Akad nikah selesai, dilanjutkan dengan araka-arakan pengantin pria ke rumah memppelai wanita, tapi tiba-tiba terjadi keributan. Pengantin pria diculik oleh rombongan lelaki yang dulu pernah diculiknya. Memang, di Tegalwangi ada tradisi menculik pengantin pria setelah akad nikah. Pengantin pria dibawa berputar kota Tegal selama beberapa saat, lalu dikembalikan lagi menaiki becak yang dikayuh oleh seorang lelaki tua.
Sementara itu lagu 17 Agustus tahun 45 terus berkumandang, menyesaki telinga orang-orang yang menyaksikannya. Tampak wajah-wajah ceria memenuhi suasana kebahagiaan pasangan pengantin.
Lalu pengantin pria diserahkan kepada orang tua mempelai wanita untuk dilaksanakan upacara adat Jawa, sungkeman, dan dulang-dulangan. Sebagai simbol bahwa hati mereka telah menyatu, disatukan dengan kerekatan antara anak dan orang tua dan anak orang lain yang kini telah menjadi anak mereka, serta simbol tanggung jawab suami istri untuk saling melengkapi, memberi  dan menerima.
Dan acara pun berakhir dengan iringan doa dan ucapan selamat dari para tamu yang merupakan saudara-saudara dekat pasangan pengantin, dan para sahabat mereka berdua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H