Secara tidak langsung kondisi ini mendorong setiap makhluk bernama laki-laki untuk bisa tampil maksimal, mengesankan, dan memberikan efek kepuasan prima pada pasangan.
Dan berbagai cara dilakukan, mulai minum kapsul penambah vitalitas, melakukan terapi pembesaran, bahkan melakukan upaya pemanjangan dengan cara tradisional. Meskipun semua upaya itu mengandung efek samping, ketergantungan, bahkan mengandung risiko kerusakan jaringan pada organ vital. Lihat di sini
Bahkan beberapa pria memasang benda-benda asing seperti ring, gotri, bahkan kondom bergerigi untuk menciptakan sensasi menggelitik pada liang pasangan.
Saya masih ingat pesan nenek dari istri saat awal menikah. Bahwa dalam hubungan ranjang suami istri itu bukan dalam rangka mencari sensasi semata. Hubungan yang terbangun antara laki-laki dan perempuan dalam perkawinan itu adalah hubungan sakral yang harus dimaknai sebagai sebuah ritual ibadah. Bukan dalam rangka mengejar orgasme, kepuasan klimaks, dan berpedoman pada sebuah ukuran.
Ketika sebuah proses bercinta mengalami kegagalan dan tak bisa mencapai finish misalnya gagal orgasme, atau gagal meneruskan karena kelelahan, itu pun bukan berarti gagal.
Sebab transfer spiritual sudah dilakukan dan terlampaui. Dan manfaat sudah didapat dari penyatuan jiwa dan raga yang menciptakan berbagai energi kehidupan.
Sehingga dalam hal ini, vitalitas, ukuran kejantanan, bukan lagi masalah utama yang patut dipersoalkan.
Sebab kedua belah pihak sudah sama-sama menyadari akan fungsi hubungan ranjang yang sebenarnya.
Mungkin sesekali bisa menikmati kapsul penambah vitalitas pria, tapi sebaiknya diatur agar tidak menimbulkan ketergantungan karena aktifitas seksual yang terbaik adalah dengan cara alami. Memberikan makna spiritual secara optimal, dan tidak meninggalkan efek samping.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H