Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Sandal dan Sepatu sebagai Alas Kaki Menapak Bumi

12 Juni 2020   10:46 Diperbarui: 12 Juni 2020   11:14 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaki manusia tercipta secara alami memiliki bagian kulit yang keras pada bagian telapak. Sebagai bagian yang menapak bumi dan bersentuhan dengan apapun.

Akan tetapi kapasitas telapak kaki sungguh sangat terbatas. Ia hanya mampu menahan kerikil , atau permukaan panas atau dingin yang masih bisa ditolerir oleh kulit manusia. Sementara untuk benda tajam dan sejenisnya, kulit telapak kaki tak mungkin bisa tahan.

Untuk itulah tercipta berbagai macam alas kaki, baik berupa sandal atau sepatu yang melindungi telapak kaki dari berbagai benda yang terinjak.

Sandal dan sepatu ini terdiri dari berbagai macam bahan. Dari karet, plastik, kain, kulit binatang, dan bahan sintetis.

Kita bisa membayangkan bagaimana keperluan hidup dengan nama alas kaki ini tidak diketemukan, mungkin sampai sekarang orang-orang akan berjalan dengan "nyeker".

Memang di kampung-kampung masih banyak lansia yang tidak menggunakan alas kaki saat berjalan. Bahkan mereka bisa berumur panjang karena setiap hari kakinya dipijat oleh alam dan memperlancar seluruh peredaran darah, sehingga tidak mudah jatuh sakit. Bahkan jarang ada lansia jaman dulu yang terkena penyakit dalam.

Akan tetapi kebanyakan orang tetap menggunakan alas kaki untuk beraktifitas, apalagi di perkotaan, telapak kaki harus menginjak aspal atau lantai beton yang panas.

Pada jaman dahulu alas kaki dibuat dengan bahan langsung dari alam. Kayu, kulit kayu, dan kulit binatang.

Saya pernah diberi hadiah oleh Mbah Kakung sebuah sandal dari kulit kerbau. Tapi sayang barang tersebut hilang entah ke mana saat kami pindah rumah.

Sandal teklek adalah warisan masa lalu yang sampai saat ini masih dipertahankan. Sandal dari bahan kayu dengan pengait dari ban bekas ini menjadi sandal favorit saya waktu tinggal belajar di pesantren, karena harganya murah, dan awet.

Selain teklek, sampai sekarang juga masih ada sandal dari ban bekas, yang menyisakan warna hitam pada kaki saat dipakai. Terkadang bekas berwarna hitam ini menempel agak lama dan sulit dihilangkan, kecuali kita mengganti sandal dengan bahan lain.

Selain dari bahan kayu dan ban bekas, pada jaman modern seperti sekarang ini muncul berbagai jenis sandal dan disesuaikan dengan lokasi pakai. Misalnya sandal untuk dipakai di dalam rumah, sandal di kamar mandi, sandal untuk keluar rumah. Bahkan sandal khusus yang disediakan di hotel.

Sandal yang tercipta juga bermacam-macam jenis. Ada sandal jepit, sandal slop, bahkan sandal jinjit khusus untuk perempuan agar penampilan terlihat lebih seksi.

Bahkan kita juga mengenal sandal kesehatan yang konon tonjolan di permukaan sandal bisa menjadi alat pijat telapak kaki otomatis saat kita berjalan.

Tak hanya sandal, hari ini orang-orang juga menggunakan sepetu sebagai pembungkus kaki. Ada yang menggunakan kaus kaki ada pula yang dikenakan tanpa kaus kaki.

Model sepatu pun bermacam-macam, dari yang khusus untuk anak-anak sampai keperluan orang dewasa dengan bermacam model dan warna yang menarik hati.

Sepatu dibuat dengan berbagai keperluan pengguna. Dari acara santai, olah raga, sampai sepatu untuk keperluan resmi. Ada yang bertali, menggunakan resleting, atau kaki langsung dimasukkan untuk sepatu yang berbentuk selop.

Orang-orang mengoleksi sepatu untuk berbagai keperluan. Bahkan ada yang punya ribuan pasang sepatu, meskipun kaki yang menggunakan hanya sepasang.

Saya juga punya beberapa pasang sepatu yang saya pakai untuk beberapa keperluan. Misalnya untuk olah raga, berpetualang atau naik gunung dan untuk acara resmi semisal menghadiri resepsi pernikahan.

Sepatu dan sandal adalah alat estetika bagi manusia untuk bergaul dalam kancah sosial. Sehingga sepatu seperti menunjukkan kelas sosial, sehingga setiap orang akan menggunakan sepatu atau sandal merek ternama untuk menunjukkan status sosialnya.

Banyak sepatu merek ternama yang dipasarkan melalui situs penjualan daring merk Tomkins, Vans, Fila, League, Adidas, Reebok, Niko, Brodo, Puma, Wakai, BNV, Under Armour, Ocean, Warrior, Diadora, dan sebagainya dengan harga terendah Rp. 300.000 dan tertinggi Rp. 2.000.000.

Kalau soal merek sepatu, semuanya kembali kepada selera masing masing. Tergantung keperluan dan daya beli.

Yang jelas meskipun kita "nggak makan merek", setidaknya kualitas bahan lebih baik dan jahitannya lebih rapi. Sepatu kita lebih awet dan tak membuat kita memambah pengeluaran setiap saat hanya untuk membeli sepatu. 

Tapi di pasar tradisional dan pasar swalayan juga banyak dijual sepatu merek lokal dengan model yang bervariasi. 

Semua tergantung kita masing-masing, mau memilih jenis sepatu yang mana dan merek apa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun