Setiap kita pada dasarnya dilahirkan sebagai makhluk yang pelupa, sengaja lupa atau atau  benar-benar lupa. Bahkan ada diantara kita yang sengaja untuk lupa. Melupakan semua yang telah terjadi dan memulai kehidupan baru tanpa harus dibayangi dengan ingatan masa lalu yang menyakitkan.
Sifat lupa seringkali menjadi beban bagi seseorang bila berhubungan dengan sebuah pekerjaan. Sehingga sifat lupa menjadi lalai menjerumuskan seseorang ke dalam peristiwa yang membahayakan. Misalnya lupa mematikan kompor, terlalu asyik bermain gawai sehingga anak terabaikan, lupa menaruh barang, lupa pakai celana padahal sudah pakai baju dengan dasi lengkap (wkwkwk), dan sebagainya.
Tapi manusia juga butuh sifat lupa agar bisa hidup lebih semangat, misalnya melupakan mantan, melupakan kesedihan masa lalu, melupakan hal-hal yang menakutkan, atau lupa kalau masih punya utang di warung sebelah (hahaha).
Setiap kali sifat lupa datang, terkadang seseorang tak mampu menghindar. Ia harus menghadapi sebuah risiko dari keadaan yang memaksa melakukan sesuatu untuk mengantisipasi sifat lupanya.
Misalnya saat belanja ke supermarket, barang sudah ditumpuk di trolli, saat mau membayar ke kasir baru teringat kalau dompet tidak terbawa. Anda harus balik lagi mengambil dompet meskipun jaraknya lumayan jauh dari rumah.
Terkadang karena kesibukan kita juga melupakan hal-hal yang remeh tapi sangat penting. Misalnya lupa kalau masa berlaku SIM sudah habis, STNK sudah telat bayar pajak tahunan, atau kita lupa bayar listrik dan PDAM sehingga waktu terlewat. Dan ini membuat kita semakin repot.
Ada lupa yang menjadi kehidupan kita menjadi lebih baik. Misalnya kita melupakan begitu saja kotoran yang keluar dari tubuh saat kita BAB. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan kita bila kita tetap mengingatnya, mungkin karena jijik kita tak pernah doyan makan.
Masa kanak-kanak adalah masa dimana mereka mudah mengingat. Â Tidak mudah lupa. Memorynya masih sangat kuat untuk mengingat semua hal. Sehingga proses pembelajaran dimulai dari usia dini sampai dewasa.
Semakin tua, manusia makin pelupa. Tak mudah mengingat apa yang telah terjadi. Bahkan para manula diserang pikun yaitu hilangnya daya ingat yang sangat parah.
Terkadang orang muda pun ada yang terserang penyakit lupa. Bila terjadi kecelakaan yang melukai otak, yang merupakan pusat ingatan, yang lazim disebut amnesia.
Selain itu ada juga orang-orang yang jiwanya terguncang karena suatu peristiwa, sehingga ia mengalami gangguan ingatan. Sehingga orang-orang menyebutnya sebagai orang yang sakit ingatan atau orang gila.
Tapi semua itu adalah urusan dunia sementara, yang bisa diselesaikan dengan mudah saat kita masih hidup dan menghirup nafas. Yang paling fatal adalah manakala manusia melupakan Tuhan. Lupa bahwa nyawa ada pemiliknya.
Nyawa adalah sebuah amanah yang harus dipergunakan dengan penuh rasa syukur. Dan menggunakan keberadaan nyawa selama masih melekat di badan dengan melakukan hal yang bermanfaat. Sebab sehebat apapun manusia tak ada satupun yang bisa menciptakan nyawa. Dan semua jiwa akan kembali ke haribaan-NYA.
Jangan lupa bahagia. Karena bahagia itu sederhana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H