kegagalan komunikasi.
Kembali lagi topik. Bukan karena merasa tahu, tapi protes yang saya ajukan ke pimpinan rapat saat itu karena ide yang ditawarkan tidak masuk akal bagi saya. Saya juga heran mengapa peserta rapat lain tidak ada yang protes dengan ide itu. Pikir saya boleh jadi karena strategi itu dibuat oleh perusahaan yang secara khusus bergerak di bidang komunikasi, jadi percaya saja.
Tapi karena di kantor kami dalam bekerja selalu ditekankan untuk mengutamakan prinsip value for money, jadi kami terbiasa untuk dikritisi dan siap untuk di challange terhadap konsep strategi komunikasi yang telah dibuat.
Mengapa saya protes? Ketika melihat materi yang dipaparkan, saya teringat apa yang disampaikan dosen ketika kuliah dulu. Waktu itu saya berada di semester pertama program s2 ilmu komunikasi ui. Saya bisa dibilang awam soal ilmu komunikasi meskipun bekerja di bidang komunikasi. Waktu itu dosen bertanya mengenai definisi komunikasi.
Sebagai awam saya tergagap menjawabnya. Walaupun telah 10 tahun bekerja di biro komunikasi sy juga bingung dibuatnya. Maklum saja background pendidikan sebelumnya adalah akuntansi. Sangat jauh berbeda dengan apa yang menjadi profesi saya selama ini.
Dari pertanyaan tersebut kemudian saya menemukan pengertian komunikasi yang disampaikan oleh salah saeorang sarjana Komunikasi yang cukup terkenal dalam bidang komunikasi, yakni Harold Lasswell. Menurut  Harold Lasswell (1960), pengertian komunikasi adalah:
"Siapa mengatakan Apa menggunakan saluran Apa, Kepada Siapa dan dengan efek apa".Â
Jika diilustrasikan ternyata definisi ini sangat mudah dipahami karena menggambarkan proses komunikasi antara dua orang. Satu orang yang berbicara (komunikator) satu orang lagi yang mendengarkan (komunikan).
Dalam pembicaraan tersebut, komunikator berbicara yakni menyampaikan pesan dan komunikan memberikan tanda balasan bahwa pesan yang disampaikan komunikator telah ia terima. Kondisi ini adalah kondisi ideal. Banyak juga kejadian yang tidak ideal, misalnya komunikan mendengar sambil lalu atau suara komunikator tidak jelas terdengar.
Dari definisi tersebut sebenarnya kita sudah bisa membuat strategi komunikasi. Unsur strategi yang perlu kita perhatikan adalah 1) komunikator, siapa yang bicara. Siapa yang mau kita tampilkan. 2) pesan. Apa yang mau disampaikan. 3). Saluran komunikasi. Medium apa yang akan kita gunakan untuk menyampaikan pesan. 4) komunikan. Audiens sasaran yang akan kita tuju. 5) Efek yang kita harapkan dari komunikasi yang kita lakukan.
Mengapa strategi komunikasi konsultan tersebut terasa aneh bagi saya? Jika kita melihat unsur komunikasi tadi maka program yang ditawarkan oleh konsultan dalam rapat tersebut tentu janggal. Disaat target audiens adalah orang lokal, komunikasi justru ditujukan untuk orang asing. Dengan kata lain komunikasi yang dilakukan tidak efektif.
Saya yakin, hal yang terjadi pada rapat yang saya hadiri itu juga banyak terjadi pada yang lain. Boleh jadi bentuknya berbeda. Misalnya saja, seorang seorang mahasiswa yang ingin mencari kerja. Dalam media sosialnya ia selalu berkeluh kesah atau menampilkan hal negatif.
Tapi tanpa disadari, pesan-pesan yang ditulis dalam media sosialnya juga sampai pada perusahaan pencari kerja. Tentu bagi seorang hrd akan berpikir berulang kali untuk menerima mahasiswa tersebut jadi pegawainya. Ini tidak disadari.
Kadang kita lupa, apa yang kita komunikasikan hari ini merupakan bagian dari strategi komunikasi kita. Dan strategi pada hakikatnya adalah upaya untuk menggapai tujuan. Oleh sebab itu, ingat-ingatlah tujuan anda dan camkan juga bahwa apa yang anda ucapkan saat ini adalah bagian dari upaya menggapai tujuan itu. Selamat berstrategi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H