Sementara itu seorang Kiai yang bertugas sebagai pembicara sudah datang, Â lalu di luar rumah terdengar ledakan petasan yang baik di darat maupun di udara. Â Ini dilakukan oleh para pemuda sebagai tanda bahwa acara mbesan akan segera dimulai. Â
Karena lokasi pengantin wanita tak terlalu jauh, Â maka proses pemberangkatan dilakukan dengan berjalan kaki. Â Kecil besar tua muda kaki-laki perempuan dengan pakaian warna warni memenuhi jalanan. Â Para pemakai jalan sempat terbengong sesaat melihat keadaan ini. Â Maklum mereka warga perumahan yang di daerah aslinya mungkin tidak ada acara seperti ini. Â
Sampai di lokasi acara, Â semua orang masuk dan bersalaman dengan para penyambut tamu. Â Lokasi acara yang yang sempit seperti tak bisa menampung rombongan besan sepenuhnya. Maklum yang datang ratusan orang dan yang menyambut juga ratusan orang.
Sementara itu barang-barang barang bawaan para ibu sudah diserahkan kepada pemerima.  Satu pikul kelapa tua sudah masuk, dan di luar tenda kehebohan terjadi.  Terdengar musik dangdut membahana di luar sana seseorang membawa pikulan dengan berat  ratusan kilo seorang diri.  Ia bahkan berjoget mengikuti alunan musik dangdut yang diputar. Di tabgan sang pemikul tergenggam setumpuk uang berbagai pecahan.  Ternyata selain ia memikul sendiri bawaan yang begitu berat,  sambil berjoget menuju tenda,  ia juga menerima saweran dari banyak kawan dan kerabat. Keren kan?
lalu proses acara dimulai.  Setelah pengantin pria diserahkan dan diterima segera diantar ke ruang ganti.  Dan beberapa saat kemudian keluar dari sasana menuju panggung pelaminan dan disusul dengan prosesi adat jawa seperti lempar sirih,  menginjak telur,  dulang-dulangan  dan sebagainya. Â
Acara usai, masih ada acara pungkasan yaitu gelar tapeh, dimana kedua mempelai memegang selendang yang sudah dipersiapkan dan menerima tanda cinta dari para undangan berupa uang yang tidak pakai amplop. Â Mereka melemparnya begitu saja sambil bersalaman dan mendoakan kedua pengantin.
Dan acara berakhir, saya dan istri kembali ke rumah untuk melanjutkan aktifitas  berikutnya.
Bagaimana tradisi mbesan di kampung anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H