Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Fiksi Ramadan] Obor yang Tak Pernah Dinyalakan

23 Mei 2020   22:32 Diperbarui: 23 Mei 2020   22:31 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hilal telah tampak , Zul, anak lelaki 7 tahun itu dengan mata redup terus memandang jalanan. Sudah sejak pagi ia bersiap bisa memegang obor dengan nyala api dari sumbu sobekan kaos milik ayahnya .

Ia berharap malam ini akan ada takbir keliling seperti tahun-tahun sebelumnya. Ratusan anak memegang obor keliling kampung sambil mengumandangkan takbir.

Ia ingat betul saat tahun lalu kawan-kawannya dengan penuh sukacita memegang nyala obor dengan dengan bahan bakar minyak tanah. Ia ingin sekali memegangnya walau sebentar, tapi kawan-kawannya mengatakan,

"Kamu masih kecil, belum sunat, besok aja megangnya kalau sudah sunat".

Kata-kata itu sungguh menyakitkan, sebab diantara kawan sebayanya, ia sendiri yang belum sunat, dan ia yang paling kecil diantara semua teman-temannya.

Di Kampung Zul, sunat seperti sebuah ukuran kedewasaan bagi seorang anak. Bahkan anak-anak di Kampung Zul, banyak yang sudah disunat sejak umur 2 bulan. Bahkan beberapa kawannya disunat saat masih bayi bersama dengan terlepasnya tali pusat.

Biasanya orang-orang di kampung Zul, menyunatkan anak laki-lakinya bersamaan dengan acara pemberian nama, aqiqah, dan potong rambut. Tapi ini bagi keluarga yang mampu .

Ayah Zul bekerja sebagai petugas pembuang  sampah di sebuah perumahan di dekat kampung. Hasil yang diterima tiap bulan hanya cukup untuk makan keluarganya.
Sehingga untuk acara sunat dan semacamnya masih tertunda untuk Zul.

Zul sangat terbantu saat sebuah lembaga nirlaba mengadakan sunatan massal di kelurahan. Dengan penuh keberanian ia mendaftar sendiri, dan saat pulang sambil membawa sarung dan baju baru dan paket alat sekolah, ayahnya menangis sesenggukan. Apalagi di kantong Zul ada amplop pemberian panitia yang besarnya lumayan untuk ukuran Zul.

Sejak disunat, Zul sudah berikrar, ramadan tahun ini ia akan berpuasa sebulan penuh, dan akan mengikuti takbir keliling bersama teman-temannya dengan obor miliknya sendiri yang dibuatkan oleh orang tuanya .

Setelah ashar, orang tua Zul sudah menuang minyak tanah dari lampu tempel di dinding dapur. Lampu itu sengaja dipersiapkan untuk mengantisipasi bila terjadi pemadaman listrik. Dan orang tua Zul selalu mengisi  tabung lampu tempel dengan ukuran penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun