Hendi bercerita bahwa saat ini ia benar-benar hanya menggantungkan hidup pada mertuanya. Di desa soal makan tak terlalu menjadi masalah. Sebab mertuanya memiliki sawah beberapa petak yang ditanami padi, sehingga masih cukup untuk persediaan pangan selama pandemi.
Tapi untuk keperluan lain yang harus dibeli ia terpaksa meminta bantuan pada  saudara-saudara  kandungnya untuk membantunya.
Di Kampungnya, memang ada bantuan sembako beberapa waktu yang lalu. Tapi itu pun hanya sekali.
Saat ini Hendi memang tidak menganggur, karena ia punya pekerjaan di sawah. Akan tetapi ia tak punya pendapatan sama sekali .
"Nol", kata Hendi.
Selain Hendi kawan-kawan seprofesinya juga mengalami nasib yang sama. Para penyanyi yang biasa ia iringi misalnya. Termasuk player solo orgen yang menjadi team saat ia manggung di kampung.
Memang secara umum pergerakan ekonomi kota wisata Bandungan memang nyaris terhenti. Semua kegiatan wisata seperti tak nampak sama sekali. Apalagi dengan ditutupnya lokasi wisata hampir di seluruh wilayah Jawa Tengah termasuk Bandungan. Sehingga hotel-hotel jarang yang menerima tamu untuk liburan atau disewa untuk acara konferensi atau acara pelatihan. Padahal job Hendi termasuk dari hotel-hotel itu.
Hari ini apapun kondisinya kita tetap harus bersyukur karena diberi kesehatan. Dan masih bisa makan walaupun dengan lauk apa adanya.
Sebab di luar sana, lebih banyak lagi orang yang kurang beruntung. Mereka bahkan tak bisa memenuhi hasrat hidup walau sekedar makan. Bahkan kabar yang lebih miris lagi terdengar dari orang-orang yang tak dapat mudik karena ada larangan pemerintah.
Padahal di perantauan mereka telah kehilangan aset pekerjaan, menjadi pengangguran, tak punya penghasilan, dan tak mendapat bantuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H