Anda akan takjub melihat kekuatan para perempuan yang mengangkut rumput dengan kepala mereka. Saya saja yang hanya membawa beban tubuh jalan terseok-seok melewati rute jalanan yang curam. Para perempuan ini bukan saja ringan membawa beban tubuh, tapi juga muatan yang beratnya mungkin 2-3 kali bobot tubuh mereka, luar biasa bukan.
Dari jauh puncak Curug sudah terlihat jelas, tapi jalan menuju lokasi masih terlihat sangat jauh, dengan lekukan dan tikungan tajam yang siap menggelincirkan tubuh ke jurang kalau tidak waspada.
Semakin mendekati Curug, jalan semakin menurun tajam. Tapi keindahan Curug makin nampak mempesona. Ketinggian sumber aliran Curug yang berada di ketinggian tebing  kira-kira 500 meter seperti menebarkan keangkuhan alam yang tak mungkin bisa disentuh.
Air dari atas mengalir pelan, hanya sehingga tak menimbulkan gerojogan yang hebat, maklum saya mengunjunginya saat kemarau.
Kata penduduk setempat kalau sedang musim penghujan, cipratan air bisa muncrat sampai ratusan meter ke bawah, dan turun laksana hujan.
Saya tak sempat menikmati mandi di Curug Kali Pancur karena  tiba-tiba terdengar suara memanggil dan memaksa saya harus berbalik arah.
Curug Kali Pancur memang tak sehebat grojogan Sewu Tawangmangu, tapi rute jalan sempit dan licin yang menghantar anda ke lokasi tujuan akan menjadi kenangan terindah bila anda sudah sampai di sana.
Untuk selengkapnya saksikan video ini
Semoga setelah usai pandemi, anda bisa mengunjunginya.