Terkadang manusia dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa kebutuhan akan uang memaksa seseorang melakukan apa saja. Menjual atau menggadaikan barang yang dimilikinya. Bahkan menjual diri untuk memperoleh uang.
Ada juga manusia yang gelap mata karena iming-iming bayaran yang besar dan harus terjerat kasus hukum karena menjadi pengantar barang terlarang, Â misalnya narkoba.
Bahkan ada juga orang tua yang tega menjual anak kandungnya demi mendapatkan lembaran uang, dan berujung penjara.
Hari ini para manusia rela meninggalkan keluarganya selama bertahun-tahun hanya karena nominal uang yang lebih besar. Di dalam negeri gaji tidak seberapa, sehingga rela menjadi TKI/TKW di luar negeri demi mendapatkan lembaran-lembaran uang lebih banyak.
Keberadaan internet dan harga ponsel android yang terjangkau membuat para manusia sibuk dalam perputaran uang lewat jalur dunia maya. Bisnis aplikasi, bisnis jual beli online, blogger, youtuber, adalah pekerjaan para pemburu uang di internet.
Saat ini kita terlalu sibuk dengan nilai uang. Sehingga semua hal hanya dihargai dengan uang. Padahal peradaban manusia  berjalan tidak melulu berorientasi tentang uang.
Kita terlalu sibuk mencari  nilai uang sehingga lupa akan nilai sebuah kejujuran, pengorbanan, kesetiaan, bahkan nilai kesopanan.
Kata pak ustadz saya, hari ini para istri hafal  akan harga baju, sepatu  dan tas branded, tapi mereka tidak paham dengan nilai kesetiaan dan pengorbanan untuk keluarga.
Sehingga yang terpikir setiap hari adalah uang, uang, dan uang.
Maka ada benarnya sebuah pepatah lama,
"Ada uang abang disayang
Tak ada uang abang ditendang"
Tanggal muda cerah ceria raut muka mereka, dan menjadi menjadi muram saat tanggal tua. Apalagi yang menerima gaji suami dari sisa-sisa. Sisa angsuran, sisa tanggungan bulanan keluarga, sisa belanja bulanan.
Ah.. sudahlah, hidup ini memang tak melulu soal uang. Sebab uang tak bisa menjamin kebahagiaan. Sebab orang sakit tak bisa sembuh dengan  uang. Dan kematian tak bisa ditunda dengan keberadaan uang .