Terus terang, saya masuk Kompasiana memang tergiur dengan apa yang dipamerkan seorang teman di WA Grup.
Ia menawari saya untuk bergabung sebagai Kompasianer dan mengirimkan tangkapan layar pendapatannya selama bergabung di Kompasiana.
Nilai reward yang ia terima yang terendah 350.000 dan yang tertinggi 7.000.000, saya berfikir realistis. Blog pribadi dan YouTube yang saya kelola waktu itu pendapatannya perbulan belum mencapai ambang batas pembayaran. Jadi saya belum menerima sepeserpun dari adsense semenjak konten pribadi saya lolos monetisasi.
"Pendapatan 50 ribu saja dibayarkan", ujar teman saya memberi semangat. Mengingat adsense tak bisa cair bila pendapatan belum sampai minimal $100 atau setara dengan uang rupiah 1.300.000.
Saat itu kondisi ekonomi saya memang bisa bilang mangklik-mangklik alias berjalan di tempat. Alias tidak bisa memberikan hasil yang memadai. Sehingga masuk menjadi Kompasianer seperti menemukan sebuah oase akan kegelisahan dan menemukan harapan untuk mendapatlan kesegaran baru.
Dan saya mulai menulis di akhir tahun 2019, yang saya rasakan adalah cukup berat bersaing dengan ratusan ribu Kompasianer dari seluruh penjuru dunia, dengan kualitas konten yang maha dahsyat.
Saya terus menulis tanpa melihat hasil. Karena melihat kawan-kawan Kompasianer yang terus menulis juga tidak memperhatikan hasil. Idealisme untuk saling berbagi dan semangat literasi yang menggebu membuat saya terus menulis dan menulis hingga saat ini coretan dari sentuhan android berupa baris kalimat ini secara kuantitas sudah mencapai 500 artikel lebih sampai hari ini.
Hasil yang didapatkan?
Saya kira wajar bila seseorang bertanya bagaimana hasil menulis di Kompasiana secara materi. Kalau saya berpendapat ya "nothing", bila dibandingkan dengan usaha yang saya tekuni selama ini.
Yang jelas kita butuh waktu khusus untuk mencurahkan segala ide dalam bentuk artikel. Biaya data untuk bisa mengakses internet juga tidak sedikit. Dan hasilnya memang tidak cukup walaupun hanya sekedar untuk biaya operasional membeli paket data.
Sebab paling tidak saya membeli paket 75.000 perminggu dan sebulan 300.000 harus selalu tersedia untuk membeli paket data.
 Dan kita memang tak bisa berharap sebab hasil menulis di Kompasiana hanya 100K lebih sedikit tiap bulan.
Dan hasil yang langsung terlihat adalah pembahan followers, banjir vote dan komentar, serta peringkat kita yang setiap saat naik dengan bertambahnya view.
Saya memiliki seorang kawan yang mengelola blog pribadi. Dari 600-an artikel yang ia unggah, di tahun kedua ia sudah mendapatkan penghasilan puluhan juta sampai saat ini.
Bahkan di channel YouTube yang saya kelola sampai saat ini hasil 5 juta -6 juta perbulan bisa saya dapatkan.
Bukan bermaksud membangkan karena hasil  menulis di Kompasiana memang tidak bisa dibanding-bandingkan dengan sektor lain.
Di Kompasiana kita memang tidak bisa mendapatkan materi seperti yang diharapkan. Jangankan materi, untuk mendapatkan  label biru saja bagi orang-orang tertentu itu bukan perkara mudah karena menyangkut berbagai aspek komprehensif yang harus dipenuhi oleh penulis.
Tapi pelajaran yang paling berharga dari Kompasiana adalah ilmu pengetahuan tentang berbagai bidang, yang sesuai kondisi secara aktual dan faktual. Serta pengetahuan tentang bagaimana mengelola blog yang baik dan benar. Seiring dengan kondisi terkini dan selaras dengan isu yang sedang berkembang baik secara nasional maupun internasional.
Di Kompasiana kita juga belajar membuat artikel dengan berbagai tag, dan label. Sehingga bisa muncul di mesin pencari serta layak dibaca dan perlu, karena memuat berbagai informasi terkini.
Di Kompasiana kita memang tidak bisa mendapatkan imbalan materi seperti yang diharapkan. Tapi di Kompasiana kita berinteraksi dengan orang-orang hebat yang telah teruji kualitasnya. Kita bisa belajar melalui artikel yang dibuat oleh orang-orang hebat ini dari berbagai disiplin ilmu.
Ada medis, novelis, wartawan, politikus, penulis buku, aparatur negara baik sipil maupun militer, traveler, youtuber, blogger, bahkan admin Kompasiana sendiri.
Akhirnya tetap menulis dan membaca hal yang utama. Siapa tahu dari sekian artikel yang kita buat di Kompasiana menjadi sebuah harapan sebagai batu loncatan untuk meraih sukses di bidang yang kita tekuni.
Sebab ide yang mengalir deras dan tertuang dalam sebuah artikel akan dibaca orang dan menjadi sumber informasi yang bermanfaat. Dan seiring berjalannya waktu ide itu akan menjadi sebuah momen keberhasilan kita dalam menggapai keinginan.
Tetap semangat dan terus menulis...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI